Kemalangan Tanpa Ujung

1.2K 140 48
                                    


Ngalor ngidul makin nggak jelas, gue pusing dah! Kalau baca ulang karakter Sasuke di sini benar-benar kayak bukan Sasuke. Banyak cingcong, duh apa salah menambahkannya di cerita ini. Hiks, bukan nggak suka Sasuke dan Sakura, tapi gue merasa mereka tidak bisa hidup di cerita ini. Nggak ada ruhnya. Semoga kalian yang baca tetap bisa menyelami perasaan SasuSaku soalnya diriku sendiri ragu. Daripada discontinue 'kan? Baca ajalah.

Yang nanyain Dark Side di kolom komentar, selama masih sehat dan bisa berpikir waras, akan gue lanjutkan after Blue selesai. Sesekali bakal nongol di KakaSaku random story untuk menghibur diri sendiri. Sebenarnya, ada ide Madara Sakura Hashirama ditambahin Kakashi dengan membawa mereka lewat dimensi waktu. Ide yang nongol sejak 2018, tapi gagal dieksekusi sampai sekarang. Entahlah, kalau bisa mikir ya ditulis nanti. Kalau enggak ya, gue hiatus. 5k+ words, wow meski typo berserakan seperti biasa. Ditulis hanya beberapa jam tanpa pengendapan, tau deh. 

 Have a nice Monday, Guys!

***

Danau Mashu mulai mengalami peningkatan debit air karena musim hujan yang datang lebih awal. Meskipun hawa dingin terasa menyergap setiap Sakura keluar dari area kuil, tetapi ia bisa melihat bagaimana Sasuke tidak memakai pakaian yang lebih panjang. Atasan berwarna ungu muda sebatas siku itu tidak mampu menghalau udara dingin, apalagi lelaki itu tidak memakai jubah musim dingin. Tentu ia tahu bahwa jubah hitam Sasuke kini ada dalam genggamannya sendiri.

Dengan langkah lebih pelan, Sakura berjalan menuju ke arah Sasuke yang mampu mendengar derap kaki tapi tidak menunjukkan tanda bahwa ia tertarik menoleh ke belakang. Saat kaki Sakura terantuk batu kecil hingga ia nyaris terjerembab ke tanah, barulah Sakura membalikkan tubuh. Tangan kanan lelaki itu sigap menopangnya dengan baik hingga Sakura bisa menguasai diri.

"Ah, maafkan aku," bisik Sakura segera, tapi Sasuke tidak menyahut.

Lelaki berambut hitam itu tidak beringsut dari posisi menopang tubuh Sakura malah terkesan ia sengaja berlama-lama. Tangan kirinya menyentuh puncak kepala Sakura, membuat wanita muda itu terkejut sekaligus bingung. Tinggi mereka yang berjarak cukup jauh bukan halangan saat kepala Sakura berada tepat di dada. Bahkan suara jantung yang berdegup kencang itu bisa ia dengar dengan saksama.

"Sasuke," bisik Sakura pelan.

Sasuke bergeming, tapi ia melepas Sakura lima belas detik kemudian. Memandang bola mata seteduh hutan lindung itu agak lama, berharap hijau dan hitam bisa bersatu. Menciptakan perpaduan warna yang tidak sempurna, tapi indah.

"Aku membebaskanmu," balas Sasuke singkat.

Mungkin Sakura sudah lupa bahwa ia tetaplah tahanan kelompok Sasuke selama berbulan-bulan. Hari kebebasan telah tiba, tapi entah kenapa ia merasa sedih dalam waktu bersamaan. Bagaimanapun ia pernah memiliki rasa pada Sasuke, tentu waktu berbulan-bulan sedikit mengembalikan sisa rasa lama yang masih tertinggal. Namun, ia juga tahu bahwa pergi bersama Sasuke sangat berisiko dengan kondisi kehamilan yang hampir mencapai puncak trimester akhir.

"Aku harus pergi sekarang. Kurasa anjing itu akan segera tiba di sini," tutur Sasuke sembari memandang Sakura lagi. Pandangan yang lebih lembut hingga menyentak dada, membuka rasa lama yang belum hilang sepenuhnya. Seolah mereka tidak akan pernah bisa saling memandang lagi untuk waktu yang lama, bisa bertahun-tahun mendatang.

Mungkin Kakashi sudah tahu, Sakura merasakan kegelisahan kembali merayapi hati. Karin pasti sudah bisa mendeteksi kapan Pakkun akan tiba di tempat itu, maka ia balas memandang Sasuke lebih lama. Berusaha mengabadikan wajah Sasuke yang bisa ia ingat dalam kenangan terakhir kali.

BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang