VIII... Reject?

7.6K 519 11
                                    

Sekilat cahaya menembus rimbunan pepohonan. Bunyi jangkring bersahutan terdengar nyaring. Masih sangat pagi, terdapat banyak kabut yang menutupi jarak pandang.

Noura berjalan santai menyelusuri hutan, menuju pintu dunia manusia. Dalam keadaan seperti ini, ia sangat bersyukur kemampuan matanya masih berfungsi dengan baik. Ia dapat melihat dengan jernih dan jelas, tanpa takut terhalang sedikit pun dari kabut.

Noura berada di ujung hutan, ia telah ke luar dari dunia immortal. Noura celingak celinguk, mencari keberadaan Orlan. Kemarin Orlan bilang akan menjemputnya. Apakah benar? Orlan saja tidak bertanya, jam berapa ia berangkat?

Noura menundukkan kepalanya. Ia baru teringat ucapan Orlan kemarin. Aku mate werewolf? Aku mate-nya? Kenapa aku? Bagaimana kalau kakak tahu? Apalagi Ferin? Apa yang akan terjadi? batin Noura berkecamuk. Ia merutuki dirinya yang langsung menerima cincin pemberian Orlan, tanpa berpikir panjang.

Noura berjalan gontai menuju jalan raya. Ia berharap Orlan tidak menjemputnya. Kalau ada vampire yang melihat, akan kacau. Ya, walaupun ia tahu. Ini sudah pagi, vampire telah kembali ke dunia immortal.

"Sedang mencari uang?" Noura berhenti melangkah, suara ini tidak asing ditelinganya. Ia segera mendongakkan kepalanya. Ia membelalak, memelotot tajam. Melihat Orlan tengah berdiri di samping mobil, tersenyum padanya.

"Kamu benaran ...." Noura tidak percaya. Orlan benar melakukannya, menjemput dirinya.

Kemarin setelah perbincangan mengenai mate, mereka sepakat untuk tidak lagi memanggil dengan formal -Saya-Anda. Menjadi Aku-Kau atau Aku-Kamu. Dan kesepakatan diambil, mulai hari ini mereka akan memanggil Aku-Kamu.

"Iya, aku tidak pernah melanggar janji yang telah kubuat." Orlan tersenyum lebar.

Noura kembali melangkah mendekati Orlan. "Tahu dari mana, aku berangkat jam segini?"

"Dari Arva," jawab Orlan, santai.

Noura mendengus. Ia lupa, kalau Arva merupakan adiknya Orlan.

"Ayo, nanti telat." Orlan membuka pintu, mempersilakan Noura masuk.

"Terima kasih." Noura masuk ke dalam mobil. Terpaksa ia menerimanya, ia tidak bisa kabur. Orlan telah berniat baik padanya.

*****

"Aku mendengar dari Arva. Mengenai werewolf yang tewas di hutan." Noura membuka percakapan. Setelah beberapa menit keheningan menimpa mereka berdua.

Orlan tersontak. Langsung teringat, ia lupa kalau Arva yang telah memberitahukan semuanya pada Noura.
"Iya, kami sedang mencari tahunya. Mengumpulkan banyak bukti." Orlan tanpa menoleh sedikit pun, ia fokus melihat jalanan di depannya.

"Asal kamu tahu. Kami juga mengalami hal yang sama, banyak ditemukan vampire tewas di Hutan Appalachia. Dan dugaan sementara, mereka tewas karena merupakan mate seorang werewolf. Aneh bukan?" tanya Noura, menatap penuh tanya pada Orlan.

Orlan mengerutkan dahinya. "Merupakan mate werewolf?" Ia menjadi tidak konsentrasi.

"Iya. Aku telah menyelidiki kasus ini selama satu bulan. Setelah ditelusuri lebih dalam, fakta menariknya, mereka merupakan mate seorang werewolf." Noura masih menatap Orlan. Melihat reaksi yang akan ditunjukkan oleh lelaki yang ada di sampingnya ini.

Orlan mendelik, terkejut. "Kami belum sejauh itu. Apa kemungkinan, werewolf dan vampire yang tewas itu merupakan sepasang kekasih?" Ia menoleh ke arah Noura yang tengah menatapnya.

Noura mengedikkan bahunya. "Aku tidak tahu. Lalu, apa informasi yang kamu dapat dari para werewolf yang tewas?"

"Masih diselidiki. Karena saat ditemukan, rata-rata mereka telah meninggal selama kurang lebih satu minggu."

My Mate is a Vampire Princess (TAMAT)Where stories live. Discover now