3 ● PERASAAN YANG TAK SAMPAI

56.6K 2.5K 31
                                    

BAB 3 ● PERASAAN YANG TAK SAMPAI

Takdir memang sulit untuk ditebak, namun hidup yang menuntunmu. Pilihanmu membawamu pada takdir hidupmu sendiri. Jangan pernah salahkan takdir, cobalah untuk memahaminya dan menjalaninya, karena akan ada rencana yang tak 'kan pernah bisa kau mengerti dalam pilihanmu.

Tik tok tik tok ....

Detik jam terdengar cukup nyaring di kesunyian ruang yang cukup temaram itu. Seorang pemuda masih saja terjaga di jam yang sudah selarut ini, entah mengapa matanya susah sekali untuk terpejam. Ia melirik jam dinding yang terlihat oleh karena cahaya rembulan yang mengintip dari balik pintu kaca berandanya.

"Dua petang," gumamnya.

Pemuda itu cukup lama duduk terdiam di tepi ranjangnya sambil memandang ke arah pintu kaca yang menyambungkan kamar ini dengan beranda di depannya. Pemuda itu melangkahkan kakinya menuju pintu kaca yang bergaya sliding itu dan menggesernya secara perlahan. Angin malam mulai menerpa wajahnya, memberikan sentuhan dingin yang membuat kulitnya meremang.

Ia mengedikkan kepalanya lalu menatap ke beranda kamar di sebelahnya. Di sanalah letak kamar Cinta.

Beranda mereka hanya dipisahkan oleh dinding pembatas setinggi pinggang orang dewasa yang dengan mudah dapat dilompati.

Dhika memandangi pintu kaca beranda itu. Apa kebiasaan lamanya masih sering dia lakukan? pikirnya.

Dhika mengingat kejadian sepuluh tahun yang lalu, tepatnya di branda ini….

Bunyi kaca pintu yang bergeser terdengar cukup nyaring di telinga, membuat Dhika dengan cepat mengalihkan tatapannya. Ia menatap ke arah beranda di sebelah beranda kamarnya. Terlihat seorang gadis kecil sedang berdiri di ambang pintu sambil menatap Dhika yang sedang bersandar di teralis besi di seberang berandanya.

"Cinta! Kamu belum tidur?" tanya Dhika pada gadis kecil itu sambil menghampirinya lalu duduk di atas dinding pembatas antara beranda mereka.

"Iya ini mau tidur kok, aku cuma mau buka pintunya sedikit, biar anginnya bisa masuk," jelas Cinta sambil mengatur lebar celah pintu yang mau dibukanya. Hal itu membuat kening Dhika berkerut.

"Biar angin bisa masuk?" ulang Dhika heran.

"Iya, soalnya kalo nggak dubuka nanti aku nggak bisa tidur," jelasnya lagi.

"Jadi pintu ini tiap malam nggak pernah kamu tutup? Nanti kalo kamu sakit bagaimana? Kamu bisa demam!"

"Nggak Kak, sudah biasa kok…. Soalnya kalo pintunya ditutup rapat aku takut. Lagi pula anginnya sejuk bisa buat aku tidur nyenyak," jelas Cinta dengan nada polosnya.

"Kalo kamu mau dingin, kamu bisa nyalain AC-nya. Terus apa yang kamu takuti?" Pertanyaan Dhika membuat raut wajah adiknya itu sedikit takut dan khawatir.

"Takut—" Cinta menggantungkan kata-katanya sambil melirik ke arah kakaknya itu untuk sesaat.

"Aku takut kalau terkurung lagi, nanti aku nggak bisa keluar kayak dulu waktu kebakaran." Penjelasan Cinta membuat Dhika tertegun.

Ternyata kebakaran dua tahun yang lalu masih membawa trauma bagi Cinta, karena kebakaran di gudang taman waktu itu hampir merenggut nyawanya. Bayangan kejadian itu kembali terulang dalam memori Dhika.

Waktu itu mereka memang sedang bermain petak umpat dengan anak dari teman Bundanya yang sedang mengadakan arisan di rumah. Saat itu Cinta ingin ikut bermain, tapi karena dia masih terlalu kecil untuk diajak bermain akhirnya Dhika mengajak Cinta untuk ikut bersembunyi bersamanya di dalam gudang, di samping taman. Gudang itu cukup luas dan mereka bersembunyi di sana, tapi ketika mereka hampir ketahuan, Dhika menyuruh Cinta untuk tetap tinggal di dalam, karena dia ingin mengalihkan perhatian temannya yang sedang berjaga itu agar Cinta tidak ketahuan. Namun kesalahan yang dibuat Dhika sangatlah fatal. Gudang itu terbakar karena arus pendek, dan parahnya Dhika meninggalkan Cinta di gudang itu sendirian, dengan kondisi pintu yang sengaja dikuncinya rapat dari luar hingga membuat Cinta tidak bisa keluar dari gudang itu, tapi beruntung Cinta bisa terselamatkan. Mang Joko, tukang kebun yang saat kejadian itu ada di samping gudang mendengar teriakan serta tangis Cinta. Lalu ia segera menyelamatkan Cinta dari lalapan api itu, meski setelahnya Cinta harus berada di rumah sakit sekitar satu minggu akibat gangguan pernapasan. Gadis kecil itu terlalu banyak menghirup asap dari kebakaran itu.

I Love My Little SisterWhere stories live. Discover now