Mata Ira merasa gusar, ia binggung sendiri dengan reaksi spontan nya. Piter masih terus tersenyum sumringah, ia juga merasakan hal yang sama. Sesuatu tentang keramahan Ira akan setiap perkataan nya.

"Yaudah, Lo diam gadis cermin! Ira butuh asupan makanan biar sehat!" henti Piter mencegah lontaran perkataan Bulan lagi.

"Tapi gak masalah deh. Yang penting gue lega liat Lo mau makan. Semoga Lo enggak galau lagi ya!" pesan Bulan dengan bijak, ia menepuk pundak Ira sembari menyemangati.

"Mau ngapain?" Piter menepis tangan Ira yang hendak memegang sendok makanan. "Lo enggak usah gerak, biar gue aja yang suapin ke mulut Lo," lanjut nya lagi.

"Ira masih sehat! Biarin Ira makan sendiri!"

"Gak boleh, pokoknya Lo harus mau gue suapin!"

Seorang gadis bernama Ira hanya menatap pasrah, ia melihat perlakuan pria ini dengan plototan mata canggung. Sungguh, seumur-umur baru kali ini dia memperoleh sikap romantis. Piter sangat perhatian dan peduli! Jantung Ira sangat dibuatnya berdegup!

"A... Buka mulut Lo!"

Piter mengambil beberapa sendok kuah dan bulatan bakso. Tangan nya menyuapi Ira dengan tatapan manis. Tiga orang yang berada di satu meja hanya menatap fokus, mereka serasa obat nyamuk dan kumpulan orang yang sedang patah hati dengan reaksi romantis kedua makhluk di depan mereka.

Belum jadian saja, sikap mereka sudah terekam romantis. Sejak keberadaan Ira dan Piter, mendadak tiga orang bermulut ember itu menjadi pribadi yang tidak rewel dalam berkata.

"Cukup Piter. Ira sudah kenyang!" singkap Ira sambil menelan makanan pada sendok terakhir. Mulut nya sedikit belepotan, Ira mencoba membersihkan nya namun pandangan itu terhenti berputar.

"Blepotan banget sih, pantesen diputusin sama si Neuson." goda Piter memecah suasana bahagia di hati Ira.

"Biarin,"

"Jangan bersihin pake tangan. Tunggu disitu bentar!"

Piter merogoh tisu dari saku nya, ia mengelap sisa makanan di mulut Ira. Keduanya saling adu pandang, Piter sulit menjelaskan detakan jantung nya. Jantung itu terus berputar! Ira cukup kuat dalam mematung, mata nya tercengang dengan perilaku romantis si Piter.

Bola mata Ira bergerak tak beraturan, wajah nya menatap segan dengan kehadiran Piter. Perasaan apa ini Tuhan? Jantung nya benar-benar ingin copot saat ini juga. Sangat sulit menangkap oksigen! Perlakuan itu sederhana, namun membawa perasaan di antara langit-langit merah merona.

"Cewek itu enggak boleh belepotan. Makanan itu gak selevel sama kecantikan wajah polos Lo." ujar Piter.

"Ira cantik ya?" cecar Ira sedikit tersipu malu.

"IYA. Cantik banget dari hati maupun rupa. Cuman orang bodoh, yang berani ninggalin Lo sendirian!" puji Piter terang-terangan, ia mulai membuka kebenaran akan hatinya.

"Oii, ingat sekolah bro! Jangan ber-adegan drama korea di sini! Mau Lo pada di skor sama pak Herkules Naugana?" larang Jupiter yang sebenarnya sangat cemburu dengan tontonan didepan matanya, maklum lah si Jupiter sudah menjomblo sangat lama. Jadi, ia tidak mampu menahan perih nya rasa ngiri.

"Tapi mereka romantis banget, guys! Gue baru tahu kalau di Kalimantan ini kita punya oppa korea!" simpul si Bulan alay, ia menggenggam cermin nya sembari menggigit bibir.

"Udah berenti Lo pada sok drama! Gue semakin ngiri dan enggak kuat liatnya!" sambung Mars ikut serta menimbrung permasalahan sepele.

"Kita enggak sok drama. Kita cuma sahabat! Emangnya salah ya kalau sahabat bersikap perhatian ke sahabat nya sendiri?" tanya Ira tidak peka. Gadis ini tidak pernah menyadari perasaan Piter kepadanya. Ia hanya menganggap perhatian itu sebagai alhasil dari kebaikan seorang sahabat!

Move On (END)Where stories live. Discover now