Bagian delapan belas : 18

1.6K 239 13
                                    

Namjoon terus menatap ibunya sendiri dengan nanar. Dia tidak ingin durhaka dan melawan kehendak orang tuanya. Tapi bagi Namjoon, mengusir Jungkook saat dirinya terluka bukanlah hal yang tepat.

"Aku masih bisa merangkak, Ibu. Apa Ibu pikir mengusir Jungkook bisa membuat kedua kakiku kembali?" Namjoon mengutarakannya dengan nada bicara yang begitu pelan. Membuat Hana yang mendengarnya kini terdiam dalam benak yang masih berproses.

"Ayah dan Ibu bilang kalau kalian menyayanginya. Kalian bilang akan mempertahankan Jungkook. Lalu, setelah aku bangun dari kesakitan ini, Ibu justru mengusirnya?"

Sekali lagi Hana terjebak dalam situasi yang cukup rumit. Putra kesayangannya sedang marah besar sementara hatinya sangat bertolak belakang. Sebenarnya Hana juga merasa buruk karena sudah mengusir Jungkook tetapi jika bukan karena mengangkat dia menjadi anak, Namjoon tidak akan seperti sekarang.

Ditengah suasana yang masih memanas antara ibu dan anak itu kini sang ayah yang sudah ditunggu sejak tadi muncul dihadapan mereka berdua dengan wajah yang berpeluh dan nafas yang memburu. Yeogun langsung mengambil langkah cepat menuju rumah sakit setelah mendengar putranya sudah terbangun dari koma.

"Ayah juga ikut mengusirnya?"

Sekarang, Yeogun menyadari ia sangat terlambat. Kebenaran dan juga penyesalannya adalah bukti bahwa ia dan istrinya bersalah. Namjoon merasa jalannya buntu. Terlalu menyalahkan kedua orangtuanya juga bukanlah hal yang tepat untuk menemukan Jungkook.

"Setelah semua ini, Ayah dan Ibu masih tetap membenci Jungkook?" sarkas ini tak diberikan jawaban. "Mana janji Ayah dan Ibu yang akan selalu menyayangi adikku itu?" lagi-lagi tidak ada jawaban.

Hana terdiam dengan hati yang masih kesal namun sejujurnya ia sangat terjebak dalam rasa bersalah. Yeogun dengan fikiran dan perasaan berkecamuk karena penyesalan hanya bisa merutuki diri sendiri.

Merasakan keadaan ini membuat Namjoon sangat jengah. Ia kemudian mencari cara agar ia bisa turun dari bednya sampai pada suara ayahnya yang membuat geraknya tertahan.

"Ayah akan mencarinya"

Namjoon sebenarnya juga bisa menemukan adiknya sendiri. "Aku bisa mencarinya sendiri" ketus Namjoon. 

"Ayah akan mempertemukan kalian berdua. Ini tanggung jawab Ayah, Namjoon. Sekaligus...permintaan maaf" kalimat Yeogun terdengar begitu pelan diakhir.

***

Taehyung hanya bisa terdiam menunggu obat kemoterapi yang masuk dalam tubuh Jungkook selesai diberikan. Obat itu akan habis dalam waktu lima jam kemudian. Selama itu Jungkook akan merasa badannya lemas dan seluruh isi perutnya dipaksa keluar.

Jungkook baru selesai memuntahkan isi lambungnya untuk ketiga kali, mungkin akan ada empat, lima dan seterusnya sampai Jungkook merasa lebih baik.

"Kak.." panggil Jungkook dengan lemah.

"Kenapa, Jung?"

"Belum selesai?"

Taehyung tersenyum simpul dan menggeleng singkat. "Istirahat saja. Jika sudah selesai aku akan membangunkanmu, Jung"

"Kak Taehyung tidak pergi latihan hari ini?"

Taehyung menggeleng lucu, "tidak ada latihan, Jung. Tidak apa jangan fikirkan soal kompetisi. Itu urusanku, Jung. Kau hanya perlu sembuh"

Jungkook mengangguk dan kembali terlelap saking lemasnya. Beberapa saat kemudian ponsel Taehyung bergetar dengan nama kontak yang membuatnya terkejut.

Namjoon is calling

"A-apa?" Taehyung memekik pelan dan reflek menggenggam jemari Jungkook lebih erat dari sebelumnya. Ponselnya terus bergetar bahkan sampai panggilan ketiga dan Taehyung belum menerimanya. Sekarang ia bimbang.

Beberapa minggu bersama Jungkook membuat Taehyung terlalu takut untuk melepaskannya. Melihat perlakuan kedua orang tua Namjoon pada adiknya membuat Taehyung ragu akan kasih sayang mereka.

Taehyung memikirkan banyak hal. Hatinya berteriak untuk tidak menjawab panggilan itu dan menjauhkan Jungkook, sejauh mungkin dari mereka semua. Orang yang membuat Jungkook menderita dan bahkan menampar adiknya yang tidak bersalah. Menghinanya dan menganggapnya anak haram. Taehyung tidak akan melupakan itu semua.

***

"Itu obat kanker, Namjoon"

Kalimat ini tidak akan pernah Namjoon lupakan seumur hidupnya. Beberapa saat lalu Seokjin datang padanya dan mengabarkan berita buruk ini. Tentu setelah Namjoon bersikukuh agar Seokjin menjawab pertanyaannya.

Hana dan Yeogun tidak kalah terpukul karena kebenaran ini. Mereka makin terpuruk dalam rasa bersalah dan penyesalan. Tekad mereka untuk bertemu Jungkook semakin kuat. Mereka ingin memeluk Jungkook lagi dan meminta maaf atas segalanya.

Namjoon terus meremat dadanya dan menangis terisak sementara kedua orang tuanya sedang berusaha menggunakan semua koneksi yang mereka punya.

Seokjin melangkah perlahan dan mengusap salah satu langan Namjoon untuk menguatkan, "kau juga sedang sakit. Kita pasti bisa menemukannya" sesungguhnya Seokjin tau kalimat ini tidak berarti namun dia juga tidak bisa melakukan apa-apa selain berusaha sebisanya untuk membantu.

"Aku yakin Jungkook sedang bersama Taehyung saat ini. Aku yakin!" kata Namjoon dengan frustasi. "Kenapa dia tidak menjawab panggilanku?! Taehyung!" Namjoon mulai kesal dan hatinya mulai memanas.

Namjoon berusaha sekali lagi untuk menghubungi Taehyung. Hatinya terus berkata Jungkook ada bersamanya. Namjoon berharap itu memang benar. Setidaknya, Jungkook bersama kakak kandungnya. Ia tidak hidup sendiri atau berjuang melawan penyakitnya sendirian.

Panggilan itu tersambung...

"Tae! Taehyung, kau bersama Jungkook? Jika iya, tolong berikan ponsel ini padanya. Atau, atau..kau bisa jelaskan padaku keadaannya. Taehyung, aku baru saja mengetahui dia sakit. Aku harap kau menjaganya dengan baik. Apa aku bisa bertemu dengannya? Aku mohon, Tae-"

"Ini Jungkook, Kak"

Jemari Namjoon menegang dengan wajah yang sangat terkejut dan ototnya yang membeku. Lidahnya sangat kaku dan dia hanya bisa terdiam. 

"Aku bahagia sekali mendengar Kak Namu sudah membaik. Aku akan menemui Kak Namu segera. Itu dulu saja, Kak. Aku sayang padamu"

"Jungkook!" panggilan itu terputus sepihak oleh adiknya. Kebiasaan itu tidak pernah berubah. Namjoon yakin itu benar Jungkook. Bukan hanya orang iseng yang mengaku sebagai adiknya.

Namjoon berteriak kesal dan Seokjin hanya bisa memeluknya untuk menenangkan. Ia tidak mengerti apa yang terjadi tapi melihat reaksi Namjoon, ia paham Jungkook sudah dekat dengan mereka.

"Jungkook, maafkan kakak..." lirih Namjoon ditengah isak tangisnya. []

Trivia : Love (Brothership Namkook) || FinWhere stories live. Discover now