tyraphy

29K 2.4K 405
                                    

Masih ingatkah ketika Taeyong mengalami baby blues diawal-awal kelahiran Jeno? Ya, itulah salah satu fase pendewasaan Jaehyun sebagai seorang ayah dan suami yang untuk kesekian kali harus diuji.

Menghadapi emosi fluktuasi Taeyong tentu bukanlah hal mudah, emosinya sendiri pun turut tersulut kala mendapati sang istri enggan mengurus anak-anaknya. Diposisi serba salah, disitulah Jaehyun berdiri. Antara porsinya sebagai suami dan ayah, semuanya dirasa serba sulit.

Satu sisi ia mencoba memahami Taeyong dalam masa-masa yang sebenarnya cukup berat bagi istrinya itu dimana Taeyong masihlah sangat terpukul atas kepergian sang ayah sedangkan dititik yang sama ia harus memikul beban baru sebagai ibu dari dua anak. Satu sisi lagi sebagai ayah pun Jaehyun ingin memperjuangkan hak dari kedua anaknya untuk diurus secara penuh oleh ibunya, terlebih si kecil Jeno yang masih sangat-sangat perlu perhatian khusus.

Segala macam cara dilakukannya demi mengembalikan Taeyong pada jalurnya, banyak artikel serta buku yang ia baca dan kemudian ia simpulkan jika istrinya itu tengah mengalami syndrom baby blues.

Itu hipotesisnya berdasarkan bacaan, namun logikanya masih belum ingin sepaham dan ragu pasalnya syndrom dan prilaku seperti itu tak menyerang Taeyong pada kelahiran Mark, padahal jika ditakar tingkat 'blue'-nya tentu kelahiran si sulung itu lebihlah hebat menjungkir balikan hidup Taeyong dan Jaehyun.

Tak ingin mengambil simpulan secara gegabah, Jaehyun pun memutuskan untuk berkonsultasi dengan orang yang kiranya lebih memahami arti dibalik tingkah 'ajaib' Taeyong. Selepas makan siang dan menengok keadaan istri dan dua anaknya dirumah, lelaki itu kembali pergi untuk memenuhi janji temu di sebuah klinik psikologi pribadi milik sang kawan lama dan tentunya tanpa sepengetahuan Taeyong. Ketika si pinky itu bertanya, Jaehyun hanya mengatakan bahwa ia akan kembali sebelum petang dan berjanji akan memandikan Mark dan Jeno.

Dan disinilah Jaehyun, duduk gusar di kursi tunggu dengan rambut yang turun menutupi kening karena tak sempat untuk sekedar membalurkan pomade di helaian pirangnya. Sebentar-sebentar lelaki itu menengok alroji, sesungguhnya ia tidak punya waktu untuk dihabiskan dengan menunggu seperti ini, namun karena urusannya sangat mendesak dan penting mau tidak mau ia harus bersabar lebih lama.

Lima belas menit berlalu sejak pasien sang kawan yang terakhir masuk, tak berselang kemudian lelaki dengan jas dokternya keluar menyapa Jaehyun yang berwajah jengah.

"Jangan memasang wajah masam begitu, menunggu itu baik untuk melatih kecerdasan emosional tau!" ujar lelaki itu penuh canda, matanya yang berbingkai kacamata itu menatap pada Jaehyun yang mendengus.

"Jadi apa yang membawa seorang Jung Jaehyun datang ke klinik kecilku ini?" sambungnya lagi sembari meletakan pulpennya disaku kemudian menggiring Jaehyun yang sudah berdiri untuk masuk kedalam ruang konsulnya.

"Aku sedang pusing Taeil-hyung!"

Jaehyun memulai ceritanya, dari balik kacamata psikologisnya lelaki yang dipanggil Taeil itu pun merasakan demikian. Lelaki tampan didepannya ini sedang dalam fase gundah gulana, namun sebagai dokter ia ingin mendengar lebih dulu apa yang menjadi pokok permasalahan Jaehyun.

"Istriku berkelakuan aneh semenjak kelahiran bayi kedua kami yang kebetulan bertepatan dengan kepergian ayah mertuaku,"

"Sejak saat itu ia banyak menyendiri dan menangis, semula aku membiarkannya karena kupikir ia masih butuh waktu untuk berduka, namun lama kelamaan hal itu justru berimbas pada kedua anakku yang terlantar karena istriku seolah tak mempunyai keinginan untuk mengurusnya."

Lirih Jaehyun berujar, bibirnya bergetar menahan emosi kesedihan dari dalam hatinya, matanya berkaca-kaca sekelebat ia teringat hal-hal yang mengiringi kelahiran Jeno serta betapa berat beban yang ditanggung diam-diam oleh istrinya. Ia hanya takut jika dibiarkan Taeyong akan terus-terusan larut dalam gejolak itu hingga membuatnya kehilangan jati dirinya sendiri sebagai seorang istri dan ibu untuk anaknya yang masih kecil-kecil.

Summer, Mom and Watermelon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang