17 ● PERASAAN KHAWATIR

Start from the beginning
                                    

"Lama!" Kesal Risa dan Rio.

"Maaf…."

●●●●●

Hari ini sejujurnya Dhika ingin sekali menjemput Cinta di sekolahnya, karena hari ini adalah hari kelulusan kekasihnya. Dhika ingin melihat Cinta mengenakan seragam putih abu-abu itu untuk yang terakhir kalinya. Namun sayang, hari ini ia harus menjemput seseorang di bandara.

Dari jauh Dhika melihat sosok itu, sosok seorang wanita tua bertubuh tambun dengan kacamata yang membingkai wajahnya. "Oma!" Dhika memanggilnya.

Sang Oma yang bernama Sisca Wijayanto itu menyambut Dhika dengan pelukan. "Oma kangen sekali sama kamu Dhika. Kamu semakin gagah," ujarnya bersemangat.

"Oma juga, semakin cantik saja," goda Dhika.

"Kamu bisa saja." Keduanya tertawa.

Dhika sangat menyayangi Omanya begitupun sebaliknya, Dhika adalah satu-satunya cucu kesayangan Sisca. Bagi Sisca Dhika-lah segalanya. Sudah enam tahun Sisca tidak bertemu dengan Dhika karena cucunya itu pergi untuk study ke luar negeri. Selama ini Sisca lebih memilih tinggal di Singapore saat Dhika tidak ada, dan saat mengetahui Sang Cucu telah kembali, Sisca pun memutuskan untuk kembali ke Jakarta untuk tinggal bersama dengan putra dan cucu kesayangannya itu.

"Hai," sapa seseorang yang ada di belakang Sisca.

Ternyata Sisca tidak sendiri, ia mengajak seorang gadis cantik bersamanya. Gadis itu bernama Sofie, ia adalah cucu dari sahabatnya di Singapore.

"Siapa Oma?" tanya Dhika.

"Dia cucu sahabat Oma, namanya Sofie."

"Sofie…."

"Dhika." Dhika menjabat tangan gadis itu dengan ramah.

"Oma berangkat sama dia, kebetulan dia akan tinggal di Jakarta untuk bekerja sebagai dosen di salah satu kampus. Berhubung dia tidak punya kerabat di Jakarta, Oma berinisiatif untuk mengajaknya tinggal di rumah kita, kamu nggak keberatan bukan?"

"Ahh … nggak sama sekali, Oma," ucap Dhika.

Sisca terlihat senang dengan respon cucu kesayangannya itu, sejujurnya Sisca punya rencana, tapi itu akan ia bicarakan nanti, tidak sekarang. Sekarang yang terpenting adalah melihat respon Dhika dan juga putranya terhadap gadis yang ia bawa.

"Biar aku yang bawakan." Dhika mengambil alih troli itu dari tangan Sofie.

"Terimakasih…."

●●●●●

"Kamu kenapa sih, Taa?" tanya Risa.

Sedari tadi Risa memperhatikan Cinta yang terlihat sedikit murung dari balik kaca spion mobilnya. Cinta sama sekali tidak menghiraukan obrolan Risa dan Rio yang duduk di depannya.

Cinta tak henti memikirkan kepulangan Sang Oma, sejujurnya ia merasa khawatir dengan apa yang akan terjadi saat ia kembali bertemu dengan Sisca. Sang Oma sejak dulu sudah tidak menyukainya, bahkan bisa dibilang membenci kehadirannya. Bukan hanya dia, bahkan Sisca pun tidak menyukai—Tari—Bundanya. Mungin dengan Bundanya, Sisca masih mau bicara, tapi tidak dengannya. Selama ini Sisca tidak pernah menganggap Cinta ada meskipun gadis itu ada di sekitarnya, dan hal itulah yang membuat Cinta kepikiran.

Apa Oma masih sama seperti dulu? Batinnya.

"Taa, kamu dengerin kita nggak sih? Kamu melamun terus!" Kesal Risa.

Cinta pun sadar jika sedari tadi Risa dan Rio mengajaknya bicara. "Ahh, maaf…."

"Kamu lagi mikirin apa sih?" tanya Rio.

Cinta menghela napasnya. "Omaku … hari ini dia pulang," ucapnya.

"Oma? Maksudnya Omanya Kak Dhika." Cinta mengangguk menjawan ucapan Risa.

"Oma-oma yang galak itu, pulang?"

"Kamu kok ngomongnya gitu sih, Yo…," ucap Risa.

"Kenyataannya memang begitu, Sa … Omanya Kak Dhika itu galak. Dia tidak pernah memperlakukan Cinta dengan baik, bahkan dulu dia selalu marah-marah saat kita datang untuk bermain dengan Cinta."

"Siapa tahu saja Omanya sudah berubah kan," ucap Risa menengahi.

"Aku juga berharap seperti itu," gumam Cinta.

"Semoga saja hubunganmu dengan Kak Dhika nggak bermasalah saat Omamu itu pulang."

Rio dan Risa juga sudah mengetahui jika Cinta dan Dhika menjalin hubungan, dan karena itulah Rio bisa berkata seperti itu, tapi apa yang Rio katakan membuat Risa kesal, Risa pun mencubit Rio hingga pemuda itu mengaduh kesakitan.

"Sakit tahu!"

"Makanya lihat kondisi kalau ngomong, lihat tuh perbuatanmu!"

Rio melihat Cinta semakin khawatir, gadis itu terlihat resah setelah mendengar ucapannya. "Taa, aku nggak maksud kok, sorry ya…."

"Makanya!" Gumam Risa pada Rio. Rio hanya bisa bergumam maaf.

"Jangan khawatir, Ta … aku tahu Kak Dhika bisa diandalkan. Kamu hanya perlu percaya padanya saja…."

Cinta menatap kedua sahabatnya dan ia pun tersenyum sambil mengangguk, walaupun hatinya tetap resah. "Terimakasih, kalian sahabat terbaik."

"Itu sudah jelas bukan!" Seru Rio. Cinta dan Risa pun tersenyum menanggapi pemuda itu.

Semoga tidak ada masalah….

●●●●●

Nah ini nih...yg jadi pembeda antara cerita ILMLS yg dulu sama yg sekarang direvisi. Ada satu tokoh lagi yg aku tambahkan. Sebelumnya kan tokoh Oma ini gak ada dan untuk kedepannya konflik serta tragedinya juga akan sedikit aku rubah dari yang dulu. Jadi terus pantengin ya.

Next Bab aku update jam 9.
Jangan lupa Vote & Comment ya ;)

I Love My Little SisterWhere stories live. Discover now