✧🌷13. Mandi Bareng? Itu Dulu!

8.3K 906 79
                                    

Hai semua! Centauri hadir lagi!
Jangan lupa tinggalin jejaknya♡

Selamat Membaca!🌷

Aku membuka mataku, menyesuaikan cahaya yang masuk secara mendadak ini. Aku tahu, aku berada di kamar Sakti dan tertidur di sana--lebih tepatnya menginap karena semalam juga Abang ikut menginap namun entah tertidur di mana. Mungkin di kamar tamu, seperti halnya Sakti.

Terbalik, ya? Tuan rumah di kamar tamu, sementara aku enak sekali di kamar milik tuan rumah yang nyaman, rapi, dan bernuansa putih polos ini. Jangan salahkan aku, salahkan saja Sakti yang terlalu baik.

Berbalik untuk memunggungi jendela yang tirainya terbuka sedikit hingga menampilkan sinar matahari, aku berniat untuk tidur kembali. Lagipula ini hari libur, aku tidak harus bersiap ke sekolah, lebih baik melanjutkan aktivitas di dunia mimpi yang lebih menyenangkan dibanding di dunia nyata. Namun itu tak semudah harapan, saat tiba-tiba pintu diketuk dan suara Sakti terdengar.

"Ri, bangun. Abang Gala mau pulang, katanya buruan siap-siap, soalnya dia mau kuliah, Ri."

Aku mendengkus. "Suruh duluan aja. Lagian gue 'kan bisa diantar sama lo, Sakti!" teriakku.

"Yakin gak pulang sama Abang?" tanya Sakti, terdengar ragu.

"Sepuluh ribu persen gue yakin!" teriakku lagi.

Setelah tak mendengar jawaban apapun dari Sakti, aku memutuskan untuk memejamkan mata kembali, menikmati ketenangan dan kenyamanan kamar sahabatku ini, kamar yang bahkan jauh lebih rapi dibanding kamarku sendiri.

Entah berapa lama aku tertidur setelah itu. Sekarang, aku terbangun karena guncangan yang diterima. Aku sampai memutuskan untuk duduk dengan cepat, mengabaikan rasa pusing untuk beralih menatap sekitar.

"Akhirnya bangun. Udah siang, Ri, lo belum makan apa-apa, kita makan dulu keluar soalnya Bibi lagi libur, jadi gak ada yang masak." Sakti duduk di hadapanku, dia sedang mengemut permen yang batangan putihnya terjulur keluar. Lagi-lagi dia tak mengenakan baju, hanya training yang membalut kaki jenjangnya.

Aku mengusap-ngusap pelan mataku, lantas menunduk untuk mengumpulkan nyawa yang masih melayang-layang di dunia mimpi.

"Sejam lagi, deh," ucapku.

"Enak aja."

Aku tak menyangka, saat tiba-tiba Sakti menarikku membuatku bangkit secara paksa. Lalu dia mendorongku, memaksa berjalan ke arah kamar mandi. Aku pikir dia akan meninggalkanku begitu saja, tapi tidak sama sekali.

Sakti menyalakan keran, menampung air dengan kedua tangannya lantas tiba-tiba saja dia usapkan pada seluruh wajahku membuatku mengerjap. Air dingin itu membuat kantukku langsung kabur entah ke mana. Belum selesai sampai di sana, Sakti mengambil sikat gigi yang masih dibungkus rapi, menaruh pasta gigi di atasnya lalu menjulurkannya padaku.

Mau tidak mau aku menerimanya saja dan mulai menyikat gigi. Kami berada di hadapan wastafel dan juga cermin. Jadi refleksi kami bisa terlihat oleh pandangan masing-masing. Aku menatap Sakti, dia juga balas menatapku. Aku tersenyum lebar, dia juga tersenyum lebar dengan permen yang masih diemutnya.

"Jadi inget waktu kecil," ucap Sakti saat dia menaruh lengannya di pundakku untuk topangan. "Kita hampir mandi bareng kalau gak ketahuan Bang Gala."

Mataku membulat. Aku pikir yang dimaksud Sakti saat kecil adalah saat Sakti mengajariku bagaimana cara menyikat gigi yang benar. Tahunya malah yang di luar dugaan, yang sayangnya itu membuat wajahku memerah, terlihat sekali di pantulan cermin.

I Want to Cherish YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang