Solace

60 12 0
                                    

Senja menghembusnya napasnya panjang. Hari ini ia kedapatan mengisi siaran on air sebanyak dua kali. Satu di segmen 'Morning Talks' di pagi hari dan satu pada siaran sore di mana terdapat guest star yang melakukan promosi lagu terbaru mereka. Ditambah sesi brainstorming setelah seluruh jadwal siaran telah selesai membuat tubuhnya seakan meminta untuk diistirahatkan segera.

Setelah menutup pintu rumahnya, Senja segera menuju ke kamarnya. Ia tidak melihat kedua orang tuanya yang biasanya berkumpul di ruang keluarga untuk menonton acara TV bersama. Tentu saja karena sekarang sudah menunjukkan pukul 10 malam. Orang tuanya selalu tidur lebih cepat dari Biru dan dirinya. Senja hanya melihat kakaknya yang sedang bersantai di sofa sambil menonton serial film favoritnya.

"Meuni kusut gitu beungeut maneh." Celetuk Biru saat melihat adiknya berjalan melewati dirinya.

Senja hanya bergumam, tidak berniat untuk membalas ucapan kakaknya.

"Hoodie siapa itu yang maneh pake? Kaya kenal." Tanya Biru menyelidik.

Senja menghentikan langkahnya, lalu menunduk melihat hoodie yang saat ini melekat di badannya. Ia mengangkat kedua bahunya cuek. "Senja nemu di lemari a Biru." Jawab Senja dengan polosnya.

Biru memutar kedua matanya malas mengetahui adiknya kembali memakai pakaian miliknya untuk yang entah sudah ke berapa kali tanpa meminta izin padanya terlebih dahulu. "Itu namanya punya aa!"

Perempuan itu menyeringis tanpa rasa bersalah. "Pinjem." Ucap Senja. "Udah ya, Senja mau langsung ke kamar. Capek."

"Mandi dulu jangan jorok maneh." Suruh Biru kepada Senja, paham akan tabiat adiknya yang jika sudah terlalu lelah lebih memilih untuk segera tidur tanpa membersihkan diri terlebih dulu.

Mendengar itu Senja berdecak, "Iya bawel." Jawabnya lalu segera mengeluyur pergi meninggalkan Biru.

Ketika sudah berada di kamarnya sendiri, Senja langsung merebahkan badannya di atas kasur. Kedua matanya mulai menutup karena rasa kantuk yang sudah menyerangnya sedari tadi. Saat dirinya hendak terbang ke alam mimpi, suara dering ponsel miliknya membuat Senja kembali ke alam sadarnya. Perempuan itu mengerang kesal.

"Siapa sih yang telepon malem-malem begini?!" Gerutu Senja lalu merogoh tasnya untuk mencari ponselnya.

Mata Senja membola ketika melihat nama yang terpampang di layar ponselnya saat ini.

Mas Fajar...

Jantungnya seketika mulai berdetak kencang. Senja kembali mengingat kapan terakhir kali dirinya berkomunikasi lewat telepon dengan pria itu. Pikirannya langsung terbesit kejadian di saat pria itu mengabari jika dirinya sakit. Dan setelah itu semuanya berubah.

Senja menghela napasnya dalam dan menghembuskannya pelan, berusaha menguasai dirinya untuk tetap tenang kemudian mengangkat telepon dari pria itu.

"He-hey, mas."

"Hai."

Suara pria itu terdengar berat dari seberang ponselnya, membuat degupan jantung Senja semakin menggebu.

"Udah tidur ya?"

Hampir.

"Belum, mas. Ini baru aja nyampe rumah. Ada apa mas Fajar telepon Senja?"

Ada jeda beberapa saat yang membuat hati Senja semakin was-was.

"Besok siaran sampai jam berapa?"

"Cuma sampai sore, mas. Sekitar jam lima. Kenapa?"

"I wanna take you to dinner, if you want to."

Saat mendengar ajakan Fajar tersebut, jantung Senja berdebar kencang hingga membuat perempuan itu menyentuh dada sebelah kirinya. Rasa kantuknya mendadak hilang seketika. Dan senyumnya mengembang tanpa Senja sadari.

Senja untuk FajarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang