Chapter 1. What??!! Married?!

339 130 209
                                    

"Apa?! Aku tidak mau menikah, Bu!"
Seorang anak lelaki bertubuh jangkung dan berwajah tampan bangkit dari duduknya dengan raut wajah kaget dan tampak gusar. Ia menatap wanita paruh baya yang masih duduk dengan tenang didepannya. Wanita yang tadi dibentaknya. Dalam hatinya ada sedikit rasa penyesalan karena telah membentak wanita didepannya yang merupakan Ibunya, wanita yang melahirkannya dan membesarkannya.

"M-Maafkan aku, Ibu. Maksudku aku belum mau menikah." ucapnya dengan nada yang lebih rendah dan lembut untuk menjaga hati Ibunya agar tidak benar-benar terluka dengan kata-katanya.

"Kau mau tunggu sampai kapan, sayang? Teman-temanmu diluar sana sudah banyak yang sudah menikah, sedang kau? Masih saja betah sendirian?" Wanita paruh baya itu menatap dalam Putra tunggalnya itu.

"Iya, aku tau perasaan Ibu yang ingin cepat-cepat menimang cucu. Tapi, tidak perlu seburu-buru ini 'kan, Bu? Dan juga tidak perlu harus dijodohin juga 'kan, Bu? Lagi Pula aku ini 'kan sudah dewasa, Bu. Aku sudah bisa menentukan jalan hidupku sendiri. Aku juga punya pacar, Bu. Dan aku ingin menikah dengannya, aku sudah mengatakan hal itu padanya. Jadi tanpa perlu dijodohkan pun aku akan tetap menikah kok, Bu."

"Tapi kapan kamu nikahnya, sayang? Ibu dan Ayah sudah tua, sayang. Bagaimana kalau kami nanti tidak sempat melihat cucu kami?"

"Aku tidak akan menikah dalam kurun waktu selama itu juga kok, Bu."

"Tapi, Ibu dan Ayah lebih suka jika kau menikah dengan putri teman Ayah itu." terang sang Ibu membuat putranya membuang nafas berat dan terdiam selama beberapa detik.

"Ibu dan Ayah hanya ingin yang terbaik untukmu. Lagipula kau sudah pantas untuk menikah. Pikirkan matang-matang. Beri jawabanmu secepatnya. Ayah dan Ibu harap kau tidak akan mengecewakan kami." Ibu Paruh baya itu bangkit dari duduknya lalu menepuk-nepuk pundak Putranya itu lalu meninggalkannya sendirian di ruang keluarga, menyesal, sedih, menggerutu, dan berpikir keras sendirian.

"Oh ayolah, XuXi. Berpikirlah! Bagaimana caranya supaya perjodohan ini tidak akan berlanjut atau bagaimana caranya menghindari semua ini." Batinnya pada dirinya sendiri.
"Arrghh... Kenapa disaat-saat seperti ini otakku malah buntu?!" Gerutu anak itu sambil mengacak-acak rambutnya frustrasi.

_________________

Seorang wanita muda nan cantik tampak duduk terisak diatas ranjangnya. Meratapi nasibnya yang tidak berjalan seperti angan-angannya. Teringat obrolan serius antara Ia dan kedua orang tuanya beberapa jam lalu.

"Kenapa, Yah? Ma? Kenapa aku harus dijodohkan? Apa kalian tidak percaya padaku kalau aku bisa menemukan seseorang yang baik untuk pendamping hidupku?" XinXin menangis seketika mendengar penuturan Ayah dan Ibunya tentang perjodohannya dengan putra salah satu sahabat Ayahnya.

Wanita paruh baya yang duduk tepat didepan wanita muda cantik itu membelai pipi putrinya penuh kasih seraya menggeleng menandakan dugaan putrinya tadi terhadap tindakan yang mereka ambil bukanlah sebuah kebenaran.

"Lalu kenapa? Hubungan Kerjasama Perusahaan Sukses yang ada di Amerika antara ayah dan ayah laki-laki itu lagi? Kenapa selalu hal itu yang dijadikan alasan? Aku dan dia juga bisa bekerjasama untuk melanjutkan bisnis ayah kita, tapi tak perlu menikah juga, 'kan? Tanpa perlu menikah pun kami bisa jadi rekan bisnis, Ayah." Wanita itu tampak menolak segala keputusan orang tuanya di sela-sela Isak tangisnya.

"Ayah dan Mama hanya ingin yang terbaik untukmu, Sayang. Tidak lebih dari itu."

"Tapi tidak seperti ini caranya, Ma."

"XinXin, tidak perlu sedih sampai segitunya. Ada Ayah dan Mama disini. Ayah dan Mama jamin 100% kau akan bahagia dengannya." Laki-laki Paruh baya yang merupakan ayah si wanita muda cantik tadi pun angkat bicara setelah cukup lama hanya berdiam menatap putrinya yang terisak dan Istrinya yang berada di samping putrinya, berusaha untuk menenangkan putri sulung mereka itu.

XinXin menghapus airmatanya sekilas "Kenapa Ayah bisa seyakin itu?"

Bukannya menjawab pertanyaan putrinya, lelaki paruh baya itu hanya memilih tersenyum sebagai jawabannya.

"Percayalah, Sayang. Perasaan orang tua seringkali benar."

Ah, Sial. Mengingat kejadian itu membuat XinXin ingin menangis lagi. Menangis sepuas-puasnya yang Ia bisa. Meratapi kenyataan yang begitu pahit.

"Tidak! Aku tidak boleh ikut begitu saja pada Ayah dan Ibu. Menikah adalah hal yang buruk bagiku. Dan yang membuatnya tambah buruk adalah~aku~Menikah karena Dijodohkan. Oh, Shit. Aku benci ini. Aku masih muda, aku masih ingin mengejar karirku tapi malah disuruh menikah? Aku tidak bisa membayangkan hidupku nanti setelah berkeluarga. Arrghh... Tidak akan lebih indah dari drama-drama Korea kan?" Batin XinXin pada dirinya sendiri.

Tiba-tiba pintu kamar XinXin terbuka dan masuklah dua orang anak lelaki. Mereka adalah adik XinXin. Liangyi yang berumur 14 tahun dan Xiaohui yang masih berumur 7 tahun. XinXin dengan sigap menghapus air mata yang mengalir di pipinya agar tidak diketahui adik-adiknya kalau Ia sedang menangis. Dua bocah kecil itu berjalan ke arah XinXin dan duduk disisinya dan memeluknya. Mereka seakan tau keadaan XinXin Yang sedang sedih. XinXin membalas pelukan mereka dan kembali terisak pelan berusaha untuk menutupi agar tidak diketahui adik-adiknya.

"Ya Tuhan... Apalagi ini? Sebentar lagi aku akan menikah dan akan pergi meninggalkan dua adik kesayanganku ini? Begitu akan sangat berat untuk melakukan ini. Untuk meninggalkan mereka waktu pergi kuliah ke Inggris saja terasa sangat berat. Bagaimana aku akan pergi untuk ikut dengan suamiku nanti dan tak akan bisa menemui mereka lagi? Bagaimana nasib Liangyi yang tidak akan bisa melakukan sesuatu sendiri dan harus selalu dibantu. Dia bilang dia ingin menjadi anak yang mandiri tapi itu begitu susah untuk dia wujudkan. Lalu bagaimana juga dengan Xiaohui yang masih memintaku untuk mendongengkannya sebelum tidur dan memintaku untuk membantunya mengerjakan PR?" XinXin membatin dengan air mata yang kembali mengalir deras di pipinya.

"Kakak mau menikah, ya?" Celetuk Xiaohui kecil tiba-tiba membuat XinXin agak terkejut.

"Eh? Siapa yang bilang?" XinXin menghapus air matanya saat menatap adiknya tersebut dan mengerutkan keningnya.

"Mama." kali ini Liangyi yang menjawab.

"Kalau kakak menikah kakak bakalan ninggalin kita ya?" Pertanyaan itu keluar dari mulut polos Xiaohui yang mencoba menahan air matanya membuat jantung XinXin terpukul.

"Heh? Kalian ini ngomong apa sih? Siapa yang bakalan ninggalin kalian? Kakak bakal tetap disini kok bersama kalian sampai Liangyi jadi anak mandiri dan Xiaohui jadi anak pintar."

"Janji ya?" Xiaohui mengangkat jari kelingkingnya ke arah kakaknya.

XinXin tidak langsung mengaitkan jari kelingkingnya ke jari kelingking adiknya yang mungil itu. Ia terlalu takut suatu hari nanti Ia tidak bisa menepati janji ini. Sebagai gantinya diberikannya kecupan di kening Xiaohui. Walaupun si kecil itu tidak mengerti apa maksud sebenarnya kakaknya ini, anak itu tetap berterimakasih pada kakak perempuan satu-satunya ini lalu memeluk XinXin kembali.

_____ TO___BE___CONTINUED____

Hai Hai, Readers!! Gimana ceritanya? Udah bagus belum? Masih Gaje ya? Iya soalnya aku masih pemula, masih butuh banyak krisar. Jadi mohon kerjasamanya yah semua...! Mohon krisarnya di cerita pertamaku ini.

Jangan lupa vote dan Commentnya yaahh..!! Jangan jadi pembaca gelap...! Aku sayang kalian semua yang udah mau baca, vote, dan comment💋💋

The Love or The Wedding RingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang