Chapter 2. You Should Know, Guys

228 126 251
                                    


Wang XinXin on Mulmed

______________________

"Mama!" XinXin berlari kecil ke arah Ibunya yang sedang membuat teh untuk Ayahnya di dapur.

"Eh? Ada apa, Sayang? Loh, kok udah rapi begini? Mau keluar?" Nyonya Wang menatap Putrinya yang sedang berdiri manis didepannya dari ujung kaki hingga ujung rambutnya.

"Aku ingin izin keluar sebentar, Ma. Boleh, tidak?"

"Keluar? Kemana? Sama Siapa malam-malam begini?"

"Cuma mau ke rumah teman kok, Ma."

"Oh ya, Mama mau tanya sesuatu padamu."

XinXin menaikkan sebelah alisnya "Tanya apa, Ma?"

Nyonya Wang menatap anaknya dengan tatapan agak ragu. Ragu untuk mengeluarkan pertanyaannya untuk Putrinya itu.

"LinYi ...." Nyonya Wang mengerling ke arah Putrinya, sedang XinXin malah sweatdrop mendengar nama yang disebutkan Ibunya. Wanita paruh baya itu seakan tau kalau anak sulungnya sedang memikirkan lelaki itu saat ini

"Ah, sudah lupakan! Pergilah cepat dan jangan pulang terlalu larut malam." Nyonya Wang menjeda perkataannya sebentar kemudian melanjutkannya kembali dalam beberapa detik "Mama harap dia tidak kecewa dan bisa menerima ini semua."

XinXin terkejut sekilas. Dan keterkejutannya semakin bertambah saat Mamanya kembali melanjutkan perkataannya.

"Oh, ya. Dan jangan lupa, sayang. Lusa, XuXi dan orang tuanya akan datang menemui keluarga kita. Dan dengan tujuan terutama untuk memintamu dari Ayah dan Mama."

XuXi? Diakah pria itu?

--------

XinXin membanting tubuhnya di kasur empuk milik sahabatnya, Liu Li Wei, setelah menerobos masuk rumah yang megah bak istana milik orang tua sahabatnya itu yang hampir tidak ada seorang pun didalamnya. Hanya ada Li Wei, Pembantunya, dan sahabatnya, Xu YiHua yang kadang-kadang menginap di rumah Li Wei untuk menemaninya.

"XinXin, kau kenapa? Lagi galau ya?" YiHua menatap XinXin yang berbaring disisinya. Namun anak itu bukannya menjawab malah menutup mukanya menggunakan telapak tangannya. Bukan karena Ia malu, tapi karena frustrasi. Disela-sela itu Ia mendengus berat lalu mengindahkan telapak tangannya dan menatap dua sahabatnya yang sekarang tampak memandang heran padanya.

"Aku ingin memberitahu kalian sesuatu." XinXin bangkit dari pembaringannya dan menatap kedua sahabatnya dengan sorot mata yang memiliki banyak arti. Serius, sedih, takut dan emosi.

"Ada apa? Sepenting itukah berita yang ingin kau sampaikan pada kami sampai kau harus menatap kami dengan tatapan seperti itu?" Li Wei bergidik kecil saat menatap tatapan mata XinXin yang cukup sulit diartikan.

"Huft... Aku dijodohkan oleh Orang Tuaku."
XinXin membuang nafas berat. Matanya hampir mulai berkaca-kaca namun Ia mencoba menutupi itu dengan tersenyum ke arah sahabat-sahabatnya seakan Ia benar-benar senang menerima perlakuan orang tuanya itu padanya.

"Lalu...? Kau dengan senang hati menerimanya begitu saja?"

"Bukankah kau sangat membenci sebuah perjodohan?"

"Siapa yang bilang aku menerimanya begitu saja? Ingin sekali aku melawan kehendak orang tuaku itu mati-matian, Ingin sekali memarahi mereka karena mereka telah menganggapku seakan aku tidak bisa menemukan jodoh yang baik untuk diriku sendiri hingga aku harus dijodohkan dengan pilihan Mereka yang menurut Mereka adalah yang Terbaik. Tapi, pantaskah seorang anak melakukan hal keji yang tidak pantas itu kepada kedua orang tuanya?"

The Love or The Wedding RingWhere stories live. Discover now