Sweet Crime

Mulai dari awal
                                    

"Coba kuingat-ingat dulu yaa,"

Jaehyun menutup pintu kulkas dan bersandar pada meja, menyilangkan lengannya sembari menatap Taeyong dengan ekspresi berpikir.

"Aku ke makam ayah, bayar listrik, bayar air, beli popok dan susu anak, belanja sayuran, menjemput dan membawa Mark cabut gigi, mengantar makan siang Lucas dan Hendery, sudah ke pom juga ngisi bensin mobil."

"Besok kalo mommy mau kemanapun, tinggal gas aja, hehe."

Mata Taeyong berkedip lambat, agak terkejut tapi selebihnya ia merasa terpesona. Jaehyun selalu hebat dalam hal menjadi bapak rumah tangga, tapi biasanya ia akan membantu Taeyong menjalankan tugas rumah ketika dia pulang bekerja atau libur sehingga Taeyong dapat lebih santai dirumah atau menjaga tokonya. Seminggu ini Jaehyun tidak membantunya karena Lucas dan Hendery membutuhkan bantuan untuk menyiapkan kostum untuk drama dan seharusnya Jaehyun hari ini juga pergi bekerja sementara Taeyong ijin menghadiri beberapa undangan.

"Kamu sangat sibuk hari ini."

"Tapi sudah selesai kok," Jaehyun tersenyum. Pipinya mencekung dalam.

"Tidak kerja?"

"No,"

"Mengapa?"

"Hanya ingin mengurus beberapa hal dirumah. Bagaimana denganmu? Bagaimana harimu?" Tanyanya. Mata itu tak lepas menatap sang istri meski tangannya sibuk menggulung bubble wrap sisa properti kostum drama yang ditinggalkan Hendery diatas meja.

"Membosankan. Tidak banyak hal menarik yang terjadi sepanjang hari," katanya, memandang ke luar jendela untuk menyembunyikan senyum.

"Benarkah?" Jaehyun menanggapi, getar yang sedikit gugup memasuki suaranya. "Tidak ada yang luar biasa?"

"Yah ... sangat membosankan sebelum...." dia menoleh lagi, memutuskan untuk mengungkapkan kecurigaanya pada sang suami, "Sebelum aku menemukan beberapa mawar merah yang indah di sekitar rumah."

Mendengarnya Jaehyun langsung tersenyum cerah, kebanggan terlihat jelas di wajahnya.

"Apakah kamu sudah menemukan mereka semua?"

"Kurasa, ya? Aku punya dua belas dari mereka."

"Kamu menemukan mereka semua kalau begitu. Bagus! Aku sepanjang hari sangat berharap kamu akan menemukannya."

Dia berdiri dari kursi, berjalan ke arahnya dan mencium Taeyong. Rambutnya diusak dua kali.

"Aku bahkan menemukan mereka semua sebelum kamu keluar rumah. Kukira kamu pergi kerja. Huh, ternyata."

Melihat betapa bahagianya Jaehyun, Taeyong ragu-ragu tapi ia tahu dia harus bertanya maksud suaminya menyiapkan bunga.

"Yuno ... aku bermaksud menanyakan ini padamu sedari pagi tapi aku tidak melakukannya karena aku tidak ingin melukai perasaanmu jika aku mungkin melupakan sesuatu. Makanya aku diam saja." Ujar Taeyong dengan hati-hati. Matanya masih menatap sang suami.

"Apa yang istimewa tentang hari ini? Ini bukan ulang tahun kita atau hari ulang tahun pernikahan atau apa pun..."

Alih-alih terlihat kesal atau berkecil hati seperti yang ditakutkannya, Jaehyun justru tersenyum lembut.

"Aku selalu bertanya-tanya apakah kamu tahu mengapa tanggal 23 juli itu penting, tapi ini adalah hari peringatan salah satu hari terbaik dalam hidupku," Jaehyun menjelaskan dan memegang tangannya. "Dua belas tahun yang lalu, 23 juli, adalah hari dimana aku pertama kali bertemu denganmu, Taeyong."

Ingatannya tiba-tiba terlempar pada hari itu. Seorang anak SMA berpakaian kuning, bunga, senja dan juga tangis. Ya, hari ini tepat dimana ia dipertemukan dengan Jaehyun, dalam hari bahagia dan dukanya sekaligus.

"Yuno ... aku..."

Sembari menahan tangis, Taeyong masih berusaha menyusun kata-kata sampai Jaehyun menciumnya lagi. 

"Gatau ih, ngeselin!"

Jaehyun meringis saat Taeyong menggigit bahu dan memukul punggungnya lalu memeluknya erat.

"Tidak apa-apa kalau tidak ingat, nanti aku pasti akan ingatkan terus." Ujarnya sembari terkekeh dan menekan ciuman ke dahi istrinya.

"Setidaknya ada orang yang datang dan bisa kupeluk saat itu."

Taeyong memutar matanya dan tersenyum, ia menarik diri dari pelukannya.

"Dan sekarang berkatmu kurasa kita sudah punya banyak bahan makanan, keluarkan beberapa sayuran sehingga aku bisa membuatkan kita makan malam."

"Siap, komandan!"

Dengan senyum lebar, dia memberi hormat dan kemudian mulai mengeluarkan piring dan bahan makanan dari kulkas. Taeyong hanya menggelengkan kepalanya melihat Jaehyun yang begitu antusias menyiapkan makan malam. Keduanya punya waktu satu jam untuk berduaan dan saling bersenda gurau sembari saling mencicipi olahan masing-masing sebelum anak-anak bangkit dari tidur siang.

Ya, Jaehyun tidak pernah berubah sejak hari itu, selalu romantis dengan caranya sendiri dan Taeyong tidak bisa meminta hari yang lebih baik dari hari itu. Meski tepat di hari itu pula dan sampai saat ini, Jaehyun masih belum juga berhasil menemukan siapa orang yang telah membuatnya kehilangan sang ayah.





ಇಇಇ

01.07.2020

Happy Birthday Lee Taeyong!
🌹🌹🌹

Summer, Mom and Watermelon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang