Bagian 20 : The Beginning✨

87 6 3
                                    

Devara menahan air mata di pelupuk matanya, ia tidak boleh menangis sekarang di sekolah. Setelah kepala sekolah mengetahui semuanya, Devara dan Davin masih dimaafkan entah karena apa. Di skros selama satu minggu. Davin berjalan dibelakang Devara, Devara tidak tahu, ia tidak peduli. Ia tetap berjalan sambil menatap sepatunya. Sejujurnya ia masih bingung apa yang Davin katakan kepada kepala sekolah.

Saat tadi, kepala sekolah hanya menatapnya pusing saat bertanya,Devara mengangguk. Benar, Davin lah yang berhubungan badan dengannya secara tidak sadar. Jika sadar, ia akan lebih merasa bersalah kepada Devan. Ah-- kakaknya itu jangan sampai tahu, ia tahu jika Devan mengetahui semuanya, Davin akan lebih babak belur dari pada sebelumnya.

Lagi pula kepala sekolah sudah berjanji untuk tidak menyebarkan semuanya.

"Ra."

"Ara, liat gue dulu."

Devara menghela nafasnya, langkahnya terhenti menghadap kebelakang. Devara merasa kalau Davin mengingat semuanya, laki-laki itu menatapnya dengan rasa bersalah.

"Gue minta maaf udah bohong di awal, kalau lo hami--"

"Gue bakal pastiin itu ga akan terjadi, kalaupun terjadi, gue bisa urus anak gue sendiri." Devara berkata tajam, walaupun perkataannya belum tentu sama dengan yang hatinya katakan.

Untung saja lorong sedang sepi, tidak bakal ada yamg mendengar mereka yang sedang bertengkar sekarang.

Davin menatapnya sendu, kemudian berjalan selangkah. Devara melihat itu langsung mundur selangkah, seakan tidak mau berdekatan dengan laki-laki dihadapannya itu.

"Ara, maafin gue udah ninggalin lo. Kalau lo hamil, langsung telpon gue Ra,gue mohon." Davin berkata lesu, ia merasa itu akan terjadi. Karena apa?Karena Davin masih mengingat potongan-potongan momen pada malam itu. Jelas mereka tidak menggunakan pengaman saat itu. Kalian tau apa yang akan terjadi?

"Maaf kalo gue egois, tapi gue rasa gue mulai buka hati untuk Panca. Gue gabisa nerima lo lagi vin, gue gaperduli kalau gue hamil anak lo. Karna malam itu, bukan malam yang disengaja." Final Devara, lalu ia cepat-cepat melangkahkan kakinya ke kelas.

Hatinya berkecamuk, seperti melawan kata yang barusan ia ucapkan tadi. Ia berjanji, ia akan mendiamkan Davin selamanya. Ia tidak perduli ia akan hamil atau tidak. Ia sudah mulai menaruh perasaan pada Panca. Tentu Devara juga tidak bisa memaksakannya. Tapi, jika Devan tahu,ia tidak akan selamat untuk saat ini.

Saat memasuki kelas, sebenarnya Devara sedikit risih dengan tatapan teman-temannya. Namun, ia mengabaikan itu dengan berjalan menuju ketiga temannya.

"Eh, kok pada tegang gini?" Tanya nya sembari tetap tersenyum, namun anehnya, Tivanka dan Ravi langsung menghadap kedepan. Panca pun sama, ia diam.

Ada apa?

"Panca?kenapa?kalian musuhin gue?gue ada salah apa?" Tanya Devara bertubi-tubi, Panca hanya diam.

Sedetik kemudian Panca terlihat menulis sesuatu di kertas sobekan, melipatnya, lalu memberikan kertas itu kepadanya secara perlahan.

'pulsek di mobil gue, ada yg mau gue omongin, jangan tegur gue untuk sekarang'

"Udah di pakek cuy,di bayar kali."

"Jadi gitu kelakuannya sama anak baru? kesian banget ya panca, jadi tamengnya Ara gitu."

"Ra, mau gue bayar juga ga?semalam berapa?bagus gak servis lo?hahahahaha." Beberapa teman-temannya tertawa lepas di belakang sana,Devara mengepalkan tangannya. Menahan emosi, ia tidak bisa marah sekarang. Ia harus menjelaskan terlebih dahulu kepada sahabatnya.

Oh, mereka sudah mendengarnya?

Tapi kenapa sahabat-sahabatnya seperti ini?

Tapi,Davin. Lelaki itu belum muncul juga sampai sekarang.

•••

"Hiks.."

"Gue suruh lo jelasin Ara, jangan nangis sekarang."

Devara sudah lemah sekarang, satu sekolah tau tentang hubungannya dengan Davin, bahkan kejadian yang ia alami dengan Davin. Ia dicaci, dilempari sampah, bahkan di bicarakan di mana-mana.

"Gue mabuk! lo tau kan malam itu, gue gapernah minum panca." Devara berkata lirih, hatinya benar-benar sakit. Setelah mahkotanya di rebut secara tidak sengaja, sekarang ia dipermalukan secara sengaja.

Jujur, Panca tidak bisa melihat seorang gadis menangis, apalagi gadis yang ia cintai. Panca menarik Devara kepelukannya, membiarkan Devara menangis sejadi-jadinya dipelukan hangatnya.

"Gue takut hamil..."

"Udah,udah. Entar gue cari jalan keluarnya ya." Panca sembari terus menenangkan Devara, tangannya tak henti menghelus lembut rambut Devara.

"Jangan mau sama gue ca, gue udag ga peraw--"

Panca melepas pelukannya, menangkup pipi Devara agar gadis itu mau melihatnya.

"Denger Ra, gue sayang sama lo bukan cuman napsu atau mau perawan lo. Gue tulus. Bahkan, kalau kakak lo minta pertanggung jawaban sama gue, gue bakal sedia nikahin lo sekarang."

TBC

Ca, pulang ca, ngalus atau apa tu:(

About The Past✓ [Kim Rowoon]Where stories live. Discover now