21. KAGET

20.5K 4.7K 733
                                    

Karena hari ini Taeyong ultah, jadi aku update deh hahahahha
Oh iya selain Taeyong ternyata hari ini aktor lokal favorit aku, Fedi Nuril, juga ulang tahun dong hahahahaha. Kemarin aja cukup kaget waktu tau aku ultah bareng Lee Soo Man, lah sekarang malah Taeyong ultah bareng Fedi Nuril. Ada-ada aja.

Happy reading
*
*
*

Haura mengabaikan telepon dari Adnan walaupun ponsel yang terletak tepat di sebelah laptopnya sudah bergetar lima kali. Haura malah memilih mematikan ponsel. Alasan dari perlakuan tersebut tak lain dan tak bukan adalah karena Haura masih marah pada Adnan. Bisa-bisanya pacarnya membiarkan orang lain mengangkat telepon. Bagi Haura ponsel adalah barang pribadi yang tidak bisa disentuh oleh sembarang orang.

Jika seseorang sudah berani mengangkat panggilan telepon orang lain, itu artinya hubungan mereka sudah masuk ke tahap "akrab". Haura berpikir seperti itu. Siapa sih junior Adnan itu? Apa yang membuatnya berani menyentuh ponsel Adnan?

Haura menggelengkan kepalanya. Kalau dipikir-pikir terus yang ada fokusnya malah terbagi. Tidak boleh terjadi. Jadwal seminar proposalnya sudah keluar sejak minggu lalu. Besok dia harus mempertanggungjawabkan proposal skripsinya di hadapan dosen pembimbing dan penguji. Tidak ada waktu lagi memikirkan Adnan dan masalah hubungan mereka. 

Laptopnya kini menampilkan Microsoft Power Point. Haura sudah menyusun presentasinya dan sekarang sedang mengecek apakah paparannya sudah compact dan menarik. Dia cuma punya waktu maksimal dua puluh menit untuk menjelaskan latar belakang hingga metodologi penelitian. Tidak boleh ada kesalahan sekecil apa pun. 

Haura mencatat poin-poin yang dia rasa penting di notes. Dia juga kembali membaca draft proposalnya untuk memastikan metodologi penelitian. Rasa gelisah kini melingkupi hatinya. Berbagai pikiran buruk muncul di kepalanya. Bagaimana jika besok dia tidak bisa melakukan presentasi dengan baik? Bagaimana jika besok dosen penguji memberikan pertanyaan-pertanyaan sulit padanya? Bagaimana jika dosen pembimbingnya tidak mendukungnya? 

"Aku pasti bisa. Aku udah nyusun proposal ini berbulan-bulan. Everything is gonna be good tomorrow," Haura menyemangati dirinya sendiri. 

Hampir tiga jam Haura belajar sembari melatih presentasi. Dia mengecek jam dinding. Sudah jam delapan malam. Haura juga baru sadar dia belum makan malam. Dia harus makan supaya besok tidak masuk angin. Haura mengambil cardigan dan dompet. Dia berencana untuk membeli makan di warteg.

"Neng Haura mau ke mana?" tanya penjaga kost.

"Ke warteg, Pak. Buat makan malam," jawab Haura.

Penjaga kost Haura menyerahkan sebungkus plastik pada Haura. "Tadi dianterin gojek. Katanya HP Neng Haura nggak bisa ditelfon. Kebetulan Ibu di depan tadi."

Haura menerima bungkusan tersebut. "Dari siapa ya, Pak?"

"Kata mas gojeknya dari Jaki. Itu maksudnya Jaki temen Neng Haura yang sering belajar bareng di sini bukan? Yang sering bawa makanan. Sama siapa itu satu lagi yang cowok. Yang juga sering dateng sama pacarnya."

"Gomgom, Pak."

"Nah itu dia. Tapi ini dari Jaki kata mas gojeknya."

Buat apa Dzaki mengirimkan Haura makanan? Ada-ada saja. "Yaudah makasih ya, Pak."

"Sama-sama, Neng."

Haura masuk kembali ke kamar. Dia membuka bungkus plastik kiriman dari senior sekaligus teman KP-nya. Ada nasi ayam geprek yang sambelnya dipisah, sup jamur, dan thai tea. 

What's behind this thing? Haura menyalakan kembali ponselnya. Dia mengabaikan missed calls dari Adnan dan langsung mencari kontak Dzaki di Whatsapp. Ternyata Dzaki sudah mengirimnya pesan. 

KERJA PRAKTIKOnde histórias criam vida. Descubra agora