Coincidence

68 21 10
                                    

Don't keep your feelings bottled up inside you. I'll be here for you.

---

Sinar matahari yang menembus jendela kamar membuat sang empunya kamar terbangun dan mengerjapkan mata. Silau. Tirai kamarnya terbuka menandakan bahwa Senja kesiangan. Biasanya jika sampai pukul 7 ia belum juga bangun, bundanya akan segera membangunkannya dengan cara membuka tirai jendela kamarnya dan mematikan AC di kamarnya.

Senja melihat ke arah jam yang berada di atas nakas. Pukul 8.30. Pantas saja, ia sudah kesiangan. Semalam setelah sampai di rumahnya, ia buru-buru menuju kamarnya lalu segera menghapus make up dan mengganti pakaiannya dengan pakai tidur, kemudian Senja baru bisa tidur pukul satu dini hari.

Ia jadi teringat kembali soal semalam. Tidak ada yang istimewa emang, namun terasa sedikit asing baginya. Perempuan keturunan sunda itu tidak terbiasa memanggil seseorang laki-laki dengan sebutan 'mas'. Tapi itu bukan masalah baginya. Ia tetap menghargai permintaan Fajar.

Kali ini pikirannya beralih ke Langit. Semalam Fajar mengatakan jika Langit dititipkan ke temannya yang sedang berkunjung ke apartemennya. Lantas kemana istri Fajar? Kenapa bukan istrinya yang menjaga anaknya sendiri? Senja bukan berniat kepo terhadap kehidupan Fajar. Ia bahkan tidak dekat sama sekali dengan Fajar. Namun, dipikirannya terlintas sebuah pertanyaan. Bukankah ada sesuatu yang janggal?

Apa mungkin Mas Fajar sudah cerai? Ah kenapa jadi kepikiran soal ini sih?!

Pada akhirnya, Senja memutuskan untuk segera bangun dari tempat tidurnya dan bersiap untuk mandi. Karena semalam ia tidak sempat untuk mandi, lebih karena malas karena sudah terlalu malam, ia merasa tidak nyaman dengan badannya yang mulai terasa lengket. Dua puluh menit kemudian, Senja sudah selesai dengan ritual mandinya dan kini ia merasa jauh lebih segar.

Keluar dari kamarnya dan turun ke bawah, ia melihat Biru yang sedang duduk di sofa ruang keluarga dengan bajunya yang basah karena keringat yang Senja yakini kakaknya baru selesai melakukan olahraga.

"Bun, tuan putrinya udah bangun tuh." Biru memanggil Bundanya sambil melirik ke arah Senja.

"Ssshh maneh bisa diem ga." Kata Senja dengan nada jengkelnya dan melenggang ke dapur melewati Biru.

Sesampainya di dapur, ia buru-buru mengambil jatah sarapannya yang telah disiapkan oleh sang Bunda. Satu porsi nasi goreng dan jus mangga, makanan yang biasa dibuat bundanya jika kehabisan ide memasak makanan untuk sarapan.

"Bangun jam berapa tadi, dek?"

"Setengah sembilan, bun." Senja meringis malu.

"Subuhnya nggak ketinggalan, kan?"

"Nggak dong, Bun. Senja bangun dulu buat sholat terus lanjut tidur lagi."

"Oh iya, nanti bunda sama ayah kan jam 11 mau kondangan ke nikahan anaknya temen ayah," Sang bunda yang baru saja menyelesaikan kegiatan mencuci piringnya kini menghampiri Senja dan ikut duduk berhadapan dengan Senja yang kini tengah menyantap makanannya di meja makan.

"Bunda minta tolong kamu ke supermarket buat belanja bulanan yah?"

Senja mengangguk kepalanya, tanda setuju. "Ok, Bun!"

"Ayah kemana, Bun? Ko daritadi Senja nggak lihat Ayah."

"Di depan rumah kayanya, tadi lagi ngobrol sama bapak-bapak komplek."

Senja hanya ber-oh ria menanggapi ucapan Bundanya.

Bersamaan dengan itu, Biru menyusul bergabung bersama sang Bunda dan Senja di meja makan. Mengambil begitu saja jus mangga milik Senja dan meminumnya hingga tersisa setengah gelas, tentu saja membuat si pemilik jus tersebut marah.

Senja untuk FajarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang