3.

683 237 107
                                    

Danil POV

Bughh.
    
"Aduh, sakit woi!" Terdengar suara mengaduh kesakitan yang berasal dari Nila. Kulihat ia sudah jatuh terduduk di lantai depan pintu kelas kami.

Langsung saja kuhampiri Nila dan berniat menertawakannya.

Ehh enggak deng hehe canda.

Aku berniat membantunya berdiri tetapi sudah ada tangan yang terulur ke arahnya. Satria mengulurkan tangannya tanpa berkata sepatah kata pun. "Apa sih enggak jelas lo," ucap Nila.

Satria menarik kembali uluran tangannya. "Enggak ada terima kasihnya lo padahal mau gue tolongin," kata Satria dengan tangan yang kini bersedekap.

"Dih bocah songong. Udah nabrak gue bukannya minta maaf malah bilang gitu, seenaknya banget lo ya enggak ada sopan-sopannya sama kakak kelas sendiri."

Bukannya minta maaf Satria berlalu dari hadapan Nila seenaknya. Aku tak mau ikut campur dengan urusan mereka. Seperti menonjok Satria mungkin? Karena telah membuat Nila-nya Danil terjatuh.

Ehh.

"Mau sampe kapan nongkrong di situ hmm?" ujarku saat tiba di belakang tubuh Nila. Nila langsung berdiri dan dengan memutar bola matanya yang khas saat ia sedang malas.

"Lo pikir gue pake seragam sekolah kek gini mau nongkrong gitu?" tuturnya dengan memasang wajah menyebalkan.

Aku pun gemas. "Enggak usah gitu juga kali mukanya. Jelek banget sumpah, kayak kucing kelelep," tandasku. Pasalnya Nila akan terlihat menggemaskan saat memasang wajah menyebalkannya. Aneh bukan?

"Gajebo!"

Apa katanya? Gajebo? "Heh, kutu kupret!"

Eh salah. "Heh, ikan nila! Enggak sopan lo sama abang sendiri," cetusku. Seketika Nila berhenti berjalan dan berbalik badan dengan menatapku dengan raut kebingungan.

"Apa lo bilang? Abang sendiri? Maksudnya apaan dah?"

Ayo Danil berpikir cepat. "Iyalah gue kan emang lebih tua dari lo lagipun kita udah mirip ade kakak dari jaman purba juga," kelakarku mencari jawaban yang paling mungkin tidak akan membuat Nila berpikir lebih jauh.

"Terserah lo deh."

Akhirnya.

"Selamat pagi, anak-anak." Terlihat Pak Sigit yang merupakan guru mata pelajaran kimia  memasuki kelas, yang langsung di hadiahi tatapan terkejut dan heran dari penghuni kelas.

"Maaf, Pak. Belum bel lho ini," ucap Santi mewakilkan pertanyaan yang ada di pikiran kami semua.

Dengan santai Pak Sigit menaruh tas dan buku untuk bahan pembelajaran di atas meja guru lalu duduk dengan tenang.

"Tenang anak-anak. Tidak usah seperti itu wajahnya, terkejut sekali kalian ini," jelas Pak Sigit.

Murid-murid kelas XI IPA 1― termasuk aku masih tetap tutup mulut karena bingung harus menanggapi apa perkataan Pak Sigit. "Bapak tidak akan lama, hari ini kalian hanya mengerjakan contoh soal ulangan kimia yang akan bapak bagikan."

Mantap coy.

"Tidak ribut ya anak-anak. Sebentar lagi bapak ada rapat dengan guru yang lain. Sebelum bapak tinggal, ada yang ingin di tanyakan?" tanya Pak Sigit.

Terlihat Revan―teman sekelasku, mengacungkan tangan pertanda ia ingin bertanya. "Rapatnya sampai jam berapa, Pak?" ujar Revan dengan raut wajah berharap rapatnya berlangsung lama.

"Bapak tidak tahu pasti, kemungkinan tidak akan sampe sore, kok," jawab Pak Sigit sekenanya.

"Guru-guru yang ikut rapat semua, Pak?" Kali ini Dimas lah yang bersuara.

Terlihat Pak Sigit menggelengkan kepala sambil berdecak. "Tidak. Kamu ini ... pasti pengin banget kan semua guru rapat biar tidak usah belajar seharian ini?"

Hebat. Pak Sigit menebak tepat sekali. "Yahh, Pak tau aja hehehe," ungkap Dimas cengengesan.

"Apa ada yang ingin bertanya lagi? Kalau tidak cepat kerjakan. Ketua kelas, kumpulkan di meja bapak ya," ucap Pak Sigit sambil menengok ke arah Syahril.

"Siap, Pak."

Pak Sigit berlalu dari kelas kami. Tak lama kemudian, "Aaaaaaaaaaaaaaaa!"

Ya ampun berisik sekali. Seketika semua pasang mata langsung menatap Santi― cewek yang sudah berteriak sangat kencang barusan. "Eh berisik woi!" ketusku.

"Tau nih apaan sih, Santi."

"Kenapa sih lo?"

"Berisik banget dah!"

"Tuh mulut apa toa hey?"

Berbagai ucapan ditujukan pada Santi. Santi yang menyadari teriakannya itu sangat kencang dan sudah mengejutkan anak-anak yang ada di kelas langsung cengengesan. "Maaf guys gue seneng banget. Akhirnya free class juga setelah sekian lama."

Aku memutar bola mata malas. "Lebay banget!"

Mendengar apa yang aku ucapkan Santi tak terima. "Apa sih lo rese banget, suka-suka gue dong."

Kali ini aku biarkan saja. Aku malas menanggapi. Rasanya aku masih ngantuk sekali pagi ini, padahal semalam aku tidur nyenyak.

"Akhirnya bisa baca novel juga yuhuuu." Kulihat Nila sudah duduk di tempatnya dan mulai mengeluarkan novel yang ia bawa.

Dengan cepat aku menghampiri Nila dan langsung menutup kembali novelnya. "Kerjain dulu tugasnya kalau udah selesai baru baca novel sepuasnya," kataku menasehati.

"Ishhh nanti keburu ganti jam pelajaran. Abis ini pelajaran mtk kan, gue butuh hiburan bentar." Dasar ngeyel.

"Baca novel bakal bikin otak lo makin mumet, Nil." Aku mencoba membujuk Nila lagi. Siapa tau keras kepalanya jadi lembek ... ehh.

"Lo nih kaya enggak tau gue aja deh. Baca novel bagi gue tuh refreshing." Selalu seperti itu. Refreshing gimana ceritanya coba? Novel tuh tulisan doang yang kalau dilihat pasti pusing kan?

"Iya-iya gue tau lo kok. Ikan nila tukang bersin kan hahaha," ejekku kemudian.

Nila memberengut kesal. "Enggak jelas ih! Apa hubungannya coba ikan nila sama tukang bersin?" tanyanya dengan raut kesalnya yang lagi-lagi terlihat menggemaskan di mataku.

"Ikan nila enggak ada hubungan kok sama tukang ber―"

"Ih ngeselin lo. Jawabnya yang bener dong." Sepertinya Nila benar-benar kesal padaku.

"Iya deh gue jawab yang bener nih. Nama lo kan Nila Hasyima, nah Nila itu nama ikan jadi ikan nila. Kalau Hasyima ya bersin, emang lo kalo bersin gimana suaranya? Hasyim kan? Hahahaha," ujarku dengan tertawa keras.

Lagi-lagi Nila memasang wajah kesalnya. "Ihhh Danil! Lo tuh ya bener-bener ishh."

"Tuh kan lo aja mengakui kalau gue ini bener-bener, enggak ada yang salah kan?" tanyaku sambil menaik turunkan alis.

"Ngeselin lo, Nil."

Senang rasanya mengejek Nila seperti ini. Dengan membuatnya kesal itu akan membuatku melihat wajah menggemaskannya terus. Duh jadi makin sayang.

Ups.



―――――――――――――――――――
Happy Reading gengss❣
Gimana nih udah dapet feel nya belum? Semoga udah yaa hehe
Jangan lupa tinggalkan jejak😉
Tetap setia baca kisahnya Danil dan Nila ya..
Oke, see you♥

DifferentWhere stories live. Discover now