Changed

59 15 4
                                    

Tiga minggu sejak terakhir kali Senja bertemu Fajar. Ia masih belum mendapat kabar barang satu pesan pun dari pria itu. Egonya masih sangat tinggi untuk kembali mengirimi pesan kepada pria itu lagi. Ia tidak mau terlihat seperti perempuan yang haus akan perhatian lelaki. Kalau bicara soal perhatian lelaki, Senja tidak butuh perhatian dari lelaki lain. Ia sudah cukup banyak mendapatkan perhatian dari kakaknya, ayahnya, dan ketiga teman lelaki di kantornya. Ia bahkan merasa sudah sangat lelah melihat kelakuan ketiga temennya dan kakaknya dalam hidupnya.

Ia membaringkan tubuhnya di atas kasur kesayangannya sekarang. Tubuhnya terasa sangat lelah setelah melakukan tapping untuk konten podcast Ganeva yang sudah berjalan sejak dua minggu lalu. Ia baru saja sampai di rumahnya pukul 22.30 setelah selesai membantu Lala dan Reza mengedit vidio podcast mereka untuk diupload besok lusa. Tidak ada tenaga yang tersisa di tubuhnya hanya untuk menyeret dirinya ke kamar mandi. Badannya saat ini memohon untuk segera tidur namun sialnya pikiran Senja tidak bisa diajak bekerja sama. Pikirannya masih ingin memikirkan segala kemungkinan alasan Fajar yang menghilang tanpa kabar. Dan Senja terlalu pengecut untuk mencari tahu alasannya.

Please let me sleep. Ujarnya dalam hati.

Kepalanya terus berdenyut karena terus memikirkan dua hal yang berbeda dalam satu waktu, yaitu pekerjaan dan Fajar. Senja mendesis menahan sakit sambil mencengkram rambutnya cukup kuat. Berharap sakit di kepalanya akan segera mereda dengan melakukan hal itu. Matanya terpejam berusaha menahan sakitnya dan memaksa dirinya untuk segera tertidur. Ia tidak peduli dengan make up-nya yang belum terhapus atau badannya yang terasa lengket. Dirinya sangat membutuhkan tidur saat ini. Ia hanya bisa tidur 3-4 jam per hari karena pekerjaannya yang  bertambah. Sementara studio belum memutuskan untuk menambah member baru untuk menghandle pekerjaan yang bisa meringankan jobdesk Senja dan teman-temannya yang lain.

Keesokan harinya ia terbangun dengan kondisi yang sedikit lebih baik. Ia segera menyeret dirinya ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya dan bersiap untuk kembali bekerja. Untungnya ia mendapat shift siang hari ini sehingga Senja mempunyai banyak waktu untuk dirinya sendiri di pagi hari.

***

"Ya Gusti, You look like shit." Ucap Biru terkejut melihat adiknya dari arah berlawanan di mana Senja mengambil kursi di meja makan.

Senja memutar bola matanya malas mendengar perkataan kakaknya.

"As if you treat yourself better than me."

Jawabannya jelas menyindir kondisi Biru yang terlihat sama lelahnya dengan kantung mata hitam di bawah matanya dan bulu-bulu halus di sekitar rahangnya yang dibiarkan tumbuh.

"Berapa hari ga tidur maneh, 'a?" Sindir Senja. "Beberapa hari di luar kota bisa bikin maneh kaya om-om pencari sugar baby tau."

"'Hot' maksud kamu?" Biru tersenyum sinis sambil menarik-turunkan kedua alisnya.

"Tua!"

"Sabar, Biru, sabar itu adik maneh satu-satunya." Ujar Biru menabahkan diri sendiri sembari berakting mengatur napasnya dengan menarik napasnya dalam lalu menghembuskan perlahan keluar.

"Di mana bunda sama ayah?"

"Bunda di depan ngurusin taneman janda bolongnya, ayah ya kerja."

"Maneh kapan baliknya? Ko Senja gatau?"

Biru mencebik, "Maneh dah molor di kamar pas 'aa dateng."

Senja hanya membulatkan mulutnya membentuk huruf o sebagai jawabannya kemudian memasukkan roti bakar coklat keju favoritnya ke dalam mulutnya.

"Gimana project baru Ganeva?" Tanya Biru kemudian menyesap kopinya.

"Sejauh ini sih dapet respon yang positif dari masyarakat."

Senja untuk FajarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang