Jembatan Tanah

1.2K 53 0
                                    

Arjeonandra's POV

Hah.... Huh.... Hah.... Huh.... Aku terus mengatur nafas untuk tetap rileks, moga saja ini berhasil. Aku sebagai ketua tim dan juga berjulukan pendakian handal harus membuktikan keberanianku. Aku berjuang demi temanku dan juga diriku sendiri pastinya. Aku gak memikirkan lagi apa resiko yang akan terjadi, bila aku jatuh kedalam lebah aku akan menerima nasibku, Tuhan telah menakdirkan padaku.

Aku mulai melangkahkan kaki menapaki jalanan yang terbuat dari tanah ini, dengan lebar sekitar 20 cm dan panjangnya setidaknya 100 m. Kalau cuma 100 cm mah aku loncat aja tapi ini 100 m loh brother and sis aku harus bagaimana coba? Rileks dan perlahan dengan penuh kewaspadaan akun melangkahkan kakiku. Selangkah demi selangkah kulakukan, doa demi doa kupanjatkan kepada Tuhan, keringat bercucuran dari dahiku, jantungku berpacu lebih cepat lima kali lipat. Kali pertama aku melakukan ini. Jalanan yang sempit serta medan yang licin menghalangiku untuk berjalan dengan cepat, ditambah disamping kanan dan kiriku jurang lebah tak berujung. Aku melihat mereka khawatir terukir diwajah mereka, aku menyingungkan senyum di bibirku untuk menyemangati mereka teman - temanku, padahal aku sendiri saja takut setengah mati.
Ini berlangsung sekitar 23 menit , akhirnya aku sampai diseberang dengan keadaan selamat, namun jantung ini menjadi kendala ia berdegup sangat cepat.... Setelah sampai aku langsung merebahkan tubuhku gak kuat lagi, inikah yang namanya sport jantung? Huh.....

Ronny's POV

"Oiii...... Came here! Ini sangat menantang, " Teriak Jeon memanggil - manggil kami.

"Ya... Bentar, " Jawabku lalu aku menapakkan kakiku ditanah yang terlihat licin itu.

Perlahan aku melangkah, setiap doa terlontar dari bibirku, tubuhku bergetar hebat saat melewati jalanan ini. Jurang yang begitu dalam memberikan kesan yang amat tragis. Tanah yang padat dipenuhi dengan lumut hijau, tas yang berat ini melingkar dipundakku, apalagi luka yang ada diwajahmu terasa sangat - sangat perih karena keringat yang bercucuran.

Nayla's POV

Aku melihat Ronny yang berlagak berani itu melewati jalanan yang sempit, syukurlah ia sampai sebrang dengan keadaan selamat.

"Yo! Rene'o.... " Kata Ronny sedikit berteriak kepada kami.

"Tunggu.... Aku we yo, " Jawabku dengan suara yang sedikit berteriak, aku menggunakan bahasa Jawa hanyalah untuk pemacu semangat.

Aku langsung menapakkan kakiku ketanah yang sempit. Bekas jalan setapak ditanah sudah menghilang hanya tersisa lumut. Aku berdoa didalam hati, tubuhku bergetar hebat keringat dingin bercucuran membanjiri mukaku, sesekali aku menyeka keringat di mukaku. Gerah rasanya, aku terus berjalan aku melihat Ronny dan Jeon yang tersenyum kearahku dan menonjok udara keatas. Pasti  ..... Batinku, pasti aku bisa sampai disebrang. Kurang lebih 30 menit aku melewatinya.

Shinta's POV

Yeah Nayla berhasil, aku semakin bersemangat untuk menyebrang.

Ku tapakkan kakiku ditanah yang agak bergelombang ini. Langkah demi langkah kulakukan, setiap langkah menuju ke sebrang adalah langkah menuju zona aman. Ku mantapkan hatiku, ku fokuskan pikiranku hanya pada jalanan dan orang yang menungguku diseberang (Jeon). Senyumannya bagaikan sebuah bimbingan dan sumber semangat, ekspresi kekhawatiran menyelimuti mukanya yang hansome itu.

Cukup lelah tapi aku sangat bersyukur saat aku bisa sampai disebrang dengan selamat, setelah sampai Jeon langsung menghampiri dan memelukku, hangat pelukan ini sungguh hangat.

Raisa's POV

Giliran aku sekarang. Ku langkahkan kakiku melewati jembatan yang amat menyeramkan. Lebih lagi aku agak takut ketinggian, cuma agak loh gak sampai pingsan kok.

"Mau ku temani? " Tanya Rayyan peduli padaku, dia sangat khawatir denganku.

"Gak usah, kamu disini aja nanti nyusul ya, " Kataku meyakinkan bahwa aku baik - baik saja.

Lembah yang curam, matahari yang terik menerpa wajahku walau ini tidak panas tapi dapat membuatku mengeluarkan keringat. Tanpa kusadari airmataku keluar..... Kanapa? Aku juga tidak tau pasti apa yang sedang kualami. Jeon , Nayla, Shinta, dan Ronny menatapku dengan tatapan kaget, karena aku malu aku mempercepat langkahku tanpa mempedulikan jalanan yang kulalui dan lembah disekitarnya.

Rayyan's POV

Huh.... Aku harus menyusul Raisa, dia menungguku. Inikah yang disebut kekuatan cinta dari kekasih? Mereka semua menungguku, ini adalah The power of love from friends.

'Ray..... Ray...... ' aku mendengarnya memanggilku. Siapa itu? Dimana dia? 'Selamat.... Hati - hati ray, ini hanyalah permulaan tunggu kisah selanjutnya.' Tiba - tiba suara itu hilang secara perlahan. Tanpa kusadari ternyata aku sudah sampai disebrang ini sungguh cepat dan sangat kebetulan.

Kyla's POV

Setelah Ray siapa ya.... Aku dulu atau dio?

"Yo, ini aku dulu atau kamu? " Tanyaku sedikit ragu.

"Seterah saja, " Jawabnya datar.

"Huh!! Aku duluan ya, " Kataku dengan nada membujuk.

"Ok... Hati - hati, " Katanya sambil tersenyum tipis.
"Um.... " Jawabku dengan anggukan kepala.

Dengan tenang aku melangkahkan kakiku, setengah jalan telah kulalui, aku merasa cukup mudah lah walau menegangkan. Tiba - tiba aku terpleset, tanganku masih setia memegangi jembatan dengan lebar 20 cm itu, alhasil tubuhku bergelantungan hampir saja aku masuk kedalam lembah.

"Kyla.... " Teriak merka kearahku dengan hawatir. Aku terus berusaha untuk naik lagi kejembatan , setelah beberapa kali mencoba akhirnya aku berhasil. Tatapan lega terukir dimata kawan - kawanku, tapi mereka masih was - was dan lagi - lagi Jeon yang bertaruh nyawa untuk menjemputku.
Ia kembali melewati jalanan yang begitu membahayakan, kenapa? Kenapa melakukannya? Uluran tangannya membuatku sadar akan pentingnya persahabatan, akan pentingnya pertemanan yang terja lain diantara kami. Inikah yang disebut teman? Dia teman yang luar biasa, bahkan Ray atau Ronny pun tidak mau mengulurkan tangannya untukku tapi beda dengan Jeon , senyum yang tulus terukir diwajahnya, itu benar - benar menandakan kepedulian.

Dio's POV

Haih.... Ini giliranku. Langkahku menapaki tanah yang sedikit terjal  dengan lembah yang curam dikanan kirinya.

'Dio... Dio.... ' aku mendengarnya ini siapa sih Beni! Hatiku selalu curiga dengan Beni!

'Yah Dio.... Kamu memang cerdas, ' katanya lagi kali ini aku sudah tidak fokus lagi.

'Kenapa? Kenapa kamu mengikuti kami Beni? ' tanyaku didalam pikiran, seperti telepati gitu.

'Bukan Beni, Beni adalah pnuntunmu percaya pada perkataan dan petunjuknya, ' kata suara itu lalu menghilang samar - samar.

Aku masih terlarut dalam pikiranku, aku tidak memperdulikan keadaan sekitar aku selalu berjalan dengan santai dan muka datar ku yang mempesona ala babyface. Tak kusadari aku sudah sampai disebrang dan akhirnya kami memutuskan untuk beristirahat sejenak.

****

Tbc.......

Terimakasih untuk teman - teman yang udah mampir jangan lupa tinggalkan jejak dengan vote dan komen ya.... ☺☺

Setelah chapter ini nih yang seru - seru, semuanya misteri tapi masih ada sentuhan cinta kok.... Hehehe. Ikuti ya, selalu ikuti ketegangannya

Pendakian Berujung Maut Where stories live. Discover now