17. Kamu

126 31 5
                                    

Kamu, satu orang yang bisa menciptakan segala rasa. –Alana

~~~

Keesokan harinya, Alana memaksakan untuk sekolah meski tubuhnya tidak baik-baik saja. Saat di kelas pun, Alana menelungkup kepalanya dilipatan tangannya membuat sahabatnya keheranan.

"Lo kenapa, Lan?" tanya Vina.

Alana menggeleng lesu. Vina yang penasaran memegang kening Alana, "Badan lo anget. Lo gak apa-apa?"

"Badan lo anget?" Dira ikut menyahut.

"Kemaren kehujanan, hehe." Alana menjawab dengan cengiran.

"Ya udah ke UKS aja," ucap Feli.

"Gak usah, lagian gue gak apa-apa. Di kelas aja, gue pengen tidur. Kalian istirahat aja, kasihan perutnya," balas Alana.

"Lo gak pengen makan?" tanya Dira kembali.

"Gak laper," jawab Alana.

"Lah, lah–"

"Udah sono." Alana mendorong mereka sampai keluar kelas.

Setelah itu Alana kembali ke kelas. Mencoba untuk tertidur selagi istirahat.

Di sisi lain.

Arlyn yang mendengar Alana sakit bergegas ke kelas cewek itu. Senyumannya mengembang, melihat wajah cantik itu terlelap. Tangannya terulur memegang kening Alana.

Dia duduk bangku kosong, samping Alana. Menaruh sebungkus bubur yang dibawanya. Memandang wajah itu cukup lama sambil menopang dagu, sesekali mengusap rambut Alana. Arlyn ikut menelungkupkan kepalanya melihat Alana yang terlelap begitu tenang, tidak terusik dengan keberadaannya. Tak lama ia ikut memejamkan mata.

Beberapa menit berselang.

Alana terbangun dari tidurnya. Matanya mengerjap beberapa kali, kaget mendapati wajah tampan di depannya yang juga tertidur sambil menelungkupkan kepalanya ke samping. Sepertinya Arlyn khawatir dengannya. Alana tersenyum, tangannya menoel-noel jari Arlyn yang ringan membuat cowok itu terbangun–ah tidak, ternyata Arlyn tidak benar-benar tertidur.

"Kamu sakit?" tanya Arlyn seketika membuat pipi Alana memerah.

"Ka–kamu? Ah, aku gak apa-apa kok," jawab Alana malu-malu.

"Gak apa-apa, gimana? Ini anget." Arlyn menempelkan tangannya di kening Alana.

"Nanti juga sembuh kok."

Alana melihat sebungkus bubur lantas bertanya, "Buat aku ya? Cie perhatian banget." Cewek itu tersenyum jahil ke arah Arlyn.

"Iya. Makan gih," balas Arlyn menyodorkan bubur itu.

"Mau?" Alana menyodorkan sesendok bubur.

"Gak udah kenyang, mandangin kamu."

Uhuk, uhuk!

Alana terdesak air liurnya sendiri setelah mendengar ucapan Arlyn. Cowok itu menyodorkan minum padanya. Alana langsung meneguknya.

Cewek itu memukul lengan Arlyn pelan. "Jangan kayak gitu, kan akunya kaget!"

Arlyn mengernyitkan dahi, "Emang gak boleh ya ama pacar sendiri?"

"Ya kan gak gi–"

"Masih aja ya energik padahal lagi gak fit.

"Lanjutin makannya. Mau disuapin?"

Alana melotot, mengapa Arlyn mendadak romantis. Jantungnya dibuat maraton dengan sikap cowok itu. Lah, lah dia kesambet apa ya? Tenang ya jantung, jangan lepas.

Complicated Inside [END]Where stories live. Discover now