Lelaki dihadapannya tersenyum, menarik jari telunjuknya yang menggaruk ujung pelipis matanya yang gelap. "Nak, apa yang akan kutawarkan kepadamu adalah bisnis yang adil. Aku tahu terlalu banyak, kau telah melakukan terlalu banyak. Kita imbang, hanya saja setiap permainan butuh pemenang"

"Apa maumu sebenarnya?" Bisik pemuda itu disebelah telinga lelaki tersebut. Pisau yang ditempelkan pemuda itu pada lehernya bukan hanya bisa memotong perkataan sombongnya, namun bisa pula memotong tenggorokannya dalam sekali sayat.

Lelaki itu tidak menjawab, alih-alih mengeluarkan pistol yang ia sembunyikan dibalik saku jasnya. "Informasi ada disetiap putaran."

Pemuda itu mengeluarkan embusan udara dari hidungnya, giginya terkatup rapat. Ia begitu ingin membelah leher lelaki ini tetapi dia sangat membutuhkan informasi yang keluar dari mulutnya. Pria ini adalah satu-satunya petunjuknya.

"Berapa putaran?" Ia hampir tidak mengenali suaranya sendiri.

Pria itu berseringai. "Aku tahu, kau akan menyukai permainan ini. Masing-masing lima putaran. Haruskah aku mulai, atau kau duluan?"

Ia memperhatikan pistol itu. Pistol perak kecil, dengan lima tabung peluru. Kecepatan pelurunya bisa mencapai 1.900 kaki per detik. Kalau digunakan untuk tindakan close up, berakibat fatal jika berhasil.

Keberuntungan terbaik, adalah bertahan.

"Aku akan jadi yang pertama." Pungkasnya. Ia menarik slide pistolnya dan mendengar peluru berderak di dalamnya. Ia menempelkan moncong pistol ke kepalanya sembari menatap lurus ke arah pria dengan mata cokelat yang menyipit. Tanpa rasa ragu dan takut jarinya menarik pelatuk.

KLIK!

Kosong.

Pemuda itu meletakkan pistol di atas meja. Ia kembali melipat tangannya di dada dan menajamkan pandangannya, "Sekarang, beri tahu aku siapa yang membunuh kakekku?"

Lelaki itu berhenti sejenak dari pistol yang hendak diambilnya sebelum menganggukkan kepalanya. "Ya ampun, kau benar-benar memiliki nyali seperti ayahmu ya?"

Pemuda itu mengangkat bahunya dari sandaran kursi, "Lekas jawab, atau peluru tunggal itu akan melubangi kepalamu."

"Baiklah-baiklah, yang membunuh kakekmu adalah...."





















"JAEHYUN!!!"

Ia membuka lebar matanya. Wajahnya nampak pucat dan keringatnya menitik di sekitar dahinya. Tangannya membabi buta menjangkau ke seberang tempat tidur.

Summer, Mom and Watermelon Where stories live. Discover now