7 ● KEJUJURAN YANG BERAKHIR PILU

42.9K 1.5K 35
                                    

BAB 7 ● KEJUJURAN YANG BERAKHIR PILU

Cinta itu buta, tak pernah memandang status ataupun keadaan di sekitarnya. Cinta itu egois.

"Kakak berhenti!" Ucap Cinta dengan suara parau.

Seperti kerasukan setan Dhika tidak mengindahkan suara itu, ia malah semakin menekannya di bawah. "Hentikan Kak ini tidak benar, ahhh!" Pekik Cinta saat bibir Dhika menyeruk di lehernya.

Sensasi lembut dan panas dari bibir itu membuat Cinta pening, namun dengan sekuat tenaga ia kembali mendorong tubuh besar yang sedang menindihnya itu. "Kumohon hentikan!"

Cinta menangis, tubuhnya bergetar ketakutan. Dhika benar-benar lepas kendali, pria itu merutuki apa yang sudah ia lakukan.

"Ma—maaf … maafkan aku, aku—"

"Kenapa Kakak melakukan hal ini padaku?" Cinta menatapnya dengan sendu, ada begitu banyak penyesalan di wajah Dhika.

Sejujurnya Cinta merasa sangat bahagia karena perasaan yang ia miliki tak bertepuk sebelah tangan, tapi ia juga tidak bisa memungkiri bahwa kenyataan dari perasaan ini tidak boleh ada bagi mereka berdua, dan hal itu membuat dadanya terasa sesak. Air mata itu mulai jatuh seiring dengan rasa sesak yang kembali menguar di dalam dadanya.

Apa ini yang dinamakan jatuh cinta sekaligus patah hati dalam waktu yang bersamaan? Kenapa rasanya begitu menyakitkan? Ya Tuhan, kenapa rasanya bisa sesakit ini? Sakit sekali! batinnya.

"Maaf aku … aku sudah benar-benar nggak tahan dengan keadaan ini. Aku nggak bisa memendam perasaan ini lebih lama lagi, aku bisa gila! Semua ini terlalu menyakitkan. Aku mencintaimu, Cinta! Sangat mencintaimu, apa kamu nggak bisa mengerti itu?"

Apa yang Dhika ungkapkan membuat air mata Cinta kembali jatuh. Dhika mengusap air mata itu sambil berkata, "Aku mencintaimu selalu…."

"Kamu nggak akan menjawabku bukan? Tapi, aku tahu perasaanmu. Di dalam hatimu kau pun mencintaiku," ujar Dhika.

"Aku nggak tahu harus bagaimana," gumam Cinta

Cinta memberanikan diri untuk menyentuh lembut wajah pria yang sangat dicintainya itu. Bisa menyentuh Dhika seperti ini adalah keinginannya sejak dulu, menyentuh pria itu dengan prasaan cinta yang tidak lagi ditutup-tutupinya.

Dhika menyentuh tangan yang sedang membelai lembut wajahnya, menggenggamnya dan meletakkannya di dada bidangnya. Tepat di jantungnya.

"Bisakah kamu rasakan ini?" tanya Dhika.

Cinta merasakan degup jantung Dhika yang begitu cepat, detak itu membuat hatinya bergetar. Apakah detak jantung ini untukku?

"Jantungku selalu berdegup kencang seperti ini saat melihatmu, berbicara denganmu, menyentuhmu, bahkan dengan membayangkanmu saja jantung ini selalu seperti ini. Aku nggak bisa menahan semua ini, karena setiap kali aku menahannya maka rasanya akan sangat menyakitkan."

"Aku mau kamu tahu, aku mau kamu merasakannya dan aku mau kamu menjadi milikku."

Pengakuan Dhika membuat jantung Cinta berdetak kencang, ia bahagia dengan apa yang ia dengar, namun tiba-tiba saja perasaan bahagia itu hancur ketika kenyataan pahit terpampang jelas di hadapannya. Kenyataan bahwa mereka tidak mungkin bisa bersatu.

"Tapi kamu itu Kakakku dan semua hal ini salah! Aku ini adikmu dan kita bersaudara," jelas Cinta sambil menangis.

"Ya kita memang bersaudara, tapi kita bukan saudara kandung, dan kamu tahu itu!" Dhika memperjelas sambil memperlihatkan sedikit emosinya karena merasa Cinta begitu naif.

"Aku tahu dan aku mengerti itu! Aku sangat mengerti, tapi kita terikat status saudara secara hukum dan itu nggak bisa dipungkiri!"

Dhika mengepalkan tangannya kuat-kuat, ia benar-benar benci dengan starus yang Cinta ucapkan itu. Ia benar-benar tidak menginginkan status diantara mereka itu.

"Lebih baik lupakan semua perasaanmu, karena aku juga akan melakukan hal yang sama. Aku nggak mau menyakiti perasaan kedua orangtua kita, terutama Bundaku," ujar Cinta.

Dhika tergugu akan penolakan itu, dan saat Cinta hendak beranjak Dhika lebih dulu menarik lengannya hingga tubuh itu kembali jatuh kedalam pelukanya.

"Kakak! Lepasin aku, Kak!" Cinta meronta, namun Dhika benar-benar tidak ingin kehilangan gadis itu. Kali ini Dhika mengeratkan pelukannya, ia bertekad tidak akan melepaskan cintanya.

"Bagaimana denganmu? Apa kamu nggak merasa sakit saat menahan semua perasaan ini?"

Pertanyaan Dhika membuat Cinta terdiam. Gadis itu sempat terdiam beberapa saat hingga akhirnya suaranya kembali terdengar.

"Tentu rasanya sangat menyakitkan, namun jika itu yang terbaik aku rela meski harus sakit. Aku rela berkorban demi kebahagiaan orang-orang yang aku sayangi, walaupun aku nggak akan bahagia. Aku rela tersakiti demi kebaikan keluarga ini…."

Dhika melepaskan pelukannya. "Lalu bagaimana denganku? Aku juga pasti akan tersakiti, sama sepertimu!" Ucapan Dhika membuat Cinta tertegun.

Cinta sadar jika di sini merekalah yang tersakiti, merekalah yang menjadi korbannya. Cinta paham betul akan hal itu, tapi menurutnya hal ini adalah hal yang paling baik bagi mereka. Melupakan perasaan itu dan menganggapnya tak pernah ada adalah hal terbaik.

"Aku tahu, tapi jika Kakak memaksakan perasaan ini, itu berarti Kak Dhika terlalu egois, cinta yang Kakak rasakan padaku membuatmu bertindak egois! Aku nggak mau hal itu."

Kelu … itulah yang Dhika rasakan saat mendengar perkataan itu. Rasanya seperti ada belati yang menikam tepat di jantungnya.

"Maafkan aku, lebih baik kita lupakan semua perasaan terlarang ini…." ujar Cinta lalu pergi meninggalkan Dhika yang masih terpaku di tempatnya.

" ujar Cinta lalu pergi meninggalkan Dhika yang masih terpaku di tempatnya

¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.

Air mata itu terus mengalir tanpa henti membasahi kedua pipinya. Saat ini Cinta sedang merasakan perihnya patah hati. Jantungnya terasa sakit seperti direnggut paksa dari dalam rongga dadanya dan dihancurkan tepat di hadapannya.

"Apakah seperti ini rasanya patah hati? Kenapa rasanya sesakit ini?" gumam Cinta sambil terisak.

"Maafkan aku, Kak … maaf karena sudah bertindak egois dengan menyakiti perasaanmu," gumam Cinta pilu.

Malam itu Cinta hanya bisa menghabiskan waktunya dengan menangis dan meratapi cintanya. Cinta yang baru saja dicampakkannya.

Malam itu pun Dhika merasa sangat hancur. Hancur karena tindakan bodohnya tadi. Dhika tahu semua pasti akan begini jadinya dan ia telah siap dengan semua konsekuensinya, tapi mengapa rasanya sesakit ini?

"Jika itu yang kamu mau akan kulakukan, tapi aku nggak yakin kalau aku bisa membuang semua perasaan yang kumiliki ini." Dhika hanya bisa memandang sedih beranda kamar Cinta dari gazebo taman.

●●●●●

Copyright©

Hai, maaf baru balik lagi. Mudah2an gak pada lumutan ya nunggunya *disepakbolasepak :v

Nggak perlu banyak kasih alasan, yg jelas updatean lama gara2 wattpad juga sering eror belakangan ini, jadi akunya males buat posting :v

Ya udah, aku cuma minta vote sama commentnya aja. Kalau memuaskan nanti aku next lagi ;)

Oke, see u :3 *muah

Nb : di mulmed ada foto cast Cinta, untuk cast Dhika menyusul ya ;)

I Love My Little SisterDonde viven las historias. Descúbrelo ahora