Dimensi Ajaib - 9 - Kenangan yang Tergenggam Erat

667 77 41
                                    

KISAH SEBELUMNYA

Tulisan berwarna keperakan itu kembali muncul. Alfian masih terdiam menatap tato yang berwarna merah menyala itu. Bahkan ketika lingkaran biru menelannya, bayangan tato burung phoenix itu tetap membuat sekujur tubuhnya meremang.

 Bahkan ketika lingkaran biru menelannya, bayangan tato burung phoenix itu tetap membuat sekujur tubuhnya meremang

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hidup adalah pilihan dengan risiko

Ketika Alfian tenggelam dalam lingkaran biru, kegelapan langsung menyergap

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ketika Alfian tenggelam dalam lingkaran biru, kegelapan langsung menyergap. Namun, kali ini ia merasa kepalanya seperti ditimpa beban berton-ton. Aliran kenangan kibang-kibut memasuki otaknya. Meski ia berusaha membuka mata, saraf motoriknya sama sekali tak merespon.

Tubuhnya seperti ditarik empat ekor banteng yang mengamuk ke empat penjuru yang berbeda. Ia bahkan kesulitan bernapas. Semua ingatan dijejalkan ke dalam kepala sekaligus. Seperti secangkir gelas yang dibanjiri air bah.

Namun, dari semua kenangan, hal paling mengerikan adalah ketika merasa lehernya ditusuk dengan cepat melenyapkan semua suara. Jantungnya seperti melompat kala kemudian rasa panas luar biasa menusuk punggung dan menembus dada. Ia ingin menjerit, tapi bahkan suara Alfian seperti dihentikan. Sekujur tubuhnya bergetar. Entah berapa banyak keringat dingin yang mendesak keluar dari setiap pori-pori di badannya. Otaknya sama sekali tak bisa dipakai berpikir jernih.

Bahkan ketika ia menyangka semua rasa sakit itu sirna, Alfian merasa tubuhnya seperti terlempar ke ruang hampa udara. Menghabisi jalan napasnya hingga ia megap-megap seperti ikan yang terlempar ke daratan. Setelah itu, ia tak bisa merasakan apa-apa.

Suntikan penenang dilakukan.

Obat sudah memasuki jalan darah.

Tanda vital sudah stabil.

Samar-samar Alfian mendengar suara perempuan yang terasa familier. Kepalanya  berdentam, tapi rasa nyeri di tubuhnya sudah berkurang jauh. Ia mulai bisa mengatur napas yang sempat putus-putus tak karuan. Saat ia mencoba membuka mata, kegelapan berganti cahaya warna-warni yang menyilaukan.

TERBIT  Deliverance x Dimensional FugitiveWhere stories live. Discover now