"Tante tau kok"

Setelah itu bekal di tangan Alvino diambil alih. Kemudian ia menarik Alena pelan untuk mendekat ke Alvino. "Tahu aja kamu cara nyuap tante. Yaudah sana, jangan malem-malem pulangnya"

"Ehh?" Alena semakin bingung saat Alvino merespon dengan tawa canggung. Jadi laki-laki ini sedang menyuap mama nya? "Gimana pemotretan--"

"Mama undur besok aja. Dan lagi, jaga makanmu"

Kalimat itu mampu membentuk senyuman lebar Alena. Gadis itu kemudian berpamitan dan menarik Alvino keluar.

Dilain sisi, Alvino hanya tak mau ia melepas pandangan dari Alena yang tak bisa kemana-mana sebebas temannya. Walaupun mamanya mudah ia kelabui, tetap saja, Alena seorang model. Lagi, laki-laki itu terus khawatir apa yang Iqbal alami akan ia alami juga.

"Wah, tumben banget lo"

Alvino tersenyum, "gue mau ngomong sesuatu"

Alena menghentikan langkah girangnya. Wajahnya mengerut penasaran, "tumben banget sih"

Helm yang bertengger di kaca spion motor Alvino ia raih. Gadis itu benar-benar merasa 'tumben banget ni orang'. Tidak biasanya Alvino ingin mengatakan sesuatu dengan kalimat seperti itu. Alvino kebiasaan asal jeplak.

Di tengah jalan, entah mengarah kemana, Alvino tiba-tiba mendadak menjadi pendiam. Ia menjawab percakapan Alena seadanya. Lagi-lagi Alena merasa ada yang aneh.

"Lena"

Alena mendekatkan kepalanya agar bisa mendengat Alvino lebih jelas, " Ya, Vino?" Namun Alvino tak melanjutkan. Alena semakin merasa aneh.

Hanya berselang beberapa detik,motor Alvino berhenti tepat di depan kafe. Ia turun dan melepas helmnya. Satu hal yang gadis itu sadari, Alvino memasang wajah datar. Kali ini Alena yakin ada yang salah dari Alvino.

Mereka pun masuk dan memesan. Sesuai amanat, Alvino menyarankan Alena menjaga pola makan. Gadis itu juga tak keberatan.

"Bisa lo jelaskan sikap aneh lo barusan ini?"

Alvino tersenyum, "yah, kelihatan banget ya?" Alena mendesis sebal,"orang bodoh aja yang gak bisa tahu"

Tiba-tiba wajah Alvino kembali dingin. Tangannya menyerahkan foto yang sudah tercoret tinta dengan nama-nama.

"Siapa mereka?"

Alvino menyandarkan punggungnya, "orang-orang yang harus lo hindari"

Alena mengernyit tidak paham, "ada alasan kenapa gue harus menghindari mereka?"

"Gue serius,Lena. Hindari mereka. Kalau lo ketemu, segera pergi. Lo dihubungin dengan salah satu nama disini,blokir. Dan setiap ada interaksi dengan orang-orang ini, hubungin gue"

Gadis itu menganga tak percaya. Jadi itu alasan laki-laki ini menyeretnya dari studio? Yah, gapapa lah. Alena kembali meneliti wajah dan nama yang laki-laki itu beri.

"Apa yang bakal terjadi kalau gue ngelanggar omongan lo?"

Demi apapun,Alena memutuskan kontak matanya dengan Alvino. Setelah mengucapkan kalimat tadi, laki-laki itu menatapnya dengan tajam. "Lena, gue serius"

"Gue juga! Kasih gue alasan--"

"Lo atau gue ataupun teman-teman kita berdua, kena imbasnya"

Gadis itu mengacak rambutnya,"jadi lo bilang,ada orang yang berniat jahat sama gue?"

Alvino menetralkan wajahnya kembali,"ini berlaku buat lo dan dua sahabat lo"

Saat diperhatikan lebih jelas lagi, mereka semua memiliki penampilan yang cukup menarik. Dari kesimpulan Alvino, mereka bisa melakukan apapun tanpa takut. Orang-orang seperti ini, bisa dengan mudah masuk ke dunianya yang merupakan dunia fashion dan hiburan.

Dan satu lagi, seburuk apa dampaknya jika ia melanggar?

***

Hari berganti begitu cepat. Keputusan Keysha mengiyakan ajakan orang asing itu memang beresiko, tapi apa yang harus ia lakukan? Bukankah itu kesempatan untuk mendapatkan pengajaran yang sesuai seleranya?

Keysha berjalan ke arah kelasnya dengan melamun. Hari-hari pertama dirinya kelas 12 sudah dimulai. Ia harus melihat ke depan,kemana ia akan pergi setelah ini? Apa yang harus ia lakukan? Kuliah yang diinginkan Ayahnya atau dirinya?

"Gak biasanya lo ngelamun"

Di samping gadis itu,entah sejak kapan,sudah ada Iqbal. Mereka berdua memang tidak berangkat bersama demi kenyamanan Ayahnya. Lagi-lagi Ayahnya khawatir dengan rencana negatif yang beliau karang sendiri.

"Menurut lo, gue pasti bisa masuk Univ apa aja kan dengan piagam dan sertifikat yang gue punya?"

Iqbal melirik sekilas,"apa maksud lo?" Keysha menghela nafas sekilas lalu menggeleng.

Mereka akhirnya sampai di kelas Keysha. Kedua remaja itu juga langsung mengarahkan pandangannya pada laki-laki yang sedang fokus dengan buku PR nya.

Wajah Iqbal mengerut, "PR siapa itu?" Keysha menggeleng tidak peduli, "lo pikir dia siapa? Dia bisa minta PR ke siapapun"

Sebelum gadis itu benar-benar masuk ke kelas, ia membalikkan badannya. "Bal, hari ini lo sibuk?"

Iqbal berpikir sebentar, "gue ada urusan sih sama Ayah. Ada apa?"

Keysha mengangguk paham. Ia sebenarnya ingin sekali Iqbal mengantarnya untuk mengurus Les barunya. Namun mendengar jawaban Iqbal barusan ia lebih memilih datang sendiri.

"Gak kok. Gue masuk dulu" sebagai balasan, Iqbal mengangguk.

Disisi lain, Iqbal ingin sekali memberi tahu Keysha situasi yang sedang ia hadapi. Mengatakan tentang orang-orang yang harus gadis itu hindari. Namun ia tak pernah sempat. Ayahnya akhir-akhir ini terus menghujani dirinya dengan penekanan akan kuliah dimana dan masuk jurusan apa. Sebenarnya ia bisa saja mengatakannya sekarang, tapi Iqbal rasa ia harus memberitahu gadis itu secara pribadi dan serius.

Ia harap, Edgar ataupun sahabat gadis itu ada yang memberi tahunya. Perasaan Iqbal sungguh tak tenang.

***
HEYO

HAHAHA

VOMMENT❤️

9 Mei 2020

INELUCTABLEWhere stories live. Discover now