Jasa Tiada Tara

1K 42 0
                                    


Kami kembali melanjutkan perjalanan, jauh sangat jauh seperti berjalan ribuan kilometer jauhnya.

"Aish..... Capeknya, " Gumam Nayla.

"Yuk, istirahat dipinggir jalan aja, " Kata Beni mengajak.

'CEKIIIIIIIT' terdengar suara rem truk. Kami berempat membalikkan badan dan menoleh kearah truk yang melaju dengan cepat itu

"Bang Jeon cepat, " Kataku sambil melambaikan tangan.

"Aaaaaaaaaahhhhhhh, " Teriak Jeon saat tertabrak oleh truk besar itu.

"Jeeeeeeeeeeoooooooonn, " Teriak kami bebarengan.

"Tidak, Bang...... Bang Jeon dia.... Dia dia ter.... Tertabrak, " Kataku lemas bahkan sagat lemas, kakiku seperti remuk.

Alhasil tubuh Jeon tersayat - sayat dan sayatannya tersebar memenuhi jalanan, darah segar yang keluar dari tubuhnya mengharumkan seisi kota.

"Ayo lanjut, " Ajak Beni sungguh tak punya perasaan.

"Yuk Ray, lebih cepat kita berjalan lebih cepat kita sampai, " Kata Nayla, ia terus menyemagatiku.

Kami akhirnya melanjutkan perjalanan dengan penuh kejangalan yang terjadi. Mulai dari bertemunya Beni awal dari itu bertemunya Tao adalah sebuah petunjuk, bertemu Beni yang ini adalah sebuah kesialan.
Tapi aku juga gak mengerti apa ini.

"Ray kamu gak papa? " Tanya Raisa yang kujawab dengan anggukan.

"Jangan menengok kebelakang, " Kata Beni.

Setelah beberapa lama perjalanan, sekarang jam ditanganku menunjukkan pukul 22.58 WIB. Kami telah berjalan begitu jauh, tapi tidak juga tembus dan sampai dikaki gunung /permukiman penduduk.

"Jagan menengok kebelakang, karena belakang itu tempat kesesatan, " Kata Beni, ia terus bilang seperti itu pada kami.

Aneh dari setelah Jeon ditabrak kami melewati sungai, bahkan melewati bibir pantai, melewati rel kereta. Sebenarnya apa sih ini? Ini sebuah kota mati atau kota yang dihuni?

"Kalau kita tidak balik berdelapan , mending kita tidak balik semuanya saja, " Sungguh ironis bukan kalimat itu. Perkataan Shinta membuktikan semuanya, keseriaan kami kepada para sahabat kami mengambarkan keironisan.

Jagan tengok kebelakang
Karena hanya ada masa lalu
Semua ada kebencian
Semua ada kebenaran
Semua ini telah direncanakan
Siapa yang bisa menolaknya
Ini adalah takdir kita
Terimalah takdir dengan suka rela

"Foto dulu yuk sebagai kenang - kenangan, aku merasa aku tidak akan selamat sampai pulang nanti, " Kata Nayla dengan santainya.

"Nay lo bicara apa sih? Kita bertiga akan kembali bersama, " Kata Raisa meyakinkan Nayla.

"Sungguh ironis ya drama ini, aku yakin aku tidak akan selamat karena kekasihku Dio pun tidak selamat, " Kata Nayla dengan sedikit senyuman.

"Apa itu menjadi pengaruh? " Tanya Raisa lagi.

"Iya dong. Kamu ingat setelah Kyla Ronny, lalu Dio, setelahnya Shinta dan Jeon, terus kali ini kalau bukan aku siapa lagi? Aku berjanji akan melindungimu walau aku harus mati, aku ingin kalian berdua tidak seperti pasangan yang sirna ini, " Kata Nayla kepadaku dan Raisa, setiap tatapan matanya menunjukkan kepedulian yang menunjukkan perhatian dan harapan yang besar.

"Nay...... " Kata Raisa terdengar lemas.

"Sudahlah, yuk kita foto dulu sebelum kita berpisah, " Kata Nayla lagi, lalu ia mengeluarkan kamera dari tas nya.

Pendakian Berujung Maut Where stories live. Discover now