#37 Give Me My MK

221 22 7
                                    

Minju Pov

Tut.

Panggilan gua sama Iren terputus. Gua tahu pasti karena sinyal yang emang jelek. Ditambah lagi jarak gua sama Iren emang lumayan jauh.

Tadi Iren ngomong apa ya? Ga jelas.

Begitu matiin telfon, gua sama Tania masih di tengah perjalanan. Tania sama sekali ga ngomong sama gua. Dia cuma jalan sambil terus fokus dengan jalan di depan kita. Gua maklumi aja, mungkin dia orangnya introvert kan?

Sambil terus jalan, langkah gua terhenti karena liat rumah tua yang terbuat dari kayu. Gua pikir ini gudangnya, jadi gua tnya ke Tania.

"Tania, ini gudangnya?"

Bukan jawaban yang gua dapat, tapi hanya gelengan kepala. Itupun tanpa melihat gua.

"Lo yakin masuk sini? Ini masuk ke hutan loh."

"Lo mau lemnya apa ga?"

Santai aja kali. Udah kek pembunuh aja.

"E-em.. Iya."

Pada akhirnya gua cuna ngikutin Tania ke dalam hutan dari belakang. Jaraknya sangat jauh. Jarak rumah tua tadi dengan warung saja sudah cukup jauh, apalagi ditambah lagi dengan perjalanan ke dalam. Untungnya ada jalan setapak yang memang bisa dijadikan sebagai tempat menapakan kaki.

Gudang kok jauh banget.

Setelah beberapa menit berjalan, kita mendapati rumah tua juga yang terbuat dari kayu. Dengan hanya satu buah lampu di depannya. Tania kemudian membuka slot yang ada pada pintu itu.

"Ayo" ajaknya

"Ok." balas gua ramah

Gua dipersilahkan masuk duluan.

Ugh!

Yang bisa gua cium bau apek, karatan, dan tanah yang basah. Seperti tidak pernah digunakan. Karena masih gelap, gua ga bisa nyari dengan baik dimana letak lemnya.

"Tania tolong nyalain lampunya dong."

Gua sama sekali ga dapet jawaban.

Kriiiiit, buk.

Pintu sudah tertutup, makin gelap rasanya.

"Tani-"

Ting!

"Nah, gini kan tera-"

Sekujur tubuh gua melemas. Bisa gua rasain ketakutan yang gila, yang sama seperti malam itu. Seseorang sudah berdiri dengan menggunakan hoodie hitam. Begitu mengingatkan gua dengan kejadian malam itu.

"Udah gua bilang kan? Kita akan ketemu lagi"

Sial! Jadi dia Tania?

Perlahan gua berjalan mundur.

"Kenapa mundur lagi? Masih takut?"

"Ke-kenapa lo lakuin ini?"

"HAHAHAHAHAHA"

Dasar sinting!

"Lo jadi cewek kok ga peka banget?"

Gua baru sadar, ruangan ini kosong. Yang ada cuma rak besi yang emang udah karatan. Dasar di dalan sinipun penuh dengan tanah. Pantas saja yang gua cium tadi bau tanah basah. Sambil berjalan mengitari seisi ruangan, dia kembali bersuara.

"Gua udah janji kita bakalan ketemu kan? Ah lebih tepatnya lagi, gua janji bakalan buat lo lebih cantik. Kan?"

Mata gua sama sekali ga lepas dari dia. Masih dengan tatapan yang sangat berjaga-jaga. Melihat dia sudah berada di bagian belakang ruangan ini, gua berlari dengan sekuat tenaga dan membuka pintu.

The Life Changer | Mark Lee✔️(END) Donde viven las historias. Descúbrelo ahora