Kyla Korbannya

1K 51 0
                                    

"Berangkat berdelapan....... " Kataku langsung terpotong oleh Raisa.

"Pulang harus berdelapan," Sambung Raisa lalu aku dan Raisa menyusul Dio.

"Gilak mereka!!! Yuk pergi! " Kata Ronny yang masih terdengar olehku.

Tanpa lama ternyata Nayla, Kyla, dan Ronny menyusul kami.

"Ei.... Kalian turun sekarang, " Kata Dio dengan nada tinggi.

"Gak! Kita berangkat bersama harus pulang bersama, " Kataku masih tetap dengan pendirian ku.

"Kalau kalian gak turun sekarang, aku bisa jamin kita tidak bisa pulang berdelapan, " Kata Dio menatap kami dengan tajam.

"Kalau kita gak balik berdelapan, kita gak usah balik sekalian aja, " Kata Shinta ngotot.

"An*ing lo, lo pikir gue mau disini selamanya apa, " Kata Ronny menatap Shinta tajam.

Tanpa memperdulikan perkataan Ronny, Jeon, Shinta, dan Dio melangkah beriringan. Jembatan ini berbeda dengan jembatan sebelumnya, jembatan ini lebih lebar sekitar 50cm. Dan anehnya gak licin, kami semua pun menyusul Dio, Jeon dan Shinta.

Setelah sampai diseberang kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan sesegera mungkin, baru saja sport jantung nih.... Gak ada perasaan Bang Jeon tuh.

"Bang, berhenti dulu lah capek, " Kata Raisa yang bersandar di barang pohon.

"Ya nih, " Kata Kyla yang langsung duduk, ternyata yang didudukinya adalah dedaunan kering yang licin.

'SREET,,,,,,,,,,!!!!!!!! "

"Aaaaaaaaaahhhhhh!!!!!!!"teriak Kyla yang meluncur hebat kebawah menuju jurang.

Kyla pun jatuh kejurang, tanpa pikir panjang Ronny pun melepas tas punggungnya dan berusaha menghampiri Kyla tapi.......

'SREET!!!!!! ' lagi Ronny terpeleset dedaunan kering, Ronny pun meluncur dan.....

'BUGG.....!!!!! ' untungnya ada pohon yang menghalangi Ronny dan dia tidak masuk kejurang menyusul Kyla.

Tanpa memikirkan lukanya yang terbuka Ronny langsung berdiri dan hendak masuk kecurangan mencari Kyla.

" Ron!! Lo gila ya, " Kataku langsung menarik lengan Ronny.

"Ray.... Lepas Ray!! Lepaskan aku Ray," Kata Ronny memberontak dan terus menangisi kekasihnya.

"Sebaiknya kita lanjut aja,yang mati tidak akan kembali, " Kata Tao memberitahu dan memberikan penekanan kepada keadaan.

"Lo gilak ya!!! Ini pacar gue belahan jiwa gue. Pacar gue kek gini gegara lo, kalo lo gak muncul ini gak bakal terjadi, " Kata Ronny melotot dan menunjuk - nunjuk kejurang dan kemuka Tao.

"Sebaiknya kita coba cari dulu, " Kata jeon mengusulkan.

"Gue aja yang turun, " Kataku mengusulkan diri.

"Yah, kita pakai tali tambang ini. Ray turun yang lainnya nungu diatas, " Kata Dio sambil mengikat tali tambang di barang pohon yang dekat dengan jurang.

"Percuma!!!! " Kata Tao dengan tatapan kosong kedalam jurang.

"Lo diem aja bisa gak sih, " Kata Ronny mulai menyolot kearah Tao.

"Ron!!!!! Udah kita pikirkan Kyla aja," Kata Nayla menenangkan Ronny.
Sedangkan Shinta dan Raisa masih menatap jurang dengan tatapan tak percaya.

Aku menuruni jurang itu dengan tali tambang. Sedikit harapan ada dihati kami semua, sepucuk perjuangan yang kulakukan untuk Kyla aku menganggapnya sebagai teman yang baik. Kyla memang tak sebaik Raisa, karena Kyla adalah Kyla bukan Raisa. Mungkin apa perkiraan Dio itu benar, semua yang kami lakukan disini akan dibalas oleh penunggu gunung.

Akhirnya aku sampai di dasar jurang yang gelap dan pengap ku rasakan.

"Kyla...... Kylaaaaaa, " Aku terus berteriak memanggil namanya.

"Ky, lo dimana? " Teriakku lagi sambil menelusuri jurang, senter sebagai penerangan yang ku gunakan. Sebenarnya ini siang hari tapi dijurang ini sangat gelap.

Saat aku menelusuri jurang sambil sesekali aku memanggil nama Kyla, aku menemukan jaket yang ia kenalan tadi. Tapi anehnya tasnya tidak ada, hanya ada jaket kulit berwarna biru dongker berlumuran darah segar yang sangat amis. Padahal hanya seling waktu sekitar 20 menit aku sudah sampai disini, kalau ia dimakan binatang buas harusnya ada bangkainya. Kalau ia pergi kenapa tidak mengenakan jaketnya, lalu kenapa jaketnya berlumuran darah? Ini memang benar - benar sangat aneh,,,,,,, diluar akal sehat manusia.

Aku mau kembali naik keatas karena tidak menemukan petunjuk lain selain jaket yang dikenakan korban.

"Ray..... Ray bagaimana? " Tanya Ronny yang tiba - tiba, dari raut wajahnya bahwa dia sangat khawatir dengan keadaan pacarnya.

"Gak bisa ditemukan, aku mencari orangnya kalau dia masih hidup dan aku mencari mayatnya jika ia sudah meninggal, " Jawabku sepontan karena putus asa.

"Jadi maksudmu kamu gak bisa menemukan Kyla ada dimana? " Tanya Jeon menatapku pekat.

"Tidak...... " Jawabku, kenapa aku merasa bersalah? Padahal ini bukan salahku juga.

"Kan aku udah katakan percuma seharusnya kalian tidak usah mengantarkan aku. Nyawa kalian dalam bahaya disini, cepat pulanglah.... Sebelum yang lainnya terjadi dan makin memburuk, " Kata Tao lalu ia berjalan menuju kearah puncak gunung.

"Tao!!!!? Apa maksudmu? " Aku sungguh penasaran dengan perkataan Tao.

Nyawa kalian terancam, pulanglah... Sebelum yang lainnya makin memburuk, kata - kata ini seperti mengambarkan sesuatu.

"Pulanglah, lupakan wanita itu. Yang terjadi biarlah terjadi, yang sudah jadikan pelajaran, yang belum terlanjur jangan lakukan, " Kata Tao tanpa menoleh ke belakang, ia terus berjalan sampai ia menghilang dibalik pohon besar.

"Apa apaan dia seenak jidatnya aja, " Kata Nayla geram.

"Sayang, kamu jangan gitu lah. Menurutku benar apa yang ia katakan yang terjadi biarlah terjadi, yang sudah jadikan pelajaran, yang belum terlanjut jangan lakukan sangat bermakna bukan, " Kata Dio diiringi senyum tipisnya bahkan itu hampir tidak terlihat.

"Bermakna? Mari lanjut perjalanan, apa kita bisa memutar?" Tanya Shinta pada kami semua.

"Tidak!!!! Jalan satu - satunya adalah kaki gunung belakang gunung, " Kata Ronny yang sudah merasa lemas.

"Jadi kita hanya bisa mendaki dan turun dong? " Tanya Raisa.

" Ya kurang lebih begitulah, " Kata Jeon.

"Baiklah semangat, bila kita bisa selamat dari sini kita bisa meminta bantuan dari warga setempat, " Kata Dio langsung berjalan didepan.

Kami melanjutkan perjalanan ada sepucuk harapan didepan sana. Perjalanan yang berlangsung hening, karena hilangnya Kyla merupakan pukulan keras bagi kami.

Sepucuk harapan ada didepan sana
Kami selalu berharap bisa bersama
Berangkat berdelapan maka pulang harus berdelapan
Kami mengabaikan apa itu mitos
Kami mengabaikan peringatan orang
Hanya demi ambisi yang membawakan kegagalan
Kecerobohan yang begitu nyata
Hanya dengan satu perbuatan

                                                                     
****

TBC........

Terimakasih sudah membaca

Hai..... Thor..... Kembali lagi nih, makasih loh yang udah mau membaca. Tugas Thor.... Udah selesai makannya bisa update lagi ya, maaf loh ya kelamaan...

Pay - pay 👋👋👋

Pendakian Berujung Maut Where stories live. Discover now