4.

521 180 90
                                    


Lantunan lagu mengalun indah yang berasal dari ponsel Nila. Itu menandakan ada telepon.
Ternyata Danil yang menelepon. "Hallo, Nil."

"Lo bisa ke taman sekarang? Gue tunggu. Ini penting banget. Cepetan ya."

"Gue baru aj―"

Tutt... Tuttt...

Ngeselin dasar. Seenaknya banget ya nih anak. Ada apa ya kira-kira? Terbesit sedikit kekhawatiran dalam hati Nila. Katanya ini penting, tapi apa?

Tadinya Nila mau rebahan. Tapi karena si kudanil telepon dan sepertinya ucapannya tidak bisa diganggu gugat, jadi ia memutuskan untuk bergegas berganti pakaian dan langsung menuju taman.

Tapi Nila bingung, di area perumahannya ada dua taman. Satu untuk arena bermain anak-anak, dan satu lagi untuk bersantai ria― yang artinya didominasi oleh kursi taman.

Langkah yang Nila ambil yaitu mengirim pesan saja pada Danil. Karena kalau menelepon, Nila sedang malas bicara rasanya.

Nila.H
Lo di taman mana?

Danileeee
Di kursi

Nila.H
Gue juga di kursi, lo dimana?
Samperin gue sini, mager.

1 menit.

2 menit.

5 menit.

Tak ada balasan pesan. "Bikin panik aja nih kudanil. Kemana sih?" Akhirnya Nila mencoba untuk meneleponnya saja. Tetapi, tetap tak ada jawaban.

"Woi ikan nila!" teriak seseorang dari arah belakang. Ya, Danil. Ternyata dia ada di kursi belakang, pantas saja tidak kelihatan. Tapi kalau duduk pasti kelihatan dong, kok ini?

"Gue tadi tiduran di kursi. Lo lama sih," kata Danil seolah menjawab pertanyaan Nila.

"Eh lo pikir gue kesini bisa secepat kilat gitu? Ya enggak lah gue jalan dulu," bantah Nila tak terima.

"Begitu lo telepon, gue langsung cepet-cepet tuh otw sini," tambahnya.

"Iya dah udah jangan nyerocos mulu. Sini duduk," kata Danil sambil menepuk-nepuk kursi yang katanya tadi menjadi tempat tidurnya.

Nila mencebikkan bibir kesal, tapi Danil malah cengengesan tak jelas. "Buruan! Ngapain gue lo suruh ke sini?" ucap Nila tak sabar. Kini terukir tawa di bibir Danil. Seketika Nila terpana melihatnya tertawa seperti itu. Padahal itu sudah bukan pemandangan yang jarang ia lihat.

"Woi! Malah bengong nih bocah," kelakar Danil. Panik? Tentu saja. Hampir saja Nila ketahuan pandangin wajah kudanil tadi.

"Gue tuh ngantuk, tadi gue udah mau tidur padahal. Eh lo malah nelpon gue, pake nada yang bikin gue khawatir pula."

Eh? Khawatir?

"Jadi lo khawatir nih sama gue? Hahahaha." Lah malah tawa kan nih kudanil.

Nila memutar bola mata malas. Danil selalu saja membuat Nila kesal dengan ucapannya. Tapi tak masalah, Danil tetap teman tersayang Nila.

Ups. Maksudnya terbaik, hehe.

"Kok diem?" tanya Danil.

"Eh, emang lo ngomong apa?"  tanya Nila pura-pura tidak tahu, dari pada bingung harus jawab apa. Terlihat Danil mengerutkan kening dan mengerucutkan bibirnya.

"I love you."

Deg.

Refleks Nila menoleh padanya. "Ng-ngomong apa lo barusan?" Ia sampai tak percaya bahwa Danil mengatakan itu. Apa Nila salah dengar ya? Ini pasti cuma halusinasinya.

"Lo tanya gue tadi ngomong apa kan? Ya itu gue ngomong gitu tadi," ujar Danil.

Dasar cowok. Ketahuan nih bohongnya. "Jadi lo khawatir nih sama gue? Hahahaha," ucap Nila menirukan suara Danil dan dengan suara tawa yang dipaksakan. "Terus yang ngomong gitu tadi siapa, hmm?" tambahnya.

"Wah parah lo ya nipu gue, kat―"

"Enak aja, lo tuh yang nipu gue," sanggah Nila. Enak saja dia nuduh Nila yang nipu dia, jelas-jelas dia yang nipu kok. Ya kan?

"Lo bohong sama gue. Tadi katanya enggak tau gue ngomong apa sekarang malah niruin omongan gue, terus kalo bukan bohong itu namanya apa, ikan nila?"

Tawa Nila pecah saat itu juga. Ni lmemang sering mendapati Danil berbicara panjang lebar seperti itu saat berdua dengannya. Tapi tidak di sekolah. Di sekolah Danil menjadi cowok yang jutek. Kata-kata kerennya sih 'Cowok cool' ... itu kata teman-temannya yang cewek kala melihat cogan.

Walaupun Nila sering melihat Danil berbicara tak henti, tapi Nila tetap saja melihat itu adalah pemandangan yang lucu. Karena hanya padanya dan keluarganya lah ia bersikap begitu.

Berbicara mengenai keluarga, Nila dan keluarga Danil sudah akrab dari Nila masih kecil. Begitu pun sebaliknya. Keluarga Danil sudah tahu pasti mengenai keluarga Nila yang tidak terlalu suka pada Nila, terutama Mamanya. Tapi, tak terkecuali Kak Diki.

Padahal Nila ini anaknya. Apalagi Nila anak bungsu dan  anak perempuan satu-satunya di keluarganya itu.

Tapi Nila masih punya Danil dan keluarganya, dan tentu saja Kak Diki. Mereka selalu sayang pada Nila. Nila pun sayang pada mereka.

"Tadi ngetawain gue, sekarang ngelamun. Dasar ikan nila." Lamunan Nila buyar seketika.

"Yeuu mana ada ikan nila ngelamun, ngaco lo!"

"Lo yang ngaco dodol, gue tuh lagi ledekin lo malah dianggep gue serius lagi hahaha," kata Danil menjelaskan.

Ehh?

"Bodo amat deh. Cepet ngomong sekarang mau apa lo nyuruh gue kesini?" ucap Nila  dengan kekesalan yang sudah memuncak.

"Wess, santai bro."

Nila menghela nafas. Ia coba untuk bersabar sedikit. "Ya udah cepetan ngomong," katanya dengan suara sedikit pelan.

"Enggak ada apa-apa sih, gue cuma gabut. Udah lama juga enggak ke taman bareng lo." Danil berbicara dengan raut wajah tanpa dosa. Setelah membuat Nila khawatir dan buru-buru menuju taman, ternyata dia cuma gabut?

Ya ampun ngeselin banget tuh kudanil. "Apaan sih lo ga jelas banget. Tau gitu gue ga usah samperin lo ke sini. Eh asal lo tahu ya gue tuh tadi baru aja mau rebahan, tapi kar―"

"Udah diem," ucap Danil sambil menempelkan jari telunjuk di bibir Nila.

"Lo nih ya seneng ba―"

"Gue cuma kangen lo, Nil."



―――――――――――――――――――
Hallo readers😍
Siapa nih yang nungguin kisahnya kudanil dan ikan nila?

Ga ada thor

Oh ga ada ya. Ya udah deh gapapa, siapa tau kedepannya ada yang nungguin ya wkwk

Okee Happy Reading gaisss😉

DifferentWhere stories live. Discover now