I Wanna Love You but I Don't Know How

1.4K 195 26
                                    


Deretan bunga ajisai itu masih ada di halaman depan penginapan yang menjadi salah satu bangunan utuh, Sakura jelas mengingat tragedi siluman kepala delapan yang mengamuk lima bulan silam. Ditatapnya bangunan kuil yang sudah kembali meski ada beberapa bangunan yang tampak ditata ulang, berbeda dengan bentuk semula.

"Senang melihatmu kembali ke sini, Sakura-san," ucap Kenji, pria muda yang memakai hakama putih sebagai pengganti mendiang Tetsuo, mengangguk pada Sakura penuh hormat.

"Aku sangat bersyukur bisa datang kembali, Kenji-sama," balas Sakura yang balas memberikan penghormatan.

Kening Kenji tampak mengerut mendengar sebutan formal yang kelewat sopan itu. Bagaimanapun ia merasa Sakura tidak perlu memanggilnya seformal itu. Di sampingnya, Sora yang menyanggul rambut hitam panjang sepunggung itu ikut tersenyum. Di antara mereka, kepala mungil yang sedari tadi berada di belakang tampak mendongak.

"Ichika, eh maksudku Sakura-san," panggil bocah yang langsung Sakura kenali itu.

Taka tampak menembus tubuh ayah dan ibunya, bergegas menghampiri Sakura dan mengayunkan lengan kanan gadis itu.

"Aku rindu sekali padamu. Apakah Sakura-san bersama Paman Toru atau paman yang berambut kuning itu? Aku ingin menunjukkan keahlian baru pada kalian. Lihat ini!" Buru-buru Taka mengeluarkan kunai yang diberikan Sakura sebagai kenang-kenangan waktu itu, melemparkan tepat pada pohon yang ada di dekat sumur kuil.

"Taka-kun, kau tidak boleh melakukan hal seperti itu!" Sora menarik Taka mundur, sedangkan Sakura hanya mengulas senyum simpul.

"Maafkan tingkah Taka, Sakura-san," ucap Sora memandang galak pada Taka, kemudian mengalihkan perhatian pada empat orang yang berdiri di samping Sakura. Hidung Sora agak berjengit melihat pemandangan tidak biasa di hadapannya, ikut merasakan chakra besar yang ada di dalam tubuh anggota kelompok itu. Aura chakra yang sangat berbeda dibandingkan dengan anggota kelompok Sakura yang dulu.

Tidak ingin menampik pikiran yang langsung melintas begitu melihat anggota kelompok Sasuke, maka Sakura mengambil napas panjang. Ia memandang nanar pada pemimpin kuil di Taki utara itu, lalu berkata lirih, "Aku ingin merepotkan kalian kali ini."

"Selama kami bisa membantumu, maka kami akan melakukannya, Sakura-san," balas Kenji meski nada bicara laki-laki muda itu terdengar agak ragu.

"Izinkan kami tinggal di sini untuk sementara waktu," kata Sakura lemah, memandang bergantian pada Kenji dan Sora sebelum meneruskan, "sampai temanku sembuh. Kami berjanji tidak akan membuat masalah selama tinggal di sini."

Kenji tampak berpikir, memandang ngeri pada Sasuke yang memakai penutup mata hitam dan agak terintimidasi melihat pedang yang terbelit di pinggang pewaris satu-satunya klan Uchiha itu.

"Tentu kalian bisa tinggal di sini selama yang kalian inginkan," balas Kenji akhirnya.

Sakura mengangguk dengan senyuman yang terpatri di wajah. Senyum yang langsung hilang begitu ia mendengar pertanyaan Sora.

"Kau meninggalkan desa saat upacara pelantikan hokage yang baru akan dilangsungkan, Sakura-san."

"Eh?" Wajah Sakura berubah pias.

Sora tampak sama terkejutnya. "Undangan dari Konoha baru datang kemarin diantar kurir dari pimpinan Taki."

Sakura tersenyum palsu. "Oh iya, aku terlalu lama berada dalam perjalanan."

Sora tersenyum mengamati perubahan ekspresi Sakura. "Kurasa Kakashi-san orang yang tepat untuk mengisi posisi itu. Bukankah begitu, Sakura-san?"

BlueWhere stories live. Discover now