XLIII... If You Ask, "Why?"

3.8K 303 13
                                    

Azzura memandangi bola kristal berwarna biru yang berada di atas meja. Selama ini, dengan bola kristal inilah ia memantau Lucia, Kerajaan Appalachia, dan Hutan Elfin.

"Anda belum juga berhasil menemukan keberadaan Ferin?" Grace ikut memandangi bola kristal biru yang tidak menunjukkan gambar apa pun.

"Belum. Sekitar 100 tahun yang lalu, saya berhasil menemukan keberadaannya. Namun, lokasinya berbeda-beda."

"Jadi, dia berpindah-pindah tempat?"

"Kemungkinan seperti itu."

"Dia tinggal di hutan atau di pemukiman?"

"Keduanya, tapi masih di negara ini."

Grace menompang dagunya. "Jika seperti itu, susah untuk mencarinya. Bila dia hanya tinggal di hutan, kita dapat dengan mudah menemukannya."

"Dia itu tidak bodoh." Hunter datang dengan membawa plastik berisi bunga kamboja dan bunga melati, lalu memberikannya pada Azzura.

"Di mana kau mendapatkan bunga-bunga itu?" Grace heran. Di Hutan Elfin hanya terdapat tanaman liar yang merupakan kelompok tanaman parasit.

"Punya kekuatan kenapa tidak digunakan? Saya menyihir jangkring menjadi burung dan saya suruh dia mencari bunga-bunga itu."

Grace menatap Hunter datar. Pasti burung tersebut mencuri kedua bunga itu di depan halaman rumah manusia.

"Anda memberitahu semuanya pada Alpha Orlan dan Luna Lucia." Azzura mencopoti kelopak kedua bunga itu dan ditaruh di atas kendi berisi air.

Hunter duduk di sebelah Azzura seraya mengaduk-aduk isi kendi. "Saya tahu, mereka pasti tidak percaya pada kita dan bertanya-tanya apa yang membuat kita mau menjadi budak dia. Terserah mereka percaya atau tidak, yang terpenting saya telah mengungkapkan kebenarannya."

Grace mengusap-usap malas bola kristal milik Azzura. "Hmm, apakah Joana masih setia dengan Ferin?"

"Joana?" Hunter membeo. Ia mengingat-ingat penyihir yang bernama Joana.

"Pangeran Darren cerita pada saya akan kecurigaannya pada salah satu wanita yang selalu bersama Ferin. Wanita berambut pirang dan matanya berwarna hitam. Wanita itu memiliki aura seperti penyihir dan tidak pernah menatap matanya," ungkap Azzura.

Grace menelengkan kepalanya. "Bisa saja itu Joana. Dia merupakan salah satu penyihir yang berbakat dan ... dia menyukai Ferin."

Tangan Hunter berhenti mengaduk. Ia sepertinya tahu siapa Joana yang Grace bicarakan. "Oh, Joana anaknya Tuan Natta?"

Grace mengangguk.

"Dia memang hebat. Menurut saya, mungkin Joana yang melindungi Ferin, makanya sangat sulit mencari keberadaan Ferin dengan bantuan sihir." Hunter berpendapat.

"Jika Joana bersama Ferin." Grace menjeda. "Berarti perang kali ini, kita bertarung bukan hanya dengan siluman? Tetapi juga dengan undied?"

"Benar. Joana dapat membangkitkan arwah manusia ataupun siluman yang telah meninggal."

"Apakah kita perlu membangkitkan arwah para penyihir yang ada di hutan ini? Untuk mengantisipasi? Sihir hanya bisa dilawan dengan sihir."

My Mate is a Vampire Princess (TAMAT)Where stories live. Discover now