✧🌷 3. Tokoh Antagonis

10.6K 934 104
                                    

Aku kembali lagi!
Ramaikan chapter ini!

Aku kembali lagi!Ramaikan chapter ini!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat Membaca
🌷

Sore ini, setelah mandi aku merebahkan diri di kursi ruang keluarga, ditemani televisi menyala yang menayangkan kartun. Setelah pulang dari mall dan membeli seragam baru, aku langsung diantar pulang oleh Sakti, dia menyuruhku untuk beristirahat karena besok kami masih harus sekolah.

Sakti yang perhatian kembali lagi terlihat. Herannya, kenapa bisa Quina tidak melihat jelas perasaan Sakti? Aku saja yang tidak diberi tahu langsung peka padanya.

Bagaimana cara Sakti melihat Quina, berbicara padanya, serta selalu mencoba menahanku untuk tidak bertemu dengan Quina. Jelas sekali, Sakti berusaha menjadi tembok pelindung Quina dari bahaya.

Dulu aku tak terlalu memperhatikan itu. Aku selalu mengabaikan tingkah Sakti yang melindungi Quina dan beberapa kali berbicara padaku agar tidak mengganggu cewek itu. Tapi aku tetap pada pendirianku, aku terus merundung Quina agar aku mendapatkan perhatian Theo. Aku terus menerus menyakiti cewek itu sampai sekarang agar Theo paham maksudku, agar Theo ingin memberikan kesempatan bagiku.

Tapi tetap saja itu tidak terjadi. Jika dipikir-pikir lagi malah aku yang terkesan menjadi orang paling bodoh di sini. Mencuri-curi perhatian dari Theo dengan berbagai usaha, baik maupun buruk aku lakukan tapi tak ada hasilnya. Aku jadi pelaku perundungan agar tidak ada cewek yang berani mendekati Theo. Aku jadi pengganggu agar tidak ada yang berani membantahku. Semua yang aku lakukan berotasi pada Theo. Bagai bulan yang terus memutari bumi. Hanya saja, bumi itu tak mempedulikan keberadaan bulan, karena dia berotasi pada matahari.

Wah, aku pintar sekali jika menghubungkan percintaan dengan rotasi. Tetapi di pelajaran geografi aku adalah cewek paling tak berguna.

Aku segera meraih ponselku, untuk menghubungi dua sahabatku dengan video call.

"Rii!! Hola hola! Untungnya gue belum maskeran."

Suara Erina terdengar seiring dengan layar ponselku yang menunjukkan wajahnya.

"Gimana ngedate sama Sakti?"

Itu suara Joana, cewek tomboy itu terkekeh saat aku melotot padanya.

"Gue bukan ngedate!" bantahku.

"Aduh, kalian 'kan udah cocok. Masa gak ngedate sih! Udahlah lo ngaku aja, Sakti yang sekarang lebih menggoda!" Erina tertawa terbahak-bahak, aku melihatnya berguling-guling tak jelas.

"Bener, Ri. Gue juga bilang si Matthias sukanya sama cewek culun. Lo lebih baik pindah aja ke abang Sakti. Dia gak kalah terkenal dari si Matthias. Sakti anak seni, lho! Fans dia juga segudang!" Joana menambahkan.

I Want to Cherish YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang