Setelah Wendy pamit undur diri, Taeyong mendudukan diatas kursi kulit mewah milik Jaehyun. Ia membawa tubuhnya bersandar dan berputar-putar sembari melihat kota melalui jendela. Gedung Jung.Inc berdiri lebih tinggi daripada bangunan lain di sekitar Gangnam dan ruangan CEO berada di lantai paling atas, memberinya pemandangan seluruh kota yang menakjubkan.

Taeyong memutar kursi, menghadap ke meja lagi setelah beberapa saaat memandangi lanskap kota. Matanya menatap berbagai benda yang tergeletak disekitar. Tanpa berpikir, tangannya meluncur ke sebuah laci yang berada di sisi kanan meja dan spontan membuat gerakan untuk membukanya namun laci itu terkunci.

Sebuah kerutan halus muncul di kening Taeyong. Itu aneh, tumben sekali Jaehyun harus mengunci lacinya sendiri sedang ruangannya memiliki berbagai macam lapisan pengamanan pada pintunya. Dan Wendy tentu saja tidak mengizinkan siapa pun untuk masuk kedalam selama ketidakhadirannya bukan?



Tapi dia membiarkanmu masuk,

Sebuah suara muncul dalam benaknya. Ya, tapi Taeyong adalah Taeyong, istrinya. Jawabnya dalam hati. Tentu saja dia adalah satu-satunya pengecualian.

Mengapa kebetulan sekali Jaehyun harus mengganti meja kerjanya meski Taeyong tau kalau suaminya lebih senang menggunakan meja fungsional sederhana dan dia tidak melihat alasan untuk menggantinya dengan yang lebih besar dan mewah. Lelaki mungil itu bahkan tidak bisa melihat kunci apa pun disekitar meja. Sambil mengerutkan kening, ia mulai memeriksanya. Mencari kunci, pegangan, sakelar, tombol atau apa saja untuk meredakan rasa penasarannya dengan begitu fokus sampai-sampai ia bahkan tidak mendengar pintu besar itu terbuka.

"Apa ini kejutan?" Ia mendengar suara Jaehyun mendekat, "Apa kau datang membawakan makan siang? Ah, para karyawan di kafetaria ribut mempertanyakan kedatangan tuan muda kecil, apa kau tidak membawa an-"

Jaehyun mengakhiri celotehnya ketika menemukan Taeyong berjongkok dibawah meja kerjanya.

"Yah, well," Gumamnya, "Siapa ini yang dibawah meja? Seekor anak anjing pengintai yang hilang?" Sambung lelaki itu sembari menyilangkan tangan di depan dada saat melihat Taeyong mengamati laci mejanya dengan pandangan polos dan penasarannya yang menggemaskan.

"Aku tidak mengintai! Aku hanya...penasaran!"

"Karena penasaran adalah keadaan pikiran. Bertindak atas itu disebut melanggar privasi." Balas Jaehyun datar dan dihadiahi Taeyong tatapan tajam dan pipi menggembung. Untuk sesaat Taeyong bertanya-tanya apakah suaminya marah padanya karena datang tanpa pemberitahuan dan kini berusaha membobol meja kerjanya. Namun seringai di bibir Jaehyun ketika lelaki itu menumpukan siku tangannya diatas meja dan membungkuk diatas Taeyong yang masih duduk dibawah meja seketika memberinya jawaban.

"Apa yang kamu lakukan disini?"

"Kelas acro yoganya dibatalkan."

Jaehyun mengangkat alisnya, tampak tak percaya.

"Kamu tidak terlihat sedih kelasnya batal," komentarnya geli.

"Oke, aku bolos," Taeyong mengaku sambil berdiri. "Aku tidak bisa melayang dan meliuk-liuk diatas selendang selagi bagian belakangku masih berdenyut sakit." Imbuhnya bersungut-sungut. Jaehyun semakin menyeringai, menarik Taeyong untuk duduk dikursi dan membungkuk ke arahnya.

"Anak nakal."

Sebelum Taeyong dapat merumuskan balasan, Jaehyun menariknya lebih dekat dan menyegel bibirnya dengan ciuman. Ciuman itu dimulai dengan lembut lalu berlanjut semakin kuat sebelum Taeyong menarik diri dari suaminya yang jelas tidak menyetujui putusnya pangutan mereka secara tiba-tiba. Lelaki itu membungkuk untuk memberinya ciuman lagi tetapi Taeyong buru-buru memportal bibir Jaehyun dengan jarinya.

Summer, Mom and Watermelon Where stories live. Discover now