DUA PULUH DUA

39.4K 4K 222
                                    

'Bantalnya empuk, maaciii

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

'Bantalnya empuk, maaciii...'

***

Swastamita adalah waktu di mana matahari menghilang di bawah garis cakrawala pada belahan barat bumi. Warna merah di langit pada saat matahari terbenam yang disebabkan oleh kombinasi hamburan Rayleigh warna biru dan tingkat kepadatan atmosfer bumi.

Singkatnya, Swastamita merupakan nama lain dari matahari terbenam.

Diwaktu Swastamita akan banyak kendaraan yang berlalu-lalang untuk bergerak ke arah tempat peristirahatan. Bukan kuburan, tetapi rumah. Jalanan banyak didominasi oleh kaum berkarier yang sudah kusut, penuh keringat, penampilan yang sudah tidak serapi di pagi hari, dan wajah lelah yang tercetak jelas sebagai bukti mereka telah melakukan aktivitas seharian.

"Sekolah kamu gimana bang?" tanya Aditnya pada Damara, pandangan fokus pada jalanan yang hiruk piruk akan kendaraan roda empat dan roda dua yang bergerak selicin belut, melesat pada celah kekosongan jalan raya.

"Lancar Pa, seperti biasa sih kalau kelas 12 pasti porsi belajarnya selalu ditambah guru sebagai persiapan ujian," jawab Damara dengan tangan yang tidak diam memainkan rambut surai aroma strawberry.

Diatas pahanya terdapat rambut yang pastinya sepaket dengan kepala. Rambut tidak akan ada tanpa kepala, tetapi ada kepala belum tentu ada rambut.

Damara dan Delta berada di kursi tengah mobil, sedangkan Aditya berada di kursi kemudi. Padahal tadinya Damara akan duduk di samping Aditya untuk menemani, tidak sopan bukan membiarkan papanya sendirian didepan bagaikan seorang supir. Namun Aditya malah menolak mentah-mentah dengan alasan agar ia menjaga Delta dibelakang.

Sengaja Damara memposisikan tubuh Delta berbaring dengan pahanya sebagai bantalan, sebab saat tadi menggunakan taksi kepala Delta seringkali jatuh padahal sudah ia sandarkan ke bahunya.

"Wajar sih, kalau kelas 12 itu memang harus ekstra belajarnya. Tau sendiri kan, masuk perguruan tinggi itu gak gampang. Banyak saingan, gak kayak daftar sekolah yang masih bisa pake sistem zonasi. Kalau perguruan tinggi se-Indonesia, bahkan sedunia kalau memang ada orang luar yang mau kuliah disini."

"Dulu waktu zaman papa muda, gak pernah lepas dengan yang namanya buku. Setiap hari selalu baca buku, latihan soal, dan jangan lupa tetap ibadah dan doa. Belajar aja gak cukup Bang... kalau gak minta sama Allah."

"Ia Pa, Abang juga berusaha selalu jaga salat." Damara menggangguk, membenarkan ucapan Aditya. Damara juga sudah dewasa dan bisa membedakan yang mana dosa dan pahala.

"Dulu papa sering dicemooh teman-teman papa karena jarang kumpul-kumpul bareng dan lebih milih buat belajar. Emang sih masa-masa SMA itu masa dimana kita waktunya senang-senang, karena gak mungkin bisa diulang lagi.Tapi ingat, masa SMA juga sebagai penentu masa depan," celoteh Aditya. Ia memang jarang memiliki waktu dirumah karena kesibukannya menjadi dokter. Namun jika ada waktu senggang seperti saat ini akan ia pergunakan untuk berbagi cerita supaya hubungan anak dan orangtua tidak akan merenggang. Bukan berniat sombong, tapi nyatanya sharing bisa meningkatkan keakraban sesorang.

DAMARA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang