37. Alone

76 24 6
                                    

Kesendirian tidak bisa ditolak sejauh apapun melangkah. Siksaan terbesar adalah saat kita membutuhkan seseorang tapi tidak ada yang bisa diandalkan.

~~~

"Neng, bangun."

Alana terbangun dari tidurnya saat seseorang menepuk pundaknya. Wajahnya tampak linglung mengetahui ia ketiduran di halte. Setelah taksi membawanya pergi tanpa tujuan, Alana meminta diturunkan di halte ini karena kelelahan ia sampai tertidur.

"Udah sore bentar lagi malam. Neng, mau pergi ke mana?" tanya seorang pedagang koran melihat barang bawaan Alana.

"Saya diusir dari rumah," jawab Alana jujur.

Pedagang tersebut terkejut. "Sabar, ya, Neng. Terus Neng tinggal di mana?"

"Gak tahu, Pak, saya juga."

Tanpa diduga pedagang tersebut merekomendasikan apartemen yang tidak jauh dari tempat Alana berada. Cukup dengan berjalan kaki sepuluh menit Alana sampai di apartemen yang direkomendasikan tadi. Sambil menyeret koper gadis itu memasuki apartemen yang memiliki sepuluh lantai menuju resepsionis untuk registrasi.

"Permisi, apakah benar apartemen ini ramah untuk anak sekolahan?"

"Iya benar. Ada yang bisa kami bantu?" ramah pegawai resepsionis.

"Saya ingin tinggal di sini, untuk biayanya berapa?"

Semua paket mulai dari reguler sampai VVIP dan fasilitas di dalamnya beserta harga sewa perbulan dijelaskan secara rinci. Alana memilih paket reguler yang sedang diskon dilunasi langsung menggunakan uang tabungannya.

"Kamar Anda nomor 520 berada di lantai lima. Ini kuncinya. Pegawai kami akan menunjukkan kamarnya."

"Terima kasih sudah menjadi bagian dari kami," ujar wanita itu lalu membungkuk hormat.

"Terima kasih kembali." Alana mengangguk sambil tersenyum.

"Mari. Barangnya biar saya bawakan."

Alana mengikuti pria yang akan menunjukkan kamarnya. Agar tidak memakan waktu keduanya memakai lift. Lift berhenti di lantai lima. Selama di lorong ada beberapa lukisan menjadi hiasan dinding menambah kesan unik. Apartemen ini seperti apartemen pada umumnya.

"Sudah sampai. Ini kamarnya."

Alana menekan engsel pintu yang tertera nomor 520. Ternyata tidak hanya menggunakan kunci, apartemen ini mengunakan kata sandi untuk membukanya. Bebas untuk menggunakan yang mana. Saat Alana ke dalam dibuat terperangah akan isinya. Ruangan dengan luas lima kali sepuluh meter ini berisi ruang tamu, kamar tidur, dapur, kamar mandi, dan balkon lengkap dengan peralatannya cocok untuk dihuni sendiri.

Dirasa tugasnya sudah selesai pria berseragam itu pamit dan tak lupa Alana mengucapkan terima kasih. Kini gadis itu berada di balkon tidak terlalu luas tapi menyuguhkan pemandangan yang indah dari lantai lima. Ia merasa deja vu akan kamar lamanya. Fajar telah menyingsing ke barat menghadirkan semburat jingga di cakrawala, menyambut Alana di hari pertama tinggal sendiri jauh dari rumah.

Dengan helaan napas berat Alana bertolak ke dalam tidak sengaja melihat pantulan dirinya di cermin. Alana tertawa melihat tampilan dirinya sendiri bisa dibilang mengenaskan. Luka sana-sini, perban tidak beraturan, pakaian yang kusut, dan mata yang sembab. Ia kasihan pada dirinya sendiri.

"Kasihan banget gue," kekeh Alana menghibur diri, jauh dalam hatinya hancur.

~~~

Complicated Inside [END]Where stories live. Discover now