Desperation

63 15 0
                                    

16+ (TW: Blood)

Senja telah menghabiskan waktunya seharian mempertimbangkan apakah ia harus pergi ke apartemen Fajar atau tidak. Pasalnya sejak kemarin dirinya berniat untuk kembali menjenguk Langit jika bayi itu telah sehat, alasan mengapa ia menanyakan kapan bayi itu diperbolehkan pulang pada Fajar.

Ia sempat menanyakan kondisi Langit ke Lala sebelumnya untuk mengonfirmasi jika Langit memang sudah kembali ke apartemennya atau belum. Dan ia bersyukur pria itu selalu mengabari Lala terkait kondisi Langit sehingga ia dapat memperoleh informasi terpercaya melalui Lala. Senja sudah menyerah jika harus menghubungi Fajar karena seluruh pesan dari dirinya tidak ada yang pernah dibalas lagi sejak hari itu.

Senja sudah berada di depan pintu apartemen Fajar saat ini membawa makanan yang telah ia buat untuk pria itu di tangannya. Ia telah menekan bel beberapa kali namun pintu apartemen itu tidak kunjung terbuka. Kemudian ia memberikan diri menelpon Fajar namun hasilnya handphone pria itu tidak aktif.

Perempuan itu berpikir untuk meninggalkan makanan yang ia bawa di depan pintu apartemen saja, namun hatinya berkata lain. Sisi nekat dalam dirinya muncul untuk menekan password apartemen pria itu yang pernah diberikan padanya saat pertama kali dirinya menjenguk Fajar di hari itu. Tangannya basah. Ia khawatir jika tiba-tiba pria itu memergoki dirinya memasuki apartemennya tanpa izin. Dan sebuah suara yang muncul menandakan pintu apartemen berhasil terbuka.

Senja melebarkan matanya, terperangah, sebab ternyata pria itu belum mengganti password apartemennya lagi. "Dasar ceroboh!" Cibirnya, "Gimana kalau aku orang jahat dan punya niatan nyuri di apartemennya?"

Ia menggelengkan kepalanya cepat membuang jauh-jauh ide gilanya. "Ngapain juga aku kepikiran mau nyuri di apartemennya coba? What a freak!" Cemoohnya pada diri sendiri.

Senja segera menyelinap memasuki apartemen pria itu. Suasananya hening. Ia seperti merasa de javu. Pertama kali dirinya berkunjung ke apartemen pria tersebut ditemani perasaan gugup yang luar biasa. Dan sekarang, kedua kalinya ia berada di sini perasaannya masih sama.

Ia berjalan menyusuri ruang apartemen tersebut, berhenti di saat menemui meja makan untuk menaruh makanan yang ia bawa, kemudian berjalan kembali ke arah kamar pria itu. Ia mencoba mengetuk pintunya pelan, takut jika Fajar sedang berada di dalam. Namun setelah beberapa kali ketukan, tidak ada sahutan dari dalam.

Dengan gugup ia mencoba membuka pintu kamar itu yang ternyata tidak dikunci, mendorong setengah badannya ke dalam kamar dan wangi lembut lavender yang menenangkan langsung memenuhi indra penciumannya. Di sana Senja hanya melihat Langit yang sedang tertidur.

Tidak ada tanda-tanda keberadaan pria itu di kamar tersebut sehingga Senja memutuskan untuk segera keluar dari kamar itu. Saat hendak berjalan ke arah dapur, ia mendengar suara tangis dari arah kamar mandi. Suara Fajar. Lalu secara perlahan ia berjalan mendekat ke arah kamar mandi. Isakannya semakin terdengar jelas hingga detik berikutnya ia mendengar suara hantaman kaca yang pecah dari dalam kamar mandi. Suaranya cukup keras. Ia menghentikan langkahnya kemudian dengan spontan menolehkan kepalanya ke arah kamar Fajar, takut jika bayi itu terbangun akibat suara tersebut.

Jantungnya bekerja dua kali lebih cepat hingga ia dapat merasakan detakan di dadanya karena terlalu kencang berdetak. Pikirannya mendadak dipenuhi oleh skenario-skenario terburuk yang dibuat oleh dirinya. Senja menggelengkan kepalanya dengan cepat. Berusaha menguasai dirinya agar tetap tenang kemudian berjalan ragu-ragu ke arah kamar mandi tersebut.

Ia berusaha untuk mengatur napasnya agar tetap tenang saat dirinya sekarang berada tepat di depan pintu kamar mandi. Dan ia dapat mendengar dengan jelas suara isakan pria tersebut. Dadanya mendadak terasa sesak berpikir jika apa yang sedang dihadapi pria itu saat ini pasti sangatlah berat. Ia tidak tahu tentang apa, tapi ia yakin dari isakan tangis Fajar saat ini yang terdengar menyayat hatinya.

Senja untuk FajarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang