Excuse

87 20 5
                                    

***

Satu minggu setelah pertemuan terakhir Senja dan Fajar, mereka menjadi semakin intens berkomunikasi baik itu lewat chat ataupun telepon. Ya, Fajar yang meminta nomor hp Senja agar suatu saat jika ia butuh untuk bercerita, ia bisa lebih mudah mengabari Senja. Meskipun Fajar belum menceritakan tentang apa yang ia alami selama empat bulan terakhir. Fajar hanya bercerita mengenai hari-harinya mengurus Langit. Kadang ia juga menanyakan bagaimana keseharian Senja. Sekadar untuk melepas penat akibat pekerjaan.

Mereka memang belum bertemu lagi karena pekerjaan Fajar yang sedang sibuk-sibuknya. Selama satu minggu itu, Senja mulai mengenal pribadi Fajar lebih dalam. Memang belum terlalu jauh, namun yang ia tahu sejauh ini Fajar merupakan sosok yang cukup humoris. Ia selalu tertawa jika sedang melakukan percakapan dengan Fajar lewat telepon atau dalam chat. Ada saja hal yang diceritakannya yang selalu berhasil membuat Senja tersenyum terhibur.

Seperti saat ini, ketika Senja yang tengah duduk di sofa ruang utama Ganeva FM sembari membalas chat dari Fajar yang masuk di ponselnya.

Seperti saat ini, ketika Senja yang tengah duduk di sofa ruang utama Ganeva FM sembari membalas chat dari Fajar yang masuk di ponselnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lihat? Tentu saja chat tersebut tidak dapat membuat Senja untuk tidak tersenyum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lihat? Tentu saja chat tersebut tidak dapat membuat Senja untuk tidak tersenyum.

Fikri yang baru saja datang dari urusan pekerjaannya dengan kliennya terheran melihat Senja yang tersenyum-senyum memandang ponselnya sedari tadi.

"Eleh-eleuh jigana ada yang lagi kasmaran euy. Daritadi aa perhatiin seseurian wae nih." Ucapnya kemudian mengambil tempat untuk duduk di sofa yang berbeda dengan Senja.

Senja mengalihkan perhatiannya ke arah Fikri. "Mana ada kasmaran, sok tahu nih a Pikri!"

"Gebetan baru ya?"

"Bukan a, temen doang ini mah,"

"Temen apa demen?"

"Temen a temen."

"Alah ulah ngeles atuh, Di," Sahut Fikri dengan satu tangannya yang seolah memukul angin. "Da aa juga pernah ngalamin masa-masa nu kitu. Hati asa berbunga-bunga kitu, uhuuuy."

"Masa? Ko Senja nggak pernah lihat a Pikri bawa cewenya?" Sindir Senja.

"Naha jadi ka aa? Santuy wae aa mah, Di. kalau sekarang mah masih belum ada yang nyantol."

Senja untuk FajarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang