Chapter 4. Meeting

180 99 191
                                    

Huang XuXi on Mulmed

_______________________________

XinXin menatap dirinya didepan cermin yang kini sudah terbalut dengan gaun panjang berwarna Dark Blue. "Cantik Juga." Gumamnya kagum pada dirinya sendiri. Mamanya memang tau segalanya tentang Putra-Putrinya, termasuk apa yang layak dikenakan Putri Sulungnya ini agar terlihat sangat feminim dan menutupi sifatnya yang sebenarnya sedikit bertolak belakang dengan ini dihari Special Keluarga mereka seperti hari ini.

"Ayo, Sayang. XuXi dan keluarganya sudah tiba. Kita harus nyambut mereka."

XinXin membuang nafasnya berat saat melihat Mamanya datang membuka pintu kamarnya dan menyuruhnya untuk turun menyambut kedatangan keluarga besar Huang yang sebentar lagi akan menjadi keluarganya juga.

Waktu terasa berlalu begitu cepat. Ia bahkan belum bertemu LinYi untuk membicarakan kelanjutan hubungan mereka. Menghubunginya lewat telepon pun belum selama beberapa hari ini. Walaupun sebenarnya LinYi sudah menghubunginya berkali kali hanya saja XinXin sendiri yang tidak mau meresponnya. XinXin bukan sengaja menghilang biar dicariin. Tidak sama sekali. Ia masih takut dan ragu untuk memberitahukan semuanya pada LinYi. Padahal Ia sendiri sudah bisa meyakini bahwa LinYi pasti akan menerimanya dengan lapang dada karena LinYi bisa bahagia jika dia bahagia. Hanya saja, dia masih tidak ingin melukai hati LinYi. Bukan hanya XinXin, semua orang juga pasti tidak ingin melukai hati orang yang dia sayang.

XinXin berjalan perlahan keluar dari kamarnya digandeng Mamanya. Didepan pintu kamarnya sudah berdiri dua adik kecilnya yang sudah rapi dengan setelan Jas mereka.

"Wooww... Kak XinXin cantik sekali." LiangYi menatap kakak perempuannya itu pangling.

"Sstt... Diam! Kak XinXin mau menikah tauk!" celetuk Xiaohui.

"Hush! Anak kecil diam. Ini urusan orang dewasa. Jangan ikut campur, atau Mama jewer, nih." ujar Mama XinXin membuat dua adiknya itu langsung berlari turun ke lantai dasar untuk mengadu ke Ayah, walaupun semua itu akan sia-sia karena Ayah tidak akan mempedulikan itu karena ada hal yang lebih penting dari sekedar mendengar ocehan dua kurcaci itu.
Namun, langkah dua anak itu terhenti saat melihat sesosok laki-laki jangkung dengan wajah tampan tampak berdiri bersama kedua orang tuanya yang sedang bercakap-cakap dengan Ayah mereka.

"Wooahh... Inikah calon Suami kak XinXin?" Liangyi lagi-lagi pangling.

"Bukan, kak. Dia itu Pangeran Negeri Dongeng, Seperti yang sering Ibu Guru ceritakan di sekolah. Badannya Gagah, Tampan, dan jago main pedang." Celetuk Xiaohui sambil masih menatap Laki-laki didepannya yang bertampang bak seorang Pangeran yang sering dia dengar dari cerita-cerita dongeng.

"Bodoh! Pangeran Negeri Dongeng itu sudah tidak ada lagi. Semua sudah mati!"

"Kakak meremehkan Pangeran itu? Nanti ditebas sama pedangnya, loh. Kata Ibu Guru kalau ada yang macam-macam sama Pangerannya nanti bisa dibunuh pake pedangnya. Kakak mau dibunuh?"

Liangyi rolling eyes mendengar celotehan adik terkecilnya yang kebanyakan sangat tidak masuk akal tersebut. Tatapannya kembali terfokus pada Laki-laki didepannya yang kini menatap Ia dan Xiaohui kemudian tersenyum tipis ke arah mereka. Wajah Liangyi memerah melihat senyum Laki-laki itu.

Astaga!! Bagaimana dia bisa lebih tampan dari aku?

"Hai Kak Pangeran." sapaan Xiaohui untuk Laki-laki itu malah dibalas dengan sentilan kecil di jidatnya oleh Liangyi.

"Dia bukan Pangeran, bodoh!" Bisik Liangyi pada Xiaohui dengan nada geram.

Saat Xiaohui ingin membantah perkataan kakaknya yang satu ini perhatian mereka tiba-tiba teralihkan lagi dengan kedatangan kakak tertua mereka.

The Love or The Wedding Ringحيث تعيش القصص. اكتشف الآن