19 ● RAHASIA DAN KEBENCIAN

17.7K 749 27
                                    

BAB 19 ● RAHASIA DAN KEBENCIAN

Seorang wanita paruh baya berusia hampir empat puluh tahunan itu sedang berdiri di depan sebuah lemari besar di ruang kerja suaminya. Ia sedang memandangi sebuah map berwarna hijau, map yang membawanya pada memori lama yang ingin ia hapus dari ingatannya. Namun sayang, kenyataannya kenangan pahit tersebut tak akan pernah bisa ia lupakan karena terlalu membekas dan sakit.

Kejadian belasan tahun yang lalu sudah merubah seluruh harapannya, kecelakaan itu telah merenggut masa depannya. Dicap sebagai wanita tak sempurna membuatnya selalu merutuki kejadian tersebut. Bening kristal itu pun mulai mengalir dari sudut matanya, membasahi kedua pipinya kala mengingat kepahitan yang pernah dialaminya tersebut, bahkan sampai saat ini kenangan pahit tersebut masih saja membayang-bayanginya.

"Tari…," usapan lembut di pundaknya membuat ia sedikit terkejut.

"Mas Roy!" Ia mendapati Sang Suami menatap khawatir.

"Lagi-lagi kamu memikirkan masalalu, buat apa diingat lagi?"

"Maaf…," Tari mencoba mengusap sisa air matanya sambil menutup lembaran map berisi riwayat oprasi yang pernah ia lakukan.

"Apa Ibuku kembali mengungkitnya?" tanya Roy, namun Tari hanya bisa diam sambil menatap pilu.

"Aku akan bicara pada Ibu!"

"Jangan Mas! Nggak perlu," cegah Tari.

"Tapi—"

"Semua yang Ibu katakan memang benar, aku memang bukan wanita sempurna dan aku juga bukan seorang Ibu yang baik," sergah Tari.

"Tari…."

"Aku tidak marah pada Ibumu, aku hanya kecewa pada diriku sendiri karena kecelakaan yang kualami itu membuatku tidak bisa memberimu anak. Maafkan aku, Mas…," Air mata kembali menetes dari kedua pelupuk matanya.

"Cukup Tari! Aku nggak suka dengan semua perkataanmu itu. Aku menikahimu bukan untuk menuntutmu memberikanku seorang anak, aku menikahimu karena aku mencintaimu. Tidakkah kamu mengerti itu?"

Roy memeluk Tari yang semakin terisak-isak. "Cukup, lupakan semua itu. Kamu itu Ibu yang sempurna bagi Dhika dan Cinta."

"Tidak Mas, aku Ibu yang jahat. Selama ini aku sudah membohongi Cinta. Aku bukan Ibunya, aku hanyalah wanita jahat yang egois."

"Tapi, kamu melakukan semua itu untuk melindunginya bukan? Kamu punya alasan untuk melakukan semua itu," ujar Roy.

"Aku takut Mas, aku takut jika suatu saat Cinta tahu kebenarannya. Aku takut dia akan membenciku."

"Cinta bukan gadis yang seperti itu. Kamu hanya terlalu khawatir, Tari…."

"Aku memang khawatir Mas, karena beberapa hari yang lalu aku melihat wanita itu. Dia ada di kota ini!"

Roy mengerutkan dahinya. "Wanita itu?"

"Rianti, aku melihatnya. Dia kembali!" Tari terlihat panik.

"Tenanglah Tari!"

"Dia pasti akan merampas Cinta dariku, dia akan merebutnya dariku, Mas!"

"Tenanglah Tar—" Seseorang yang baru datang tiba-tiba saja menyergah ucapan Roy.

"Memangnya kamu bisa apa jika wanita itu datang dan merebut putri kesayanganmu itu? Kamu tidak punya hak melarang wanita itu mengambilnya, memangnya kamu yang melahirkannya?" Ujar Sisca.

"Ibu!" Roy membentak Sang Ibu, sedangkan Tari tergugu mendengar ucapan Ibu Mertuanya.

"Ibu hanya kasihan melihat kalian membohongi gadis itu. Ibu tidak tahu apa yang akan terjadi jika dia mengetahuinya nanti. Mungkin saja dia akan membencimu, dan lari darimu."

I Love My Little SisterDonde viven las historias. Descúbrelo ahora