Ronny Korbannya

1K 46 0
                                    

Malam Harinya 19.00 WIB

Hah sangat melelahkan, perjalanan yang melelahkan.

"Ini sudah malam, mau nginep pa lanjut? " Tanya Jeon.

"Lanjut aja, ini juga mau turun, " Kata Ronny ngotot dengan pendiriannya.

Ya kami sudah sampai puncak ketiga, menancapkan bendera kebanggaan kami di tiga puncak Gunung Salak adalah sebuah kemenangan yang luar biasa. Tapi demi kemenangan yang luar biasa ini kami harus mengorbankan satu nyawa sahabat.

"Ok, yuk lanjut. Sebelum ada nyawa yang terkekang lagi, " Kata Jeon.

Akhirnya kami melanjutkan perjalanan yang melelahkan ini, ini sangat melelahkan. Ingin rasanya aku mendirikan tenda dipuncak III, tapi aku masih memikirkan Kyla. Semakin lama kami disini makan pencarian Kyla akan semakin tertunda.
Jalan yang terjal kami lalui untuk sampai dikaki gunung.

'Ssuuuuuuuuss......... Ssuuuuuuuuss...... Ssuuuuuuuuss......... ' suara itu terdengar seperti...

"Woi! Ada ular dibelakang kalian, " Teriak Jeon yang tiba - tiba berbalik kebelakang.

"Apa!!! " Teriakku dan Dio hampir berbarengan.

Dengan tangkas Dio mengambil kayu yang ada disebelahnya dan.... 'BUGG!!!! BUGG!!!! BUGG!!! ' Dio memukul kepala ular itu dengan kayu yang ada digengamannya.

Ular itu bisa mati karena pukulan yang Dio berikan, kami menatap tegang. Keringat yang bercucuran dari dahinya mungkin disebabkan oleh jantung yang berdegup kencang.

"Dio, lo Palawan lah, " Kataku sambil menepuk bahu Dio.

"Dah yuk pergi, perasaanku kalo kita disini terus maka keluarga ular ini akan mengejar kita, " Kata Dio, perkataan Dio ini disepelekan oleh Ronny.

"Ya kalik, ini kan ular bukan lebah, " Kata Ronny meremehkan.

"Ssuuuuuuuuss....... Ssuuuuuuuuss... " Suara itu terdengar semakin jelas dan tak beraturan, seperti banyaknya hewan yang memeiliki suara khas seperti itu.

"Ularnya banyak woii!!! Lari , " Kata Nayla dan Raisa.

"Kalian pergi aku akan menghadangnya, " Kataku berteriak kepada para cewek yang penakut.

"Kami!!!!! Lo aja yang nghadang sendiri, " Kata Ronny langsung pergi meninggalkan kami.

"Sudahlah kita hadang bersama. Kalaupun harus mati kita mati bersama, gak kayak si bangke tu gak kenang budi," Kata Nayla yang mulai marah.

Kami berempat menghadang ular - ular yang gesit itu mengunakan kayu. Sedangkan Shinta dan Raisa membuat obor dari bahan seadanya.

"Oiy.... Kalian bisa lebih cepat enggak!!! Udah gak kuat ni kita, " Teriak Nayla yang memenuhi gendang telingaku, emang benar yang dikatakan Nayla gak kuat guys....

"Bentar!!!! Dikit lagi jadi, " Teriak Raisa. Kami masih berusaha mengusir ular dengan ranying pohon yang kami jadikan senjata.

"Nih.... Nih... Dah jadi tapi cuman bisa buat 5 aja," Kata Raisa sambil menyodorkan obor yang dibuatnya.

"Cukup pokoknya, yang satu buat perlindungan kalian, " Kataku sambil menerima obor yang dikasih Raisa.

Api terus berkobar, katanya hewan melata itu takut dengan api, semoga saja ia berhasil (harapan kami semua). Setelah beberapa lama kami mencoba akhirnya kami bisa mengusir ular - ular itu pergi.

"Huh!!!! Capeknya, " Gumamku sambil menyeka keringat.

"Yah, untungnya ular - ular itu takut api, " Kata Jeon dengan napas ngos - ngosan.

Pendakian Berujung Maut Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu