Blood

3.1K 367 82
                                    

Maaf, saya malas mencantumkan footnote untuk istilah bahasa asing.

***

Sebagai seorang ninja, baik Sakura dan Kakashi sudah terlatih untuk menyiapkan segala hal selama misi termasuk persiapan yang matang. Untung saja mereka membawa perlengkapan untuk menyamar ke kamar mandi. Begitu mereka keluar, sosok obaasan yang menjadi pelayan penginapan sudah menunggu di depan pintu geser. Ruang sempit di kanan ranjang telah berubah menjadi tempat makan simpel. Ada sebuah meja berukuran sedang dilengkapi dua dudukan sederhana di atas tatami. Jamuan makan telah tersaji di atas meja yang langsung membuat perut Sakura jungkir balik menahan lapar. Ia ingat bagaimana perutnya menolak makanan di kedai pinggir hutan tadi pagi.

"Genma-san, Anda pasti tahu peraturannya, bukan?"

"Tentu saja, Rio-san, aku mengingat detail itu."

Sang pelayan yang dipanggil dengan nama Rio hanya tersenyum sedikit dan mengangguk. "Waktu untuk menikmati makan siang sangat terbatas sekitar 10 menit saja. Kuharap kalian bergegas sebab tim rias calon pengantin akan datang tepat pukul satu."

"Baik."

Rio meninggalkan Sakura dan Kakashi yang menolak saling berhadapan untuk sementara waktu. Begitu pintu geser tertutup sempurna, Sakura merasa gugup sendiri. "Err..."

Kakashi tidak menjawab selain mengambil tempat duduk lebih dulu dengan tenang. Seolah tak terjadi apa-apa, lelaki itu tampak tak terpengaruh dengan tingkah canggung Sakura. "Waktu kita sangat terbatas," peringatnya.

"I-iya..." Sakura merapikan yukata sebelum duduk di depan Kakashi yang mengambil ketel teh dan menuangkan isi pada cangkir keramik.

"Kau mau? Teh di Taki memiliki rasa yang istimewa. Sangat berbeda dengan teh di Konoha."

"Bagaimana kau bisa tahu?"

Wajah tenang Kakashi berubah lebih merah dan Sakura agak curiga melihat perubahan secepat itu. Lelaki itu mengubah sikap lebih santai saat menjawab, "Aku membacanya dari literatur."

Sakura mengernyit sedikit dan yakin bahwa literatur yang dimaksud adalah Icha Icha Paradise. Pasti disebutkan di salah satu seri buku konyol Jiraiya. Tanpa ingin mengutarakan pendapat, Sakura memanggang daging merah segar dan mencocolkan daging setengah matang itu ke dalam mangkuk saus. Rasa saus agak kurang asin, tetapi Sakura menyukainya. Bilang saja kalau ia memang kelaparan sehingga makanan apa saja tidak akan terlewat.

Saat potongan daging terakhir hendak masuk ke mulut, Sakura menatap Kakashi yang ternyata memperhatikannya. Astaga, pasti ia kelihatan sangat menjijikkan sekarang. Kerakusan bisa membunuh, mungkin benar juga.

"Uhmm...aku sangat lapar."

"Aku bisa menebaknya."

Hampir saja memutar bola mata bosan, tetapi Sakura mencegah keinginan tersebut. Ia tidak jadi melahap daging terakhir dan menatap Kakashi penuh keseriusan. "Soal tim rias yang akan datang sebentar lagi. Maksudku, apa mereka tidak akan tahu mengenai hal ini?" tanya Sakura sembari menyentuh rambut hitam palsu yang ia pakai. Jemari ikut menunjuk ke wajah Sukea yang ia kenal dulu.

"Tim rias pasti sangat terlatih untuk mengetahui apakah kita memakai rambut palsu atau lensa kontak."

Kakashi meneguk isi dalam cangkir teh hingga tandas sebelum menatap Sakura dengan bola mata yang mengintimidasi. Penggunaan lensa kontak sangat tidak berpengaruh sebab bola mata itu berputar cepat seperti kilat. Menampilkan bola berwarna merah dengan tiga tomoe yang mengerikan.

"Sedangkan aku cukup terlatih untuk menggunakan ini."

Tak perlu khawatir, Sakura mengedikkan bahu. Pikirannya campur aduk mengenai banyak hal. Saat Kakashi mencium dirinya di onsen pribadi, apakah ia memang terpengaruh sharingan? Sharingan bisa membuat dirinya lupa daratan. Bukan sharingan yang membuat ia merasa malu, tetapi kenyataan bahwa ia suka rela menerima ciuman Kakashi dan membalasnya. Please, jangan katakan kalau ia mulai menyukai deru napas Kakashi membelai pipi. Ah!

BlueWhere stories live. Discover now