Bagian 18 : Cover Up✨

75 7 2
                                    

"Dek, kenapa si lo kumat lagi. Jangan nyusahin gue deh sekarang dengan masalah percintaan lo itu." Devan mengomel, tangannya masih setia menggedor-gedor pintu kamar Devara. Gadis itu tidak ada keluar dari kamarnya sudah seharian itu. Keluar hanya mengambil makanan saja, ck!

"Ara, buka pintunya sekarang." Ucap Devan lagi dengan nada serius.

Suara knop pintu terdengar, pintu terbuka memperlihatkan Devara yang lebih berantakan dari sebelumnya.

Devan menatap adiknya kesal, mencengkram bahu adiknya tidak terlalu keras, guna menyadarkan Devara lagi dari kebodohannya.

"Liat gue."

Devara mengangkat wajahnya, menatap Devan dengan terlihat menyedihkan. Ia masih sesegukan.

"Gue mohon ra, disini peran gue bukan hanya abang lo. Gue bisa jadi ayah dan ibu buat lo. Kalo ada masalah, gue mohon jangan di pendam sendiri. Lo anggep gue apa ra kalo lo mendam masalah lo sendiri. Lo buat gue makin ga berguna jadi abang lo."

Devara semakin menjadi, ia kembali menangis. Lalu ia memeluk Devan, menumpahkan kesedihannya. Ia salah, ia kabur dari masalah. Dan malah memendamnya, ia tidak ingin Devan mengetahui masalah besarnya untuk sekarang.

"Maaf pan, gue gabisa cerita sekarang." Finalnya, Devara terlalu takut untuk membicarakan itu sekarang.

Devan menghelus sayang rambut adiknya dan mengangguk, setidaknya ia harus memahami adiknya dulu.

"Secepatnya kasih tau gue." Devan menghela nafas panjangnya, "Terus kenapa kemarin lo pulang sendiri?bukannya sama Davin?"

Devara merasa nafasnya semakin tercekat ketika mendengar pertanyaan Devan, "Dia sama pacarnya van," Ucap Devara masih dalam pelukan Devan dengan nyaman.

"Udah bisakan lupain mantan lo yang gak punya akhlak itu?" Tanya Devan dengan kekehannya, bermaksud membuat adiknya tertawa.

Devara sedikit terkekeh lalu melepas pelukannya, "Pan, besok anter gue sekolah ya."

"Iya iya, cepet sana tidur."

Devara kembali masuk kekamarnya, setidaknya ia sedikit tenang. Walau belum memberitahu tentang apa yang terjadi di pesta ulang tahun Tivanka kemarin. Ia tidak ingin Devan mengamuk, dan malah menimbulkan masalah baru. Jika ia hamil, ia akan mengurus anaknya sendiri. Itu janjinya.

•••

Pagi itu Devara berjalan melewati lorong sekolah. Ia memperlihatkan senyum palsunya, ia tidak ingin orang lain tau bahwa ia sedang bersedih sekarang.

Saat memasuki kelas, ia sudah melihat teman-temannya yang berkumpul di mejanya.

"Ini die orangnya, heh demen amat ngilang lu kayak setan." Celetuk Ravi, Tivanka yang kesal dengan perkataan temannya yang selalu pedas itu menendang kaki Ravi.

"Adaww..."

"Ra, lo sakit ya kemarin? pasti lo gapernah minum. Ini salah gue yang maksa kalian." Ucap Tivanka dengan rasa bersalahnya, harusnya ia tidak memaksa kemarin.

Devara duduk di kursinya, menepuk bahu Tivanka. "Santai,gue udah sembuh ini."

Panca langsung merangkul Devara, dan mengacak pelan rambut Devara. "Gue khawatir anjing, malah pulang sendiri."

"Oh ya?sweet banget." Tivanka menimpali, membuat Panca cemberut.

"Ra,lo ada masalah ya?" Tanya Panca, ia tahu senyum yang di lihatkan Devara adalah palsu, raut wajah Devara sangat terlihat jika perempuan itu sedang bersedih.

Devara yang mendengar itu tiba-tiba langsung bersender di bahu milik Panca dan berbisik.
"Gue suka sama lo ca."

Panca jelas terkejut mendengar penuturan Devara berusan, namun ia segera menyembunyikan terkejutannya itu. Ia merasakan jantungnya berdetak tak karuan,sialan.

Tivanka dan Ravi jelas penasaran apa yang dibisikkan Devara sehingga membuat Panca melebarkan kedua matanya. Mereka berdua tau, ada sesuatu diantara Panca dan Devara, tapi sedang disembunyikan.

"Heh, kepo gue jingan." bisik Ravi pada Tivanka, gadis itu mengangguk menyutujui.

Sementara itu, jantung Devara tak kalah lebih berdebar saat menyatakan perasaannya pada Panca. Ia harus melakukan ini, terbaik untuk dirinya sekarang.


TBC

jadi siapa nih yang bikin mahkotanya Devara ilang?Ravi?Davin?Atau Panca?

About The Past✓ [Kim Rowoon]Where stories live. Discover now