Tanzaku di Ranting Bambu

1.4K 249 26
                                    

Saya sudah melewatkan pertambahan usia lagi kemarin. Doa dan harapan yang baik agar saya selalu diberikan kesehatan, keberkahan dan rejeki yang halal. Selama saya masih bisa menulis, maka kisah KakaSaku akan selalu tertuang di akun ini.

NB : Jangan tanya usia, gak sopan. :D Btw, chapter ini sudah tiga ribu kata sehingga adegan kipas-kipas akan menjadi scene singkat pada chapter depan saja. Biar gak terlalu panjang pada chapter ini, ya! Buat kalian yang setia menunggu kelanjutan kisah ini, terima kasih sebanyak-banyaknya.

***

Saat bangun pada pagi hari, Sakura tidak menemukan Kakashi di tempat tidur. Bukan laki-laki itu yang tidur di sisi kiri, tetapi Ino. Gadis itu tengah mendengkur dengan gaya tidur membelakangi tubuh Sakura. Setelah merapikan diri lebih dulu, Sakura bergerak menuju ke kamar mandi. Ia tahu Ino bisa lebih lama di kamar mandi, maka ia tidak ingin membuang waktu secara percuma.

"Sakura, kenapa kau tidak membangunkanku?" tanya Ino yang mengucek mata begitu Sakura keluar kamar mandi.

"Setidaknya kita bisa mandi bersama," tambahnya.

Sakura hanya tertawa kecil, lalu bergegas mengambil pakaian dari dalam lemari. Kemarin Sora memberikan dua kimono kepada mereka untuk merayakan Festival Tanabata. Wanita itu memberikan kimono warna merah pada Sakura, sedangkan Ino mendapatkan kimono warna biru yang selaras dengan bola mata aquamarine itu. Meski tidak terbuat dari sutra terbaik, kimono yang ia miliki terbuat dari bahan katun yang sangat lembut. Ia tersenyum kecil mendapatkan hadiah gratis seperti itu.

Setelah mengikatkan sampul obi, Sakura menatap dirinya sendiri di depan cermin. Wajahnya tampak pucat dengan kulit seputih porselen itu. Lehernya tampak jenjang karena pengaruh bagian kerah kimono yang lebih menjuntai. Memperlihatkan leher itu sampai ke tengkuk secara sempurna. Tidak heran kalau banyak orang bilang bahwa leher para gadis bisa menggoda pemuda mana saja.

"Kau harus tampil cantik hari ini, Sakura."

Sakura terperangah dan mengumpat singkat, "Sial. Kau mengagetkanku, Pig!"

Ino terkekeh. Ia hanya memakai handuk putih, tapi sama sekali tidak peduli. Tangan Ino membenarkan lipatan kerah kimono Sakura dan mengambil bedak tabur yang dioleskan tipis di wajahnya.

"Hentikan, Ino!"

"Sudahlah, kau diam saja. Aku akan mengoleskan perona bibir warna merah agar wajahmu lebih hidup. Kau tampak pucat."

Sakura terdiam. Ia memang agak gugup sehingga wajah bisa terlihat lebih pucat. Sebenarnya, ia agak khawatir menghadapi Kakashi hari ini. Seperti apa yang disarankan Ino bahwa ia hanya punya kesempatan malam setelah Festival Tanabata. Bila ia gagal mendapatkan apa yang diperintahkan Tsunade, maka ia tidak tahu harus menghadapi sang shishou di kantor Hokage nanti.

"Oleskan minyak wangi di sekitar lehermu!"

"Untuk apa?" kernyit Sakura tidak mengerti.

Ino menggelengkan kepala dengan kesal, lalu memercikkan minyak wangi beraroma floral yang segar.

"Bila pemuda mencium pipi, ia akan tertarik melanjutkan ke rahang hingga ke lehermu berkat aroma yang memabukkan."

"Ino! Aku tidak akan membiarkan pemuda mana pun menciumku!"

"Ya, ya. Sakura akan membanting dan mematahkan rahang mereha bila berani mendekat satu senti saja."

Sakura tertawa, Ino hanya mengangkat bahu sebagai tanda ia mengibarkan bendera putih pada pemikiran sang sahabat. Menunggu Sasuke hanya untuk mendapatkan ciuman pertama, astaga ia bisa mati lumutan karena itu.

BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang