35). Perihal Luka--

Start from the beginning
                                    

Neuson dan Aster tetap melanjutkan dinner romantis, sedangkan suasana di dalam restauran menjadi sepi setelah kepergian beberapa orang yang sempat berkonflik.

••••••

Angin tersapu menghembuskan percikan kesejukan. Piter masih berlari cemas mencari seorang gadis bernama Ira. Piter sangat khawatir dengan kepergian Ira yang masih diliputi oleh kekecewaan.

"KAMU DIMANA?"

"Gue harap keadaan Lo baik-baik aja. Please, jangan bikin gue tambah khawatir," pinta Piter sembari bergumam cemas.

Tubuh Piter menuntun nya untuk terus mencari. Ruang demi ruang terus ia telusuri. Tempat demi tempat selalu ia datangi demi menemukan Ira. Namun, kakinya mendadak berhenti disebuah alun-alun jalanan.

Piter menepuk lututnya sembari mengatur pergerakan nafasnya. Ia mendengar isak tangis dari seorang wanita yang saat ini sedang duduk diatas alun-alun.

"Sakit hiks, dulu dia pernah janji untuk setia, dan g.....gue malah mendapatkan jawaban yang begitu pahit. Ternyata Neuson ninggalin gue cuma gara-gara muka gue kalah level sama Aster hiks, gue juga gak pengen diciptakan menjadi wanita jelek seperti sekarang, kenapa Neuson tega hiks," ucap Ira memukul dadanya yang sesak. Gadis ini melakukannya berulang kali.

Piter yang sedang mendengar suara dari seberang sana merasa sedih. Ia hanya diam meringis melihat perjuangan Ira dalam mencintai Neuson, sampai-sampai dirinya harus berakhir dalam sebuah perihal luka.

Ingatkan Piter, ia sangat ingin sekali memeluk Ira. Namun Piter sadar, apapun yang ia lakukan untuk Ira tidak akan pernah bisa menghapus luka hatinya.

"Buat Lo," imbuh Piter memberikan sapu tangan black color kepada Ira untuk mengusapi air matanya.

Ira berpura-pura tegar dan menghapus beberapa air matanya.

"Gak usah," tolak Ira dengan sedikit serak. Ia memandangi Piter yang mulai mendudukan tubuh disampingnya.

"Menangislah sepuasnya, jangan dipendam lagi. Gue selalu bilang kalau Lo gak perlu berpura-pura bahagia didepan gue. Lepasin semuanya Ra. Menangislah! Menangislah sekencang mungkin."

Ira sedikit melega dengan perkataan pria itu. Terlebih Piter juga langsung menarik tubuh Ira ke dalam dekapan nya.

"Bersandar lah dalam pelukan gue. Masalah Lo adalah masalah gue juga dan kita harus tetap tegar," Piter memberikan nasehatnya sembari masih mendekap Ira.

"Ira benci sama diri sendiri. Ira jelek, item dan dekil. Semua ini salah Ira karena sudah membuat Neuson malu hiks. Ira tidak ingin menjadi wanita jelek hiks,"

Tangisan Ira semakin pecah menjadi suara yang tersedu-sedu. Piter membiarkan saja wanita itu menangis didalam pelukan nya. Jujur, Piter sedikit nyaman dengan suasana saat ini.

Suara tangisan Ira mulai reda. Hal itu membuat Piter memiliki kesempatan untuk berbicara.

"Masih ingat waktu Lo ngasih sapu tangan ke gue?" Tanya Piter dengan bola mata menatap ke atas, disana sudah terdapat beberapa taburan bintang yang cerah dengan sinarnya yang menghangatkan.

Ira menarik kepalanya dari senderan didada bidang Piter. Matanya menatap dekat ke arah Piter, "Masih, memangnya kenapa?"

Piter tersenyum nyengir.
"Soalnya Lo lucu banget waktu itu. Oh ya, gue ralat Lo itu enggak jelek melainkan cantik. Jadi, jangan pernah menyalahkan diri sendiri ketika Neuson sudah berpaling." Puji Piter dengan senyuman mujarabnya.

"Mata Piter pasti katarak deh. Soalnya, Piter satu-satunya populasi pria yang bilang Ira cantik." Simpul Ira tersenyum cengir. Mendengar kata cantik membuatnya bahagia, namun mendengar hinaan Aster dan Neuson sangat membuatnya terluka.

Move On (END)Where stories live. Discover now