Bagian 11 : Dont!✨

78 8 0
                                    

"Cepet bangun." Laki-laki di hadapan Devara ini masih pudar, kepalanya masih pusing akibat semalam.

Tapi, suaranya tidak asing.

Netranya masih memaksa untuk dibuka,walau susah. Gadis lemah itu memutuskan untuk membuka matanya perlahan,ingin cepat melihat objek di depannya.

Lelaki itu, sudah hampir 2 jam menunggunya di samping brankar uks. Mam Tara sudah memaksanya untuk kekelas dan meninggalkan Devara, tapi ia kekeh untuk menemani Devara sampai terbangun.

"D-davin?" Ucapnya terbata, ia takut salah orang, apalagi hanya ilusinasinya.

"Iya, gue." ujarnya.

Devara kembali memegang kepalanya yang sakit, mencoba mengingat. Kayaknya, suara terakhir yang ia dengar adalah suara Panca, tapi kok?--

"Panca dipanggil wali kelas lo, ada urusan. Pas gue kekamar mandi, dia minta tolong sama gue."

"Oh,"

Jadi, karna di mintain tolong. Kira--- Ah sudahlah, toh, tidak penting.

Uh, usahanya selama ini sirna. Berbulan-bulan ia mencoba melupakan laki-laki yang menghilang secara misterius,sekarang, muncul kembali tanpa ada rasa dosa.

Eh--Harusnyakan Davin udah lulus tapi kok?

"Ngapain lo liatin gue kaya gitu?"

"Ngapain lo balik?" Tanya Devara mengalihkan, menatap tajam lelaki didepannya.

Davin hanya menautkan alisnya,bingung. Maksudnya apa?

"Lo ngelindur? gue anak baru disini, balik?balik dari mana?"

Devara terperanjat kaget, matanya menelisik. Mencari kebohongan, namun, sepertinya tidak ada. Apa Devara terlalu mencintai Davin sampai sampai orang didepannya sangat mirip dengan pria itu?

"Udahlah, udah bangun kan? gue tinggal."

Davin bangkit, namun dengan gesit Devara mencekal tangan Davin. Sang empu berbalik, menatap tajam Devara. Bukan tatapan yang dulu sanga-- lupakan.

Lelaki itu menepis kasar tangannya.

Tunggu?dia bukan Davin?

"Lo ga kenal gue?" Devara bertanya.

"Devara?"

"Lo baru--"

"Iya, gue baru kenal lo tadi."

Apa yang terjadi?

•••

Devara yang tengah santai duduk dikursinya, menopang dagu, kembali memikirkan. Apa dia gila?gak mungkin.

Sedetik kemudian ia melihat Panca yang baru saja datang dan langsung duduk disebelahnya, di tempat Davin. Lelaki itu menyodorkan sekotak susu almond,kesukaannya.

"Thanks."

Panca mengangguk, kemudian memegang dahi Devara sekilas,guna mengecek suhu tubuhnya.

"Sorry,tadi abwang ga nemenin eneng di uks, bu galak manggil gue,kangen katanya."

Moodnya seketika membaik, terima kasih Panca.

Tapi maaf, Devara hanya balik menatap Panca malas, padahal leluconnya lumayan keren.

"Cie ketawa aja kali, yang lebar dong kalo mau ketawa, ngakak gitu."

Devara masih diam, menyesap susu almondnya, masih menatap Panca yang juga sedang menatapnya.

"Ca,"

"Apaan?"

"Jangan tinggalin gue."

Lelaki itu malah terkekeh,dan berakhir membuat berantak rambutnya. "Pasti Ro."

"Anterin gue pulang ya?"

"Ga pulang sekarang aja?"

Sebenarnya, Devara memaksa tidak mau dipulangkan. Padahal guru sudah mengijinkannya. Alhasil sekarang, sedang istirahat kedua ia masih bergelanjut manja di jaket kesayangannya, dingin.

"Gamau," Rengeknya,lalu menelungkupkan kepalanya di meja, sangat lelah.

"Minggir,kursi gue."

"Kalo boleh gue koreksi, besok Tivanka masuk, lo gabakal duduk disini." Panca berkata ketus, entah kenapa ia tidak suka melihat laki-laki itu.

Dengan malas,Devara mengangkat wajahnya. Melihat Panca yang berdiri ingin pergi dari kursinya.

"Mau kemana?" Tanya Devara, menahan tangan Panca dengan wajah pucatnya.

"Ga kemana mana Ro, gue balik ke kursi gue dulu."

Panca tersenyum tulus dan pergi, sebelum itu ia sempat memberi tatapan setajam mungkin ke arah Davin, hawanya semakin tidak enak saja.

"Drama banget lo bedua."

TBC

sorry y baru nge up skrg, aku lagi banyak tugas banget dari sekolah.

kalian juga dikasih tugas banyak ga?

About The Past✓ [Kim Rowoon]Where stories live. Discover now