✧🌷15. Pemaksaan Mendadak

7.3K 782 35
                                    

Selamat Membaca!
🌷

"Centauri! Gosip baru!"

Aku masih memainkan permainan di ponsel dengan posisi menyandarkan diri ke sandaran kursi kantin saat suara Erina terdengar. Tadi, cewek itu pergi ke toilet setelah kami selesai menikmati makanan, lalu sekarang dia bilang punya gosip? Secepat itu? Oke, jangan heran dengannya yang punya segala informasi.

"Apaan emangnya?" Joana yang menyahut, meskipun tomboy seperti itu, Joana tetap masih suka bergosip dengan kami. Pokoknya, gosip adalah hal normal yang wajib dilakukan olehku dan dua sahabatku ini.

"Theo nembak Quina tadi pagi di kelas!"

"APA?!" Aku yang berteriak paling keras memecah kebisingan kantin. Aku yang berdiri terkejut dengan mata melotot, dan aku juga yang menjadi pusat perhatian murid-murid yang ada.

Ini kabar yang mustahil, kan? Ini tidak masuk akal! Mana mungkin? Tidak bisa dan tidak boleh!

Kedua tanganku mengepal erat di kedua sisi tubuh, aku benar-benar merasakan hal yang membuatku mati kutu di tempat. Seharusnya, aku tidak bereaksi berlebihan seperti ini karena aku sudah yakin jika aku akan melupakan Theo. Aku tidak mau memikirkannya lagi dan aku tidak mau berurusan dengan cowok sinting bermulut pedas itu. Hanya saja ... mungkin perasaan cinta pada pandangan pertamaku masih ada di dalam diri ini. Mungkin, hanya sedikit, sedikit saja.

"Ri?" Joana bangkit, menarikku untuk duduk lagi dan menepuk-nepuk pundakku. "Ini baru gosip."

Iya, ini baru gosip. Namun tidak mungkin gosip ini menyebar jika memang tidak ada kejadiannya. Dengan perasaan yang benar-benar kusut, aku memutuskan untuk keluar dari kantin menuju ke kelas di mana Theo berada.

Begitu aku memasuki kelasnya, cowok itu tidak terlihat, hanya ada beberapa murid di sana. Jadi aku putuskan untuk pergi kelas 12 IPA 1 di mana Quina berada. Saat pintu terbuka, aku mengedarkan pandangan ke seluruh isi kelas. Benar saja ada Theo dan Quina, tengah duduk berdua dengan obrolan asiknya.

Aku yakin sekali, jika aku tidak melihat keberadaan Sakti, sudah pasti aku berlari dan menjambak kuat rambut Quina untuk meredakan kekesalan. Hanya saja pandanganku jadi terkunci pada lelaki manis itu. Bagaimana perasaan Sakti saat ini? Lelaki yang mencintai diam-diam sosok Quina yang tidak peka padanya.

Mengembuskan napas, aku ternyata kalah di sini. Aku tak akan menghampiri Theo dan Quina jika ada Sakti. Aku ingin menghampiri Sakti terlebih dahulu dibanding menuruti semua amarahku ini.

"Lho, ternyata ada lo." Sakti baru mengangkat pandangannya dari beberapa buku saat aku berdiri di sampingnya. Seperti biasa, permen selalu dia emut dengan khidmat di mulut. Aku mendengkus dan mengabaikan dua orang yang duduk di belakang yang aku duga tengah memperhatikan pergerakanku.

"Lo gak mau keluar?" tanyaku. Yang benar saja Sakti harus menyaksikan orang kasmaran di kelasnya sendiri. Tidak elit.

Sakti menggeleng, aku sempat melihat bola matanya melirik cepat ke belakang di mana Theo dan Quina berada. Apa Sakti tidak mau meninggalkan mereka berdua di kelas?

Aku memutar bola mataku. Aku lupa jika cewek culun itu disukai dua orang cowok. Sakti tidak mungkin berani meninggalkan cewek yang disukainya berada di tangan cowok lain begitu saja. Ibaratnya second male lead yang tidak akan menerima jika female lead bersama male lead yang sebenarnya.

I Want to Cherish YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang