Segel Terakhir

1.6K 235 37
                                    


 "Di mana kita?" tanya Naruto menatap area sekeliling yang tampak terang. Sinar bulan memenuhi tempat mereka berdiri di antara tebing air terjun. Perkamen yang membawa tubuh mereka menuju ke tempat Sakura dan Kakashi masih utuh di tangannya.

"Indah sekali," ucap Ino menatap air terjun yang mirip kelambu itu.

"Waktu kita sangat sempit. Lekas bergegas menuju ke kuil beberapa kilometer dari sini."

Benar saja apa yang diucapkan Pakkun sebab suara gemuruh langsung terdengar dari kejauhan. Sebuah pertempuran dahsyat tengah terjadi tak jauh dari tempat mereka.

"Oh, tidak!"

Baik Naruto dan Ino langsung mengangguk, sedangkan Pakkun memimpin di depan. Memperkuat chakra di kedua kaki, gerakan mereka begitu cepat dari satu dahan ke dahan lain melewati pohon yang berjajar di jalan setapak desa kecil itu. Mengabaikan hiruk pikuk banyak orang yang berlari menjauhi area kuil di puncak bukit, sedangkan mereka bergerak menuju ke sumber suara.

Dalam hati, Naruto terus menggumamkan kegelisahan. Bagaimana nasib Sakura dan Kakashi bila ia datang terlambat? Semoga dua orang yang berharga dalam hidupnya itu baik-baik saja.

***

Sora mengambil napas panjang setelah ia hampir saja terkena semburan api salah satu kepala naga. Napasnya kembang kempis menyadari bahwa aliran chakranya tidak normal. Ia terlalu lelah menghadapi naga berkepala delapan yang semakin brutal itu. Rasanya semua energi chakra yang ia miliki terkuras habis-habisan. Ia tidak habis pikir bagaimana dirinya menyetujui kehendak sang ayah yang ingin menjadikan siluman itu sebagai senjata, sebagai ancaman untuk desa lain.

Berjarak ratusan meter dari tempatnya menapakkan kaki di atas danau, ia bisa melihat bagaimana Sakura dan Kakashi berusaha menjinakkan naga itu. Mereka melompat dari satu kepala ke kepala lain, berusaha menghindari semburan sang naga. Tak perlu menduga pun, ia menyadari bahwa keduanya cukup kuwalahan, apalagi Kakashi yang membentuk beberapa bunshin untuk menangani masing-masing kepala naga. Sekuat apa pun seorang ninja, mereka akan tetap kelelahan bila menggunakan energi chakra terlalu banyak.

Mencoba mengembalikan napas megap-megap kembali normal, wanita berambut hitam panjang itu terbeliak. Ia bisa merasakan chakra yang luar biasa mendekat ke arah danau. Mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya, ia mencoba mencari tahu. Belum sempat menoleh pun, dua bayangan melompat cepat ke dekat tubuhnya.

"Siapa—"

Belum selesai apa yang ingin ia tanyakan, seorang lelaki berambut kuning berteriak, "Sakura-chan!"

Lelaki berperawakan ramping itu melompat cepat diikuti wanita berambut blonde panjang yang ia perkirakan seumuran Sakura. Mereka mendekat ke arah naga, tetapi salah satu kepala mencoba menghantam lebih dulu membuat keduanya bergerak mundur.

"Kalian harus hati-hati!" tukas Sora cepat begitu tubuh dua orang itu berada di sampingnya kembali.

Keduanya berpandangan sejenak, lalu tubuh Kakashi yang asli bergerak cepat menuju ke tempat mereka.

"Kalian datang tepat pada waktunya. Naruto, kau harus membantuku mengalihkan perhatian naga itu."

"Bila tepat pada waktunya," ujar Kakashi terhenti sejenak, menatap ke atas di mana sosok Yu dan Tetsuo terlihat saling berhadapan, lalu kembali menatap Naruto, "aku akan memotong ekor naga."

"Untuk apa memotong ekor naga?" tanya Naruto yang membuat kernyit Kakashi menebal.

"Tidak ada waktu untuk menjelaskan sekarang. Sebelum aku kehabisan chakra, kau harus berhasil mengalihkan perhatian setiap kepala naga."

BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang