XLIV... Poison on Your Head

4K 316 18
                                    

Sebentar lagi cerita ini akan tamat, tersisa dua bab.

*****

Ternyata benar, cinta itu ada. Bagi mereka yang percaya, cinta itu dapat membawa perubahan dalam diri dan kehidupannya.

Bagi kalian yang belum menemukan pasangan, ingatlah kisah Orlan dan Lucia yang baru dipertemukan setelah sekian ratus tahun lamanya.

Percayakan saja semuanya pada sang pencipta. Setiap makhluk diciptakan berpasangan, jangan khawatir bila kamu belum kunjung bertemu dengan pujaan hatimu.

Orlan tersenyum lebar melihat pemandangan menyejukkan jiwa dan raga yang ada di depan matanya, Lucia memakai gaun selutut berwarna biru dan rambutnya disanggul. Membuat tato indah yang ada pada ceruk leher Lucia sedikit terlihat. Ini merupakan ketiga kalinya Orlan melihat Lucia memakai gaun. Sangat cantik dan anggun. Apakah ia perlu membelikan Lucia banyak gaun? Tidak, ia tidak suka bila ada lelaki lain yang melihat Lucia memakai gaun.

Lucia melingkari kedua tangannya ke leher Orlan. "Jangan menatapku seperti itu." Lucia mengedipkan sebelah matanya. Orlan mendelik dan itu membuat Lucia tertawa geli. Suaminya ini suka sekali menggoda, tetapi bila digoda dia tidak suka. Aneh, bukan?

Orlan melingkarkan tangannya pada pinggang Lucia. "Don't tease me, Honey." Orlan berbisik lembut, membuat bulu kuduk Lucia meremang. "Setiap kamu bertingkah seperti ini, Jay selalu ingin mengambil alih tubuhku." Jay di dalam sana merapatkan bibir dan menundukkan kepala. Tidak menyanggah ucapan Orlan, tetapi bila bisa, Jay ingin sekali melakban mulut Orlan.

Lucia terkekeh. Jay memang tidak pandai mengontrol diri seperti Orlan. Ia melepaskan tangannya dari leher dan pelukan Orlan. Ia berdiri jarak dua langkah dari Orlan. "Jadi, kenapa kamu menyuruhku memakai gaun?"

"Hanya ingin melihat kamu memakai gaun."

Lucia menganga. Tidak percaya dengan alasan Orlan. "Kamu membujukku sampai memohon-mohon, cuma karena ingin melihat aku memakai gaun?" Lucia menggeleng tak habis pikir.

Orlan menggenggam tangan Lucia dan menuntut istrinya itu untuk duduk di sofa bersamanya. "Memangnya kamu pikir apa?" Orlan memainkan rambut cokelat Lucia. Istrinya itu memakai jepit rambut yang dahulu pernah Orlan belikan.

"Kukira kamu mau mengajak ke restoran."

Orlan tersenyum geli. "Nanti setelah semuanya selesai. Bagaimana kalau kita liburan?"

Lucia menatap Orlan antusias. Ia mengangguk heboh. "Iya, ayo."

"Kamu mau liburan ke mana?"

"Hmm, ke bioskop."

"Hah?"

"Aku belum pernah ke bioskop. Aku sering mengajak Arva, tapi Arva tidak pernah mau dan selalunya mengajakku belanja ke mall. Aku ingin merasakan sensasi menonton film di bioskop sambil makan popcorn. Dahulu aku khawatir tidak bisa merasakan rasanya popcorn, tapi sekarang aku tidak perlu khawatir."

Orlan termanggut-manggut. Ia juga tidak pernah ke bioskop. Karena ia tahu betul, bioskop terkadang dipenuhi oleh manusia yang sedang berkencan. Dahulu ia paling menghindari yang namanya bioskop. Sekarang ia sudah menikah, kencan bersama Lucia ke bioskop mungkin hal yang harus dilakukan.

"Kamu tidak ingin ke tempat lain? Misalnya, mengelilingi negara ini? Keliling eropa? Atau dunia?"

Lucia meletakkan kepalanya pada bahu Orlan. "Aku ingin ke Disneyland, Universal Studios Hollywood, Horseshoe Bend, Menara Eiffel di Perancis, Laut Mati di Israel, dan mendaki Gunung Everest. Ke Jepang ingin melihat bunga sakura."

My Mate is a Vampire Princess (TAMAT)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz