III... I'll Be There

11.5K 754 17
                                    

"Hari ini, Arva tidak datang ke cafe." Noura sedang berdiri di balkon kamarnya. Melihat layar ponselnya, pesan dari Arva. Ya, nanti malam bulan purnama.

Noura bimbang, setelah dua hari yang lalu, ia mengikuti serangkaian acara pergantian budak manusia di istana. Bau darah manusia, masih sangat tercium di sekelilingnya. Tidak bisa dihilangkan dengan menyemprotkan 10 minyak wangi pada bajunya. Istana sedang terkontaminasi darah manusia.

Manusia yang melamar selain telah lolos uji kesehatan dan uji psikologis. Ada tes kepribadian dan kejujuran. Jika telah lolos. Para manusia akan disumpah tidak akan membocorkan rahasia vampire pada manusia lainnya. Bila melanggar sumpah perjanjian, manusia itu akan dibunuh sampai tujuh turunan. Tentunya para manusia ini, didapatkan dari sebuah lembaga khusus. Bahkan pemerintah tidak ada yang tahu. Bisa dikatakan, semacam lembaga ilegal.

Acara dilaksanakan selama 2 hari, dengan cara pelelangan. Para manusia akan diminta menusukkan jarum pada jempol tangan --sampai darah keluar. Lalu, darahnya dikumpulkan disebuah tempat semacam asbak kecil. Para vampire akan mencolek atau menjilat sedikit darah manusia yang ada di dalam asbak. Baru setelah itu, jika darahnya cocok dengan yang mereka inginkan. Para vampire akan membawa pulang budak manusia pilihannya.

Dahulu pergantian budak hanya akan dilakukan, jika budak manusianya meninggal. Namun, Raja Carlen membuat kebijakan baru. 'Warga vampire yang merasa bosan dan ingin mengganti budak manusianya, akan dilakukan setelah minimal 10 tahun manusia itu bekerja padanya.'

"Putri Noura, apa Anda di dalam?" Pangeran Vander mengetuk pintu kamar.

"Ya, buka saja," teriak Noura. Ia malas berjalan untuk membuka pintu, lagi pula biasanya Vander akan langsung masuk tanpa mengetuk pintu. Mungkin hari ini, Vander sedang sedikit waras.

Krek,
Pintu terbuka, Pangeran Vander memelesat menuju Noura dan berdiri di sampingnya.

Noura melirik ke arah Vander, yang sedang membawa dua gelas dikedua tangannya --gelas berisi darah hewan. Noura penasaran, bagaimana caranya Vander membuka pintu? Tapi ia malas bertanya. Anggap saja, ada pelayan yang membantu Vander untuk membuka pintu.

"Anda tidak berburu hewan? Seperti biasa dapat kiriman dari Ferin." Pangeran Vander memberikan gelas yang masih penuh pada Noura. Noura langsung menerimanya.

"Baru 3 hari yang lalu aku berburu," jawab Noura. Ia mencium gelas berisi darah hewan pemberian Vander. "Harimau? Dari mana Ferin mendapatkan harimau?" Noura menatap Vander yang sedang meneguk habis isi gelas.

Pangeran Vander mengedikkan bahunya. "Jangan tanya padaku. Aku tidak berani bertanya padanya." Ia menatap gelas kosong yang berada ditangannya.

"Sungguh, Ferin telah melanggar perjanjian damai. Kalau bangsa werewolf tahu, aku yakin akan terjadi perang ketiga." Noura menatap nanar gelas yang ada ditangannya, membayangkan harimau yang diburu oleh Ferin dan diambil darahnya. Jika Raja Carlen tahu, ia sangat yakin akan kembali terjadi perang antar vampire.

Ferin tidak berada di istana. Tapi ia selalu menyelundupkan darah hewan ke kerajaan. Selama ini, ia tidak pernah meminum darah hewan pemberian Ferin. Ia tidak mau melanggar perjanjian. Tidak dengan Vander yang tetap meminum.

"Ingat. Bukan hanya kita vampire peminum darah hewan yang memburu hewan langka. Tapi banyak juga werewolf yang memburu hewan langka untuk dinikmati dagingnya. Padahal mereka sama-sama hewan." Noura mengangguk, ia tahu. Padahal sudah sangat jelas tertulis diperjanjian damai. Kedua bangsa telah setuju. Entah siapa yang telah berkhianat dari golongan werewolf.

Pangeran Vander mendengar informasi yang berembus kencang mengenai para werewolf yang ikut memburu hewan untuk dikonsumsi dagingnya. Ia pun sedang menyelidiki, apa ada keterkaitan Ferin dengan para werewolf. Apalagi, sejak 1 tahun terakhir. Ferin rutin mengirim darah hewan langka, lalu memberikannya pada Noura dan dirinya. Mau dibuang, sayang. Pikirnya.

My Mate is a Vampire Princess (TAMAT)Where stories live. Discover now