Padahal hanya sepele Alana akan dimarahi. Dia juga bukan anak kecil yang selalu bermain di rumah, mengurung diri, jarang menghirup oksigen luar. Dia hanya menghibur dirinya sendiri terhadap kepenatan hidupnya.

"Maaf, Ma. Aku cuma mau ngehirup angin luar, aku butuh hiburan," jawabnya pelan penuh kejujuran.

Dapat Alana dengar, mamanya berdecak kesal dengan tingkahnya. Menatapnya tajam seperti elang. "Piring kotor, nyuci, beres-beres, lupa atau disengajain biar saya sama Avia yang ngerjain? Hiburan? Enak banget kamu bilang! "

"Jangan pikir kamu bisa melakukan segalanya yang kamu mau!"

Alana menunduk mendengar amarah Sisca. "Maaf-"

Plak!

"Maaf mulu. Saya bosan mendengar maaf itu!"

Alana memegangi pipinya yang panas. Air matanya mengalir deras. Ini untuk pertama kalinya mamanya menampar dirinya.

"Nangis?" tanya Sisca remeh.

Alana menatap mamanya sambil menangis. Sisca maju mendekati Alana, menatap lamat anaknya dengan tajam. "Ingat sama kamu! Mungkin ini tidak seberapa tapi kalau kamu ulangin lagi mungkin bakal lebih dari ini!"

"Dasar anak gak berguna!"

"Jangan semena-mena sama saya!"

Lalu Sisca pergi ke bawah.

Alana membuka pintu kamar tidak lupa menutup kembali. Dia luruh di lantai sesekali menyeka air matanya. Sesak menghantam dadanya. Perkataan Sisca tadi menusuk relung hatinya. Dia tidak bisa melawan apa-apa.

Kak Anna, ini untuk pertama kalinya Mama nampar aku. Apa aku salah main sama Arlyn dan baru pulang?

Alana tersenyum getir. "Mama benar aku yang salah. Aku yang gak tahu diri. Harusnya aku bersih-bersih rumah."

"Aku anak yang gak berguna."

Panas masih sangat terasa di pipinya. Berdiri perlahan, melepaskan tasnya lalu duduk di tepi tempat tidur, meluapkan rasa sakitnya.

Dirasa sudah tenang ia segera bergegas membersihkan diri. Sehabis ini, nanti ia akan menghubungi Arlyn. Apakah cowok itu sudah sampai rumah.

~~~

Bel pulang sudah berbunyi. Seluruh siswa-siswi SMA TS berhamburan keluar kelas.

Alana sendiri sempat berpapasan dengan Arlyn, menyapa cowok itu singkat.

"Arlyn, dah, sampai jumpa lagi besok!" seru Alana tersenyum dan melambaikan tangan.

Arlyn ikut tersenyum kecil dan mengangguk menuju parkiran.

Ponsel Alana berdering. Cewek itu berhenti melangkah. Dia mengangkat panggilan dari Sisca.

"Halo."

"Kamu jemput Avia, tungguin sampai selesai bimbingan. Saya tidak bisa menjemputnya."

"Iya, Ma."

"Awas saja sampai kamu tinggal pulang! Pulanglah dengan selamat. Jika sesuatu terjadi dengan Avia, kamu akan menanggung resikonya!"

Complicated Inside [END]Where stories live. Discover now