DUA PULUH DUA

Mulai dari awal
                                    

Pernah dengar tidak, setiap orang yang bergabung ke dalam ekstrakulikuler, organisasi, komunitas, dan lainnya pasti pernah berkata ingin mencari atau menambah pengalaman. Pernah juga tidak, mendengar orang lain berkata supaya ada cerita dimasa tua buat anak-anak. Itu yang sedang Aditya lakukan, membagikan pengalaman hidupnya masa muda.

Jadi jangan takut untuk bergabung ke dalam sebuah kelompok yang positif, selain manfaatnya didapatkan saat ini, itu juga berlaku untuk masa mendatang. Tidak akan ada habisnya.

"Terus papa gak punya teman dong jadinya?" tanya Damara.

"Punya, tapi jadi gak terlalu akrab lagi. Gakpapa kok, papa gak nyesal. Buktinya sekarang papa bisa jadi orang yang berhasil. Itu reward dari perjuangan kita."

Usaha tidak akan menghianati hasil, itulah pepatah yang memang dapat dipercaya. Allah tidak akan diam bukan, jika ada umatnya yang bersungguh-sungguh.

Damara mengangguk-angguk sesekali ia menunduk ke bawah. "Belok kiri pa... di asrama tentara itu." Damara memberi arahan.

"Dia anak tentara?" Aditya cukup terkejut dengan pernyataan tersebut.

"Iya..."

"Wah... susah nih bang kalau bapaknya tentara." Aditya menggoda anaknya.

"Eh," Damara sedikit terlonjak. Seseorang yang kepalanya berada di pahanya tiba-tiba bergerak dengan keras, tadi sesekali hanya gerakan kecil. Tapi saat Damara lihat matanya masih tertutup.

"Kenapa Bang?"

Damara tersentak, "ini loh dia tiba-tiba gerak. Mungkin lagi mimpi buruk," jawab Damara. Ia menduga jika Delta sedang mimpi buruk, buktinya dahi Delta tampak berkeringat dan berkerut.

Damara menepuk-nepuk lengan Delta bagaikan seorang ibu yang menidurkan anaknya dan mengusap dahi Delta untuk menghilangkan kerutan.

"Uhuk.. uhuk..." Delta terbatuk-batuk dalam tidurnya, membuat Damara semakin menepuk-nepuk lengannya supaya dapat tertidur dengan nyenyak.

Tin

Aditya membunyikan klakson mobilnya saat melewati pos penjagaan asrama. Sebagai bentuk izin masuk dan permisi ketika memasuki kawasan asrama.

"Rumahnya yang mana?" tanya Aditya setelah memasuki kawasan asrama. Ada banyak blok-blok sehingga membuatnya bingung akan melajukan mobilnya ke arah mana.

"Lurus aja Pa... Blok A, ituloh yang ada ayunan didepannya itu." Damara menunjuk rumah Delta.

"Kalau rumahnya didepan gini biasanya pangkatnya tinggi nih bang... harus ekstra nih kamu perjuangin dia. kalau tentara itu biasanya ketat sama anaknya, apalagi cewek." Aditya menakut-nakuti anaknya, ia ingin melihat reaksi anaknya yang kaku ini. Damara tak pernah kedapatan dekat dengan seorang cewek dan hal yang Damara lakukan hari ini cukup membuat Aditya dan Dara terkejut.

"Gitu ya Pa?" Damara menaikkan sebelah alisnya tak percaya. Damara pikir mau apapun profesinya asalkan menjadi pribadi yang baik akan lancer-lancar saja.

"Iya...," jawab Aditya semangat. Ia menghentikan mobilnya tepat didepan rumah Delta.

Damara membuka pintu mobil sambil menggendong Delta ala bridal style. "Makasih pa..."

"Iya... papa duluan ya," Damara menunggu sampai mobil papanya menghilang dari pandangannya. Aditya langsung melesat meninggalkan area asrama dan tak lupa kembali menghidupkan klakson mobilnya saat melewati pos penjagaan asrama.

Damara berjalan ke depan pintu hijau khas Tentara Angkatan Darat lalu mengetuknya dengan bersusah payah sebab tangannya menahan tubuh Delta yang ada di dekapannya.

DAMARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang