6. WTH ARE THEY TALKING ABOUT?

29.6K 5.5K 1.1K
                                    

Selamat Hari Raya Idul Adha buat teman-teman semua. Semoga menjadi berkah buat yang qurban dan yang mendapatkan daging qurban ya. Aamiin. Jangan kaget baca chapter ini, ya. Entar juga paham kenapa mulmed-nya Twice lagi hahaha.

Happy reading
*
*
*


Kening Haura berkerut saat menemukan Dzaki sedang mengobrol santai dengan beberapa personel proyek di depan direksi keet. Dua dari mereka sedang merokok. Haura sampai mengecek jam di tangan kirinya untuk memastikan bahwa dia nggak telat. Masih tiga puluh menit lagi sebelum jam sembilan.

Tumben nggak telat, pikir Haura dalam hati lalu berjalan ke arah Dzaki sambil membalas sapaan para tukang padanya.

Para pekerja di proyek ini sangat ramah dan sopan pada Haura. Nggak sekali mereka yang menyapa Haura lebih dulu. Thankfully, hingga saat ini tidak ada dari mereka yang menggoda Haura terang-terangan. Sejauh ini-ya walaupun ini masih kali ketiga Haura ke proyek ini-Haura belum merasakan ketidaknyamanan dan dia berharap seterusnya akan begitu.

"Pagi, Haura," sapa Satya, quality control pada proyek ini. Satya satu almamater dengan Haura, Dzaki dan Gomgom.

"Pagi, Mas," jawabnya lalu ikut menyapa yang lain. Saat dia bertatapan dengan Dzaki, Haura mengangguk sekali.

Satya meminta Haura untuk duduk bergabung dengan mereka. Dzaki tidak menghiraukan keberadaan Haura. Dia asyik berbicara dengan personel-personel lainnya.

"Gomgom mana?" tanya Satya pada Haura.

"Kata Gomgom dia nginep di kontrakan abangnya, Mas."

Kepala Satya mengangguk-angguk. Dia menawari Haura kopi yang langsung ditolak Haura dengan halus.

"Naik kereta ke sini, kan? Penuh banget dong," Satya lalu menepuk pundak Dzaki. "Lo sebagai senior yang baik mestinya jemput Haura dong, Ki. Kasian kan Haura dempet-dempetan di kereta. Parah lo emang."

Dzaki menatap Satya dengan wajah tak habis pikir. Dia menghela nafas. "Bang, yang bener aja. Ya kali rumah gue di Cawang terus gue mesti ke Depok buat jemput dia baru berangkat bareng ke Tebet. Buang-buang tenaga, buang-buang bensin. Yang dijemput juga belum tentu mau."

Satya dan para personal langsung terbahak. Haura mengerutkan dahinya. Dia nggak butuh jemputan sama sekali, apalagi dijemput oleh Dzaki. Banyak kendaraan umum yang bisa dia naiki dan Alhamdulillah fisiknya masih segar bugar walaupun dia harus berhimpitan dengan para commuter.

"Mana gue tahu rumah lo di Cawang," sambung Satya lagi.

Dzaki mendecakkan lidahnya. Kalaupun rumah Dzaki di Depok, dia nggak yakin Haura mau pergi bareng dengannya. Junior kakunya ini kan antipati banget sama dia. Apa Haura berpikir Dzaki virus yang harus dihindari? Kalau dia berpikir begitu, maka bagi Dzaki Haura itu bakteri. Berbahaya bagi kesehatan dan sangat patut dihindari serta dibasmi.

"Ya kalau pun nggak bisa jemput Haura di kost, at least lo jemput dia di stasiun lah. Ck. Nggak gentle banget lo. Malu gue sebagai senior," ledek Satya.

Haura langsung menggelengkan kepala. "Nggak perlu, Mas. Makasih."

Siapa juga yang mau jemput elo? Ucap Dzaki dalam hati. Cukup sekali dia menawarkan tumpangan dan ditolak. Dia melirik Haura agak sinis. Haura malah membalasnya dengan tatapan datar.

Sekitar sepuluh menit kemudian, Gomgom dan abangnya muncul. Haura mengajak mereka bertiga untuk berdiskusi sebentar. Dengan malas-malasan, Dzaki mengikuti langkah dua juniornya.

"Hari ini pembagian tugas kita sesuai yang gue omongin di grup. Gue bantu-bantu admin proyek, Gomgom di K3, Kak Dzaki ngawas pengecoran. Entar semuanya harus didokumentasikan. Gue juga udah nyusun pertanyaan-pertanyaan yang sekiranya bisa ditanyain ke mereka. Silakan ditambah kalau perlu," Haura memberikan briefing pada mereka berdua.

KERJA PRAKTIKWhere stories live. Discover now